Thursday, July 4, 2024

Komponen Dalam Pengendalian Internal

 


Menurut V. Wiratna Sujarweni 2015:71 dalam (Raisa and Wiradinata 2021)
pengendalian internal mempunyai lima komponen pokok yaitu:

  1. Lingkungan Pengendalian
    Lingkungan pengendalian adalah sarana serta prasarana yang terdapat pada
    organisasi guna melaksanakan desain pengendalian internal yang cakap. Sejumlah
    elemen yang memengaruhi lingkungan pengendalian yaitu:
    a. Jaminan manajemen atas kredibilitas serta nilai etika. Pada organisasi wajib
    senantiasa ditumbuhkan etika, apabila etika tersebut tidak dipatuhi adalah suatu
    bentuk kekeliruan. Misalnya berpakaian kerja yang rapi merupakan sebuah
    etika yang bagus serta begitu juga sebaliknya.
    b. Konsep yang digunakan manajemen serta bentuk operasi yang digunakan
    manajemen, maksudnya manajemen harus melaksanakan aturan yang jelas.
    Apabila ada pelanggaran maka diberi hukuman yang pantas.
    c. Struktur Organisasi
  2. Prosedur pemisahan tugas serta tanggungjawab. Pada organisasi harus jelas
    serta tegas dalam pelaksanaan tugas serta tanggungjawabnya.
  3. Prosedur serta praktek yang terkait sumber daya manusia. Organisasi pada
    saat pemilihan karyawan wajib selektif serta melewati kebijakan uji yang
    seharusnya tidak nepotisme serta sejenisnya.
  4. Pengaruh luar. Jika lingkungan pada organisasi telah bagus, maka pengaruh
    luar yang tidak bagus dapat mudah dicegah serta pengaruh yang bagus tidak
    sulit untuk diterima.
  5. Penaksiran Resiko
    Manajemen harus bisa mengenali beragam resiko yang dijumpai oleh organisasi.
    Dengan mendalami resiko, manajemen bisa melakukan tindakan penangkalan,
    sehingga organisasi bisa terhindar dari kerugian yang banyak. Terdapat tiga resiko
    yang dijumpai organisasi, yakni:
    a. Resiko Strategis, yakni melakukan sesuatu dengan metode yang salah (misal :
    seharusnya dikerjakan secara komputerisasi tetapi dikerjakan dengan manual).
    b. Resiko Finansial yakni resiko menjumpai kerugian pada keuangan. Resiko ini
    bisa diakibatkan oleh hilangnya uang, penghamburan, ataupun pencurian.
    c. Resiko Informasi, yakni membuahkan keterangan yang tidak terkait ataupun
    keterangan yang salah, dan terlebih sistem informasi tidak bisa diyakini.
  6. Aktivitas Pengendalian
    Aktivitas pengendalian adalah beragam sistem serta usaha yang dilaksanakan
    manajemen organisasi guna menjalankan kontrol ataupun pengendalian
    operasional organisasi. COSO mencatat setidaknya terdapat 5 (lima) hal yang bisa
    diimplementasikan oleh organisasi, yakni:
    a. Otorisasi pada transaksi serta aktivitas. Otorisasi melalui pembubuhan
    tandatangan sebagai wujud persetujuan dari pimpinan. Misal : dalam meminta
    penggantian perlengkapan kantor, divisi pembelian wajib melakukan
    permintaan persetujuan dari atasan divisi keuangan, yang dibuktikan melalui
    tandatangan atasannya.
    b. Pemisahan tugas serta tanggungjawab. Hal ini menurut struktur organisasi yang
    sudah dibentuk oleh organisasi.
    c. Draf serta pemakaian dokumen dan notasi yang bagus. Dokumen hendaknya
    tidak sulit digunakan karyawan dan dibentuk melalui materi berkualitas supaya
    tahan lama bila diarsipkan.
    d. Penjagaan yang memadai atas harta serta catatan organisasi.
    e. Pemeriksaan terhadap kinerja perusahaan.
  7. Informasi dan Komunikasi
    Dalam merancang sistem informasi perusahaan, manajemen puncak harus
    mengetahui hal-hal berikut ini:
    a. Bagaimana transaksi diawali.
    b. Bagaimana data dicatat ke dalam formulir yang siap dimasukkan ke sistem
    komputer.
    c. Bagaimana file data dibaca, diorganisasi, dan diperbaharui isinya.
    d. Bagaimana data diproses agar menghasilkan informasi yang makin bermanfaat
    untuk pengambil keputusan.
    e. Bagimanakah informasi yang bagus dilaksanakan.
    f. Bagaimanakah keberhasilan transaksi.
  8. Pemantauan
    Yaitu suatu aktivitas dalam menjejaki perjalanan sistem informasi akuntansi.
    Dengan demikian jika terdapat suatu tidak berjalan sesuai yang diinginkan, bisa
    secepatnya dilakukan tindakan. Beragam wujud pengawasan pada organisasi bisa
    dilakukan antara lain dengan :
    a. Keefektifan pengawasan, yakni atasan bisa memantau karyawan yang ada di
    bawahnya.
    b. Akuntansi pertanggung jawaban yakni organisasi mengimplementasikan sebuah
    sistem akuntansi dalam mengukur performa setiap manajer, setiap divisi serta
    setiap prosedur yang dilakukan organisasi.
    c. Pemeriksaan intern yakni pemeriksaan yang dilaksanakan auditor pada internal
    organisasi

