Saturday, May 30, 2020

Hubungan Internal Locus of Control dengan Resiliensi (skripsi dan tesis)


Kehidupan sosial tidak pernah lepas dari kesukaran misalnya, hidup
penuh dengan kekecewaan, kegagalan, rintangan, kesengsaraan, kemunduran
hidup, frustrasi dan ketidakadilan. Keraguan diri dapat dengan cepat terbentuk
segera setelah mengalami hal-hal negatif seperti kegagalan. Hal yang terpenting adalah tidak perlu menimbulkan kesulitan dengan keraguan diri, hal tersebut adalah reaksi yang wajar atau alami, akan tetapi bagaimana kecepatan individu tersebut dapat pulih kembali, merasa yakin setelah mengalami kegagalan Bandura (dalam Ismail dan Yusuf, 2013).
Difabel fisik tentu saja dalam menjalankan kehidupan mempunyai
kendala, walaupun tidak sepenuhnya menghambat kegiatan dalam hidupnya.
Misalnya individu yang mengalami keterbatasan pendengaran ataupun
keterbatasan penglihatan tentu saja akan sulit untuk berkomunikasi dengan orang lain, individu dengan keterbatasan fisik tentu saja akan sulit untuk melakukan kegiatan secara cepat seperti orang normal pada umumnya, tentu saja hal itu sangat menghambat seseorang penyandang tunadaksa dalam melakukan aktivitas. Kondisi yang sulit ini akan memaksa difabel fisik untuk bangkit dari situasi sulit itu, agar bisa keluar dari situasi sulit dan terus berjuang untuk menjalankan hidupnya kembali.
Resiliensi sangat diperlukan oleh individu untuk bisa keluar dari maslah
dan situasi sulit yang di hadapi. Munculnya resiliensi pada diri individu di
pengaruhi oleh banyak fakor misalnya faktor jenis kelamin, faktor usia, faktor
budaya, faktor sosial dan ekonomi, faktor dukungan sosial, faktor religiusitas,
serta faktor kepribadian. Chugani (dalam Chairani dan dipayanti, 2006)
mengungkapkan salah satu faktor protektif internal yang berperan dalam
pembentukan resiliensi adalah locus of control.
Menurut Rooter (1966) locus of control dibedakan atas dua yakni
internal dan eksternal. Individu dengan locus of control eksternal adalah adalah individu yang percaya bahwa hasil yang ia dapat disebabkan oleh faktor dari luar dirinya serta keberuntungan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan dan kebahagiaan. Sedangkan individu yang memiliki locus of control internal memahami hasil yang ia peroleh tergantung pada seberapa besar usaha yang ia lakukan. Menurut Rahim (dalam Khan dkk, 2011) seseorang dengan internal
locus of control yang tinggi percaya bahwa mereka dapat mengatasi masalah
yang dihadapi secara fungsional dan lebih efektif. Individu dengan internal locus of control yang tinggi akan melihat bahwa ia mampu mengontrol perilakunya.
Iswati (dalam Jaya dan Rahmat, 2005) berpendapat bahwa secara konseptual
perbedaan kecenderungan locus of control internal dan eksternal akan
mempengaruhi ciri sifat dan kepribadian seseorang termasuk kemampuan
seseorang dalam bertahan dan mengatasi segala tekanan serta permasalahan
kehidupan. Perbedaan orientasi locus of control akan mempengaruhi perbedaan dalam penilaian terhadap situasi yang sedang dihadapi.
Locus of control dalam diri individu memiliki andil untuk menentukan
tinggi rendahnya kemampuan individu untuk bertahan, mengatasi segala tekanan dan permasalahan kehidupan dengan suatu hal yang positif sehingga tercapai suatu kesuksesan hidup. Individu yang mempunyai kemampuan locus of control akan lebih mudah membentuk resiliensi pada dirinya. Hal itu karena locus of control merupakan dasar dalam membangun keyakinan dan harapan untuk percaya bahwa individu bisa bangkit dari situasi sulit yang sedang di hadapi.

No comments:

Post a Comment