Sunday, July 21, 2019

Pengertian Biaya (skripsi dan tesis)


                 Menurut buku “ Manajemen Produksi dan Operasi” edisi pertama” , Zulian Yamit (2003), menyebutkan bahwa biaya dapat dikategorikan dalam bentuk seperti biaya variabel, biaya tetap dan biaya semi variabel.
  1. Biaya Variabel (Variabel cost), yaitu biaya yang secara total selalu berubah sesuai dengan kegiatan produksi, semakin besar volume produksi semakin besar total biaya variabel, sebaliknya semakin kecil volume produksi semakin kecil total biaya vatiabelnya. Contohnya biaya tenaga kerja langsung, bahan baku, biaya bahan penolong dan sebagian biaya overhead pabrik.


  1. Biaya Tetap (Fixed cost), yaitu biaya yang secara total tidak dapat berubah meskipun terjadi perubahan kegiatan produksi. Contohnya biaya gaji pimpinan dan staf tetap, biaya penyusutan aktiva tetap dengan metode garis lurus dan lain-lain.
  2. Biaya semi Variabel atau semi fixed, yaitu biaya yang sebagian memiliki unsure biaya tetap dan sebagian yang lain memiliki unsure biaya variabel. Contohnya biaya telepon, biaya listrik, biaya pemeliharaan dan lain sebagainya.

Cara Perhitungan Break Even Point (BEP) (skripsi dan tesis)


Berikut ini perhitungan Break Even Point menurut Jay Heizer dan Barry Render (2015 ) ada dua yaitu, Produk Tunggal dan Multiproduk
  1. Break Even Point Produk Tunggal
                 Rumusan untuk titik impas dalam Unit dan Rupiah untuk satu produk tunggal dapat dilihat sebagai berikut:
 Titik impas dalam Unit        
 Titik impas dalam Rupiah 
Di mana :
P              = Harga jual / harha per unit
VC           = Biaya Variabel per unit
FC            = Biaya Tetap
X              = jumlah unit  produk yang diproduksi dan dijual

  1. Break Even Point Multiproduk
           =
                    Di mana :
P              = Harga jual per unit
VC           = Biaya variabel per unit
FC            = Biaya tetap
W             = Presentasi setiap produk dari total penjualan
I               = Masing-masing produk

Keterbatasan  analisis break even point (skripsi dan tesis)


            Menurut Syafaruddin Alwi (1994) mengemukakan bahwa break even point memiliki keterbatasan dalam penerapaanya. Dalam analisisnya break even point dapat dirasakan apabila titik impasnya dapat dipertahankan selama periode tertentu apabila biaya dan harga jual dalam posisi konstan, karena naik turunnya biaya dan harga jual akan memperngaruhi titik break even point. Oleh sebab itu bagi analis, perlu diketahui bahwa analisis break even point, mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yiaitu :

  1. Fixed Cost haruslah konstan selama periode atau range of output tertentu.
  2. Variabel Cost dalam hubungannya dengan sales, haruslah konstan.
  3. Sales price per unit tidak berubah dalam periode tertentu
  4. Sales mix adalah konstan.

Asumsi-asumsi Dasar Break Even Point (skripsi dan tesis)


Menurut ( Munawir 1995: 197, dalam Vinda Kurnia Saraswati, 2015 ) di dalam break even point terdapat beberapa asumsi-asumsi dasar, yaitu
  1. Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau di klarifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya vaiabel dan prinsip variabelitas biaya dapat diterapkan dengan tepat. Pada prakteknya untuk memisahkan biaya tetap dengan biaya variabel dengan tepat bukanlah  merupakan pekerjaan yang mudah karena ada beberapa  biaya yang sifatnya campuran yaitu sifat variable dan tetap.
  2. Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai kapasitas penuh. Biaya tetap adalah biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
  3. Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposional (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan penjualan.
  4. Harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapapun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum.
  5. Bahwa hanya ada satu barang yang diproduksi atau dijual jika lebih dari satu macam maka kombinasi komposisi penjualanya akan tetap konstan.
              Sedangkan menurut (Riyanto, 2001 dalam Dewi Rakhmawati, 2008) asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point, yaitu
  1. Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variable dan golongan biaya tetap
  2. Besarnya biaya variable secara totalitas berubah-ubah secara proposional denan volume produksi / penjualan
  3. Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/ penjualan
  4. Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisis
  5. Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk

Kelemahan Analisis Break Even Point (skripsi dan tesis)


