Pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagai sebuah sistem mengajar didasarkan pada pemikiran bahwa makna muncul dari hubungan antar isi dan konteksnya. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengkaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Pendekatan kontekstual telah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun 1916 yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi disekelilingnya (Kesuma, 2010:56). Contextual Teaching and Learning (CTL) pertama kali dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan dibentuknya Washington State Consortum for Contextual oleh Departemen Pendidikan Amerika Serikat. Antara tahun 1997 sampai tahun 2001 sudah diselenggarakan tujuh proyek besar yang bertujuan untuk mengembangkan, menguji, serta melihat efektifitas penyelenggaraan pengajaran matematika secara kontekstual. Proyek tersebut melibatkan 11 perguruan tinggi, dan 20 sekolah dengan mengikutsertakan 85 orang guru dan profesor serta 75 orang guru yang sudah diberikan pembekalan sebelumnya.
Pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Kesuma, 2010:58). Menurut Kesuma (2010:58) Contextual teaching and learning (CTL) adalah mengajar dan belajar yang menghubungkan isi pelajaran dengan lingkungan, sehingga dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar menjadi mengasyikan dan bermakna.
Pembelajaran yang bermakna dengan menghubungkan materi pembelajaran dengan lingkungan sehingga memudahkan siswa untuk memahami. Menurut Depdiknas (dalam Kesuma, 2010: 58) Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar (Muslich, 2008:41).
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, tetapi mengkonstruksikan atau membangun pengetahuan dan ketrampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya (Muslich, 2008:41).
Pokok dari CTL adalah menekankan proses pembelajaran dengan mengaitkan materi pembelajaran ke dalam dunia nyata supaya siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan peristiwa yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari. Penemuan makna adalah ciri utama dari CTL, di mana CTL adalah pendekatan yang menyatukan konsep dan praktik (Johnson, 2006:93).
No comments:
Post a Comment