Showing posts with label akutansi. Show all posts
Showing posts with label akutansi. Show all posts

Sunday, June 23, 2024

Pengaruh Brand Image Terhadap Loyalitas Nasabah

 


Menurut (Kotler dan Keller, 2012:3), citra merek adalah anggapan tentang
merek yang direfleksikan konsumen yang berpegang pada ingatan konsumen.
Citra terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan
prefensi terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan melakukan pembelian.
Citra merek seperangkat keyakinan ide dan kesan yang terbentuk oleh seseorang
terhadap suatu objek. Sedangkan menurut Lupiyoadi (2013:143) loyalitas nasabah
mempunyai arti kondisi dimana nasabah mempunyai sikap positif terhadap sebuah
merek, mempunyai komitmen pada merek tersebut dan bermaksud meneruskan
pembeliannya di masa mendatang dengan ciri-ciri memberikan informasi positif
terhadap orang lain, tidak pindah merek lain, frekuensi pembelian, dan
kemudahan mendapatkan produk.
Hubungan antara Citra Merek dengan Loyalitas Nasabah cenderung
memilih berdasarkan citra merek, terutama ketika konsumen itu tidak memiliki
pengalaman dengan produk dalam kategori tertentu yang tidak pernah mereka
beli, mereka akan cenderung untuk “percaya” pada produk dengan nama merek
yang terkenal atau favorit nasabah sering berpikir bahwa merek yang terkenal
merupakan produk yang lebih baik dan lebih bernilai untuk dibeli karena tersirat
jaminan akan kualitas, dapat diandalkan, dan pelayanan yang lebih baik bahwa
konsumen yang mempunyai hubungan erat dengan merek tertentu – koneksi
antara citra diri dengan citra merek yang positif – memandang merek tersebut
sebagai perwakilan