            Menurut Kasmir (2010) break even point di samping memiliki tujuan dan kegunaan ataupun  manfaat bagi perusahaan, analisis titik impas juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain
  1. Perlu adanya asumsi.
      Analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan. Sering kali asumsi yang digunakan sudah tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
  1. Bersifat Statis
Analisis hanya digunakan pada titik tertentu bukan pada suatu periode tertentu
  1. Tidak digunakan untuk keputusan akhir
Analisis titik impas hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan
  1. Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
Jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, maka proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama
  1. Hubungan penjualan dan biaya
Ada hubungan penjualan dan biaya, misalnya dalam biaya, jika penjualan dilakukan dalam kapasitas penuh, namun diperlukan tambahan penjualan, maka aka nada tambahan biaya tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan tambahan peralatan atau pabrik, maka biaya tetap juga akan meningkat
  1. Kurang pertimbangan resiko.
Selama masa penjualan begitu banyak resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Dalam hal ini analisis titik impas kurang memperhatikan factor resiko tersebut. Contoh Kenaikan harga bahan baku dll.
  1. Pengukuran kemungkinan penjualan
Jika grafik titik impas yang didasarkan pada harga penjualan yang konstan, maka untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik atau untuk tiap tingkat harga.

Kegunaan analisis break even point (skripsi dan tesis)


Menurut Kasmir (2010), break even point memiliki kegunaan ataupun manfaat bagi perusahaan, yaitu
  1. Untuk mengetahui pada jumlah berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba atau tidak rugi, atau laba sama dengan nol
  2. Untuk Mengetahui Bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variable, tingkat keuntungan yang diinginkan, dan volume kegiatan ( penjualan atau produksi)
  3. Untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian akan dapat ditentukan diketahui berapa jumlah yang layak untuk dijalankan.
  4. Untuk membantu manajer mengambil keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu produk tertentu. Intinya kegunaan dari analisis ini adalah untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat keuntungan.
            Sedangkan menurut Syafaruddin Alwi (1994: 266) menyatakan bahwa analisis BEP dapat membantu pemimpin perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan antara lain:
  1. jumlah penjualan minimum yang harus di pertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
  2. jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
  3. seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar peruahaan tidak menderita rugi.
  4. untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang akan diperoleh.
              Dari pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa Break even point memiliki kegunaan bagi perusahaan untuk dapat meramalkan atau mengetahui pada jumlah berapa perusahaan tidak rugi dan tidak untung dan juga agar mengetahui perusahaan beroperasi dengan jumlah produksi atau penjualan berapa sehingga perusahaan tersebut akan mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu dengan adanya break even point perusahaan dapat merencanakan berapa laba yang akan diperoleh di tahun-tahun berikutnya dan dapat mempertahankan penjualan yang minimum agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
              Dari beberapa kegunaan yang telah dijelaskan tersebut, menurut Kasmir (2010) bahwa Analisis titik impas atau break even point memiliki beberapa tujuan, yaitu
  1. Mendesain Spesifikasi produk ( berkaitan dengan biaya)
  2. Penentuan harga jual persatuan
  3. Produksi atau Penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
  4. Memaaksimlkan jumlah produksi
  5. Perencanaan laba yang diingikan
  6. Dan tujuan lain.

Pengertian Break Even Point (skripsi dan tesis)

            Dalam mengukur kapasitas produksi dapat dilakukan menggunakan beberapa metode seperti Metode Break even point. Menurut Heizer dan Render (2015) mengemukakan bahwa Analisis titik impas (BEP) merupakan sebuah perangkat yang krusial untuk menentukan kapasitas tempat fasilitas harus mencapai profitabilitas. Tujuan  analisis titik impas atau break even point untuk menemukan suatu titik, dalam uang dan unit, yang mana biaya setara dengan pendapatan.
            Menurut Zulian Yamit (2003: 69) Break event point atau BEP dapat diartikan sebagai laba sama dengan nol, atau marginal income atau countribution margin sama dengan biaya tetap ( MI = FC ), atau biaya tetap dibagi dengan marginal income per unit (FC/MI), atau biaya tetap dibagi marginal income ratio (FC/MIR), atau biaya tetap dibagi satu min Variable cost ratio (FC/1 – VCR).
            Menurut Riyanto (1995: 359), Analisis Break Even point merupakan suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Oleh karena analisis tersebut mempelajari hubungan antara biaya keuntungan volume kegiatan, maka analisis tersebut sering pula disebut “Cost Profit Volume analysis (C.P.V analysis). Dalam perencanaan keuntungan, analisis break even point merupakan “Profit Planning Approach” yang mendasarkan pada hubungan antara biaya dan penghasilan penjualan.
            Sedangkan menurut Alwi, (1994) mengemukakan bahwa Break even point, dapat di artikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol.