Wednesday, October 9, 2019

Faktor-faktor kuratif dalam terapi kelompok (skripsi dan tesis)

Menurut Yalom & Leszcz (2005), faktor-faktor terapiutik dalam terapi kelompok secara luas antara lain:
1) Membangkitkan harapan 
Faktor penting dalam suatu psikoterapi adalah membangkitkan dan memelihara harapan. Harapan tidak hanya dibutuhkan agar klien tetap mengikuti terapi sehingga faktor-faktor terapiutik lainnya efektif, tetapi keyakinan terhadap manfaat dari terapi merupakan faktor terapiutik yang efektif. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tingginya harapan terhadap bantuan sebelum terapi dilakukan berkorelasi signifikan dengan hasil positif dari terapi.
 2) Universalitas
 Perasaan bahwa pengalaman kehidupan seseorang terasa unik seringkali meningkat karena adanya rasa terisolasi. Individu seringkali tidak mendapatkan kesempatan atau kesulitan untuk memiliki hubungan yang akrab dan tulus dalam kehidupan sosialnya. Pada terapi kelompok, terutama pada tahap awal, perasaan unik yang tidak diacuhkan merupakan sumber yang sangat baik untuk menciptakan perasaan bebas dari rasa tertekan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa individu merasa lebih terhubung dengan kelompok bahkan dunianya saat mendengar anggota lainnya menyampaikan permasalahan dengan tema yang sama. Individu akan sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada pikiran maupun perbuatan seseorang yang jauh menyimpang dari yang terjadi pada orang lain. Hal ini membuktikan adanya kesamaan pengalaman pada banyak individu. 
 3) Pemberian informasi
Pemberian informasi penting untuk dilakukan di awal dan selama terapi pertemuan berlangsung. Penyampaian informasi yang didaktis dapat dilakukan oleh tenaga profesional sebagai terapis maupun anggota kelompok. Terapis dapat menyampaikan informasi meliputi cara belajar, cara menumbuhkan kepercayaan diri, topik kesehatan mental, penyakit mental, dan psikodinamika umum. Terapis seringkali harus menerangkan suatu gejala yang muncul di dalam kelompok ataupun gejala yang dialami anggota. Sementara itu, anggota lain juga bisa menambahkan melalui pemberian nasihat, saran-saran atau bahkan bimbingan langsung. Berbagai instruksi juga dapat dilakukan seperti menyusun kelompok atau membentuk norma kelompok. 
4) Altruisme
 Individu belajar untuk memberi dan menerima selama berada dalam kelompok. Kegiatan saling menolong akan tercipta melalui interaksi di dalam kelompok. Para anggota kelompok akan saling memberikan saran, dukungan, pengertian, dan merasa senasib. Tidak jarang seorang anggota kelompok akan lebih mendengarkan dan menyerap hasil pengamatan dari anggota lainnya dibandingkan dengan terapis. 
 5) Rekapitulasi korektif pada kelompok keluarga primer
 Sebagian besar anggota mengikuti terapi kelompok karena memiliki masalah dengan kelompok primer mereka, yaitu keluarga. Terapi kelompok menyerupai sistem keluarga dalam banyak aspek, seperti: terdapat figur otoritas, figur sebaya, hubungan yang mendalam, melibatkan emosi-emosi yang kuat, memiliki keintiman yang dalam, dan perasaan negatif mungkin dapat timbul (misalnya permusuhan dan rasa kompetitif). Anggota akan berinteraksi layaknya yang mereka lakukan dalam keluarga. Hal terpenting dalam faktor terapiutik ini adalah terdapat fungsi korektif dalam interaksi keluarga yang dihadirkan dalam terapi kelompok.
 6) Perkembangan teknik bersosialisasi
 Kemampuan sosial yang berkembang merupakan faktor terapiutik yang terjadi pada semua terapi kelompok. Anggota dapat belajar untuk menyelesaikan konflik, sehingga mereka dapat mengerti dan memahami masalah orang lain. Kelompok memiliki aturan-aturan dan mendorong adanya keterbukaan, memperoleh informasi yang cukup mengenai perilaku maladaptif di lingkungan sosial. 
7) Mengimitasi perilaku 
Proses mengimitasi atau meniru perilaku akan lebih menyebar di dalam terapi kelompok. Hal ini dikarenakan tiap-tiap anggota kelompok terpapar secara khusus oleh perilaku dari anggota lain atau bahkan 31 terapis. Keetrbukaan diri atau pemberian dukungan merupakan contoh perilaku yang banyak ditiru dalam suatu terapi kelompok. Anggota kelompok juga mungkin meniru cara anggota lainnya menyelesaikan masalah. Meniru perilaku ini merupakan proses yang baik karena anggota memnemukan dan memilah sumber daya yang tidak dimiliki ataupun dimiliki untuk kemudian diperbaiki bila perlu. 8) Pembelajaran interpersonal Kelompok merupakan mikrokosmik dari kehidupan sosial. Cara memperlakukan anggota lain dalam kelompok merupakan cerminan dari cara memperlakukan orang lain pada kehidupan sosial. Ketika anggota dapat memperbaiki pola interaksinya dalam kelompok, diharapkan dapat juga memperbaikinya di kehidupan sosial. Tanggapan anggota lain terhadap reaksi emosi yang ditunjukkan oleh individu juga akan memperbaiki distorsi kognitif yang dimiliki. Akhirnya individu menjadi lebih spontan dan jujur pada diri sendiri dan orang lain.
 9) Kohesivitas kelompok 
Keberhasilan terapi sangat bergantung pada hubungan antara terapis dan klien. Anggota-anggota kelompok yang kohesif cenderung saling menerima, mendukung, dan menjalin hubungan yang bermakna dalam kelompok. Kohesivitas didefinisikan sebagai akibat dari semua kekuatan yang mempengaruhi anggota untuk tetap berada dalam kelompok atau secara lebih sederhana merupakan daya tarik kelompok  bagi anggotanya. Kohesivitas dapat menyebabkan terjadinya keterbukaan diri, pengambilan risiko dan pengekspresian yang konstruktif di dalam kelompok. Pada kelompok yang dapat menerima dan mengerti anggotanya, individu cenderung mengekspresikan dan mengeksplorasi dirinya, menyadari dan mengintegrasikan aspek-aspek self yang sebelumnya tidak dapat diterima, dan kemudian menjalin hubungan yang lebih mendalam dengan orang lain. 
10) Katarsis 
Katarsis selalu diasumsikan memiliki peranan penting dalam proses terapi. Katarsis dalam pendekatan kelompok lebih mungkin terjadi karena adanya anggota lain. Anggota akan memperoleh banyak dukungan ketika mengemukakan permasalahannya. Mereka merasa lebih diterima oleh anggota lainnya. Empati dan simpati yang didapatkan dari anggota lain akan banyak memberikan kelegaan bagi tiap-tiap anggota.
 11) Faktor eksistensial 
Isu-isu eksistensial mengenai konfrontasi kehidupan manusia akan banyak dibahas dalam suatu terapi kelompok. Terapi kelompok akan mengantarkan anggotanya pada kesadaran mengenai kehidupan dan tanggung jawab untuk menjalaninya, ketidakmampuan menghindari rasa sakit dan kematian, hubungan dengan orang lain atau bahkan menjalan sendiri kehidupan walaupun mendapatkan banyak petunjuk dan dukungan

No comments:

Post a Comment