Unsur Utama Dalam Sistem Pengendalian Internal

 


Menurut Mulyadi 2017:130 dalam (Wijaya 2021) unsur utama dalam
pengendalian internal, yakni:
a. Struktur organisasi membagi tanggungjawab serta wewenang dengan jelas.
Struktur organisasi adalah kerangka pemisahan tanggungjawab fungsi terhadap
bagian-bagian organisasi yang terbentuk guna melakukan aktivitas-aktivitas
utama organisasi.
b. Metode otorisasi serta metode pencatatan. Pada perusahaan, semua transaksi
hanya terlaksana karena ada otorisasi dari fungsi yang mempunyai wewenang
dalam menyetujui terjadi transaksi yang dimaksud. Oleh sebab itu, pada
perusahaan wajib dibuatkan sistem yang menata pemisahan wewenang dalam
otorisasi untuk pelaksanaan masing-masing transaksi.
c. Praktek yang sehat. Pemisahan tanggungjawab fungsi, wewenang serta metode
pencatatan yang sudah diimplementasikan tidak dapat berjalan secara baik
apabila tidak dibuat kaidah-kaidah yang menjaga praktek sehat pada saat
pelaksanaan.
d. Mutu karyawan yang serasi dengan tanggungjawabnya. Kualitas karyawan
adalah elemen dalam sistem pengendalian internal yang amat vital. Apabila
organisasi mempunyai karyawan yang terampil serta andal, elemen
pengendalian lainnya bisa dipangkas hingga batas paling kecil serta organisasi
tetap dapat membuat pertanggung jawaban keuangan yang mampu dipercaya

Pendekatan Efektivitas

 


Pendekatan efektivitas digunakan dalam mengukur seberapa besar kegiatan
tersebut efektif. Ada beberapa pendekatan yang dipakai atas efektivitas yakni :
a. Pendekatan Sasaran
Pendekatan sasaran mengukur seberapa besar sebuah organisasi berhasil
merealisasi target yang ingin dicapai. Pendekatan sasaran dimulai dengan
mengidentifikasi target perusahaan serta mengukur tingkat keberhasilan
perusahaan dalam mencapai target yang dimaksud.
Dengan demikian, pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana
organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai.
Efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Oleh karena
itu, dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan dan tujuan
tercapainya dengan waktu yang tepat maka program tersebut akan lebih efektif.
Contoh dari pendekatan sasaran yaitu apabila suatu pekerjaan mempunyai
target menjual habis barangnya dalam waktu satu minggu, dan barang tersebut
terjual habis dalam waktu satu minggu, maka pekerjaan tersebut dapat
dikatakan efektif.
b. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya.
Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga
memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini
didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap
lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dalam
lingkungannya, dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang
terdapat pada lingkungan seringkai bersifat langka dan bernilai tinggi.
Pendekatan sumber dalam kegiatan usaha organisasi dilihat dari seberapa jauh
hubungan antara anggota binaan program usaha dengan lingkungan sekitarnya,
yang berusaha menjadi sumber dalam mencapai tujuan.
c. Pendekatan Proses (Internal Process Approach)
Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan
dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan
dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara
terkoordinasi

Ukuran Efektivitas

 


Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukan hal yang mudah.
Efektivitas dapat diperiksa dari sudut yang berbeda dan tergantung pada siapa
yang mengevaluasi dan menafsirkannya. Dari perspektif produktivitas, kepala
produksi menyampaikan pengertian bahwa efektivitas artinya kualitas serta
kuantitas (volume produksi) produk. Tingkatan efektivitas bisa pula diukur
dengan membuat perbandingan rencana yang dibuat dengan hasil yang benar-
benar dicapai. Tetapi apabila upaya dan hasil kerja serta tindakan yang
dilaksanakan tidak sesuai dan tujuan serta target yang diinginkan tidak tercapai,
maka dapat dibilang tidak efektif.
Beberapa kriteria tentang efektivitas dalam pencapaian tujuan yakni :
a. Tujuan yang ingin dicapai harus jelas, dimaksudkan agar karyawan dalam
melaksanakan tanggung jawab mencapai target yang terarah serta tujuan
perusahaan mampu dicapai.
b. Strategi dalam mencapai tujuan harus jelas, sudah dipahami bahwa strategi
merupakan “pada jalan” yang diikuti dalam melaksanakan bermacam usaha
untuk pencapaian target yang ditetapkan supaya para pelaksana tidak
menyimpang dalam mencapai tujuan perusahaan.
c. Proses analisa serta perumusan kebijakan yang handal, terkait dengan tujuan
yang ingin dicapai serta strategi yang sudah ditetapkan berarti kebijakan harus
dapat menghubungkan tujuan-tujuan dengan upaya-upaya pelaksanaan
aktivitas operasi.
d. Kematangan perencanaan, pada dasarnya bermakna membuat keputusan saat
ini apa yang dilakukan oleh perusahaan di masa mendatang.
e. Menyusun program yang akurat sebuah perencanaan yang baik masih butuh
penjabaran pada program - program pelaksanaan yang akurat.
f. Ketersediaan sarana serta pra sarana kerja, salahsatu indikator efektivitas
perusahaan yaitu kapasitas kerja secara produktif.
g. Keefektifan serta keefisienan pelaksanaan, bagaimanapun bagusnya sebuah
program jika tidak dilakukan dengan efektif serta efisien maka perusahaan itu
tidak mampu mencapai targetnya.
h. Pengawasan serta pengendalian yang berkarakter mendidik, karena karakter
manusia yang tidak sempurna maka efektivitas perusahaan mewajibkan adanya
pengawasan serta pengendalian.
Kriteria ukuran efektivitas yakni:

