Saturday, May 30, 2020

Pengertian Resiliensi (skripsi dan tesis)


Resiliensi berasal dari bahasa latin “re-silere” yang memiliki makna bangkit kembali (Daveson, 2003). Grotberg (1999), menyatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan individu untuk menilai, mengatasi, dan meningkatkan ataupun mengubah diri dari keadaan yang membuat individu mengalami kesengsaraan dalam hidup. Barnet (2001) menyebutkan bahwa resiliensi adalah sebuah kemampuan individu untuk mengatasi peristiwa yang tidak terduga hingga kemudian kembali pada kondisi semula. Lebih spesifik Barnet (2001) mengungkapkan bahwa kemampuan resiliensi juga memiliki makna sebagai suatu kemampuan untuk belajar dari kesalahan dan membentuk sebuah kondisi akhir yang lebih baik. Reivich dan Shatte (2002) menyebutkan bahwa resiliensi merupakan kemampuan individu untuk merespon secara yang sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan ataupun trauma. Resiliensi adalah kemampuan seorang individu dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan. Kemampuan ini sangat penting digunakan untuk mengelola stres dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang mampu mengembangkan kemampuan resiliensi dengan baik maka akan lebih sukses menghadapi permasalahan hidup yang sedang dihadapi (Reivich dan Shatte, 2002).
Menurut Folke (2006) resiliensi adalah sebuah kemampuan untuk bertahan dan memunculkan inovasi-inovasi dalam melewati perubahan kehidupan. Zautra (2009) menjelaskan bahwa resiliensi juga dapat didefinisikan sebagai kesuksesan dalam 19 beradaptasi dalam menghadapi kesulitan. Menurut Kent terdapat tiga poin untuk mengidentifikasi resiliensi, yaitu adanya situasi yang negatif, kemampuan individu menghadapi, dan respon terhadap kondisi. Poin pertama mengenai adanya situasi yang negatif, berhubungan dengan kecenderungan sebuah kondisi negatif akan menimbulkan beberapa perubahan dalam fungsi psikologis individu seperti mengalami perubahan emosi, perubahan kinerja serta perubahan kesehatan mental atau fisik bagi individu. Poin kedua mengenai kemampuan individu dalam menghadapi, berhubungan dengan mampu atau tidaknya individu dalam menghadapi situasi yang menekan ketika pertama kali menghadapi kondisi yang menekan. Poin ketiga mengenai respon terhadap kondisi didefinisikan sebagai respon individu terhadap situasi yang menekan (Kent, 2011). Adanya kemampuan resiliensi pada setiap individu dalam kehidupan berkeluarga merupakan salah satu kemampuan yang penting untuk dikembangkan. Keluarga adalah fase penuh dengan penyesuaian akan perubahan baru dan tekanan kehidupan. Perubahan dan penyesuaian tersebut kian sulit apabila hubungan keluarga yang terbangun harus mengalami perpisahan. Walsh menyebutkan bahwa kehidupan individu yang mengalami perpisahan dalam perkawinan dan kemudian hidup sebagai orangtua tunggal mengalami dua kesulitan utama jika tidak mengembangkan kemampuan resiliensi dengan baik yaitu mengalami kekurangan dan kerusakan (Walsh, 2003). Coleman dan Ganog (2004) menyebutkan bahwa ada tiga perubahan dan penyesuaian yang perlu dilakukan pada keluarga dengan orangtua tunggal yaitu pada keadaan ekonomi yang berkurang, pembagian tugas dalam keluarga, dan dalam perawatan anak. Perempuan dalam keluarga juga membutuhkan pengembangan kemampuan resiliensi. Levine (2006) menjelaskan ketidakmampuan seseorang perempuan bereseliensi menyebabkan ganguan maladaptif pada diri seperti depresi 20 berkepanjangan. Hal yang tidak jauh berbeda juga juga dijelaskan McCallion & Toseland (1993) bahwa perempuan dalam keluarga yang memiliki anak berkebutuhan khusus harus tetap menjaga suasana keluarga agar tetap positif karena orangtua adalah fokus keluarga dalam menguatkan perasaan yang memberdayakan Berdasarkan pemaparan tentang resiliensi dapat dirangkum bahwa resiliensi adalah kemampuan individu untuk beradaptasi dan bangkit dari suatu kondisi yang penuh tekanan menuju kondisi semula ataupun lebih positif lagi. Individu yang mengembangkan kemampuan resiliensi yang baik maka akan lebih mudah untuk mengembalikan diri kepada kondisi semula dibandingkan individu yang tidak mengembangkan kemampuan resiliensi yang baik. Pada kehidupan orangtua tunggal kemampuan untuk mengembangkan resiliensi adalah hal yang penting agar individu dapat bangkit dari keadaan yang menekan dalam mengahadapi permasalahan sebagai orangtua tunggal.

No comments:

Post a Comment