  1. Produktif dalam bekerja
  2. Kemampuan beradaptasi dalam bekerja
  3. Kepuasan bekerja
  4. Kemampuan menghasilkan laba
  5. Pencarian sumberdaya

Pengertian Efektivitas

 


Menurut Beni 2016: 69 dalam (Krisdayanti 2022), efektivitas adalah
hubungan kinerja dengan tujuan, ukuran seberapa baik tingkat kinerja, kebijakan,
dan prosedur organisasi tercapai. Efektivitas juga terkait dengan tingkat
keberhasilan operasi sektor publik dan dikatakan bermanfaat ketika kegiatan
memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan untuk memberikan
pelayanan publik. Ini adalah tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Mardiasmo 2017: 134 dalam (Yulitiawati and Rusmidarti 2021),
efektivitas merupakan ukuran keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam
pencapaian tujuannya. Ketika sebuah organisasi mencapai tujuannya, ia
beroperasi secara efektif. Indikator efektivitas menunjukkan efektivitas dan sejauh
mana hasil (results) program dalam mencapai tujuan program. Semakin tinggi
kontribusi output dari hasil untuk mencapai tujuan atau maksud yang telah
ditentukan, maka semakin efektif proses kerja unit organisasi tersebut.
Menurut Mahmudi 2010: 143 dalam (Nazar, Tinangon, and Lambey 2016),
efektivitas adalah hubungan antara hasil dan tujuan yang ingin dicapai. Meskipun
proses tindakan dikatakan efektif dalam mencapai tujuan kebijakan dan tujuan
akhir.

Indikator Punishment

 


Menurut Mangkunegara (2016:20) punishment merupakan
ancaman hukuman yang bertujuan untuk memperbaiki karyawan
pelanggar, memelihara peraturan yang berlaku dan memberikan
pelajaran pada pelanggar.
a. Punishment Preventif
Punishment ini bermaksud untuk mencegah jangan sampai terjadi
pelanggaran sehingga hal itu dilakukan. Yang termasuk kedalam
punishment preventif meliputi tata tertib, anjuran dan perintah,
larangan dan paksaan serta disiplin.
b. Punishment Represif
Punishment ini dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau
kesalahan. Adapun yang termasuk punishment represif meliputi
pemberitahuan, teguran, peringatan dan hukuman.
Menurut Siagian, Sondang P (2013:21) indikator
punishment adalah sebagai berikut:
a. Usaha meminimalisir kesalahan yang akan terjadi
Jika dalam suatu perusahaan atau organisasi karyawan harus
bisa meminimalisir kesalahan yang dibuat dalam bekerja,
karena jika karyawan tersebut terus-menurus melakukan
kesalahan perusahaan tersebut akan memberikan punishment.
b. Adanya hukuman yang lebih berat bila kesalahan yang sama
masih dilakukan
Hukuman yang diberikan oleh atasan semata-mata akan
membuat karyawan jera melakukan kesalahan, tetapi jika
karyawan tersebut melakukan kesalahan yang sama dilakukan
atasan akan memberikan hukuman yang lebih berat.
c. Hukuman dilakukan dengan adanya penjelasan
Seseorang karyawan perlu menanyakan kejelasan kepada
atasannya, apa hukumannya jika karyawan tersebut melakukan
kesalahan ringan, dan apa hukumannya jika karyawan
melakukan kesalahan yang berat.
d. Hukuman segera diberikan setelah adanya penyimpangan
Dengan adanya pengawasan kepada karyawan atasan bisa
memantau para karyawan yang bekerja pada perusahaan
tersebut, jika karyawan tersebut melakukan kesalahan dan
terbukti melakukan kesalahan tersebut maka atasan langsung
memberikan hukuman yang sesuai dengan kesalahannya
tersebut.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Punishment

 


Menurut Mangkunegara (2013:142) faktor-faktor yang
mempengaruhi pemberian punishment kepada karyawan disebabkan
karena:
a. Karyawan datang terlambat tanpa pemberitahuan.
b. Pulang kerja sebelum jam yang ditentukan tanpa alasan yang jelas.
c. Tidak masuk kerja selama tiga hari atau lebih tanpa izin, baik
secara tertulis maupun lisan.
d. Menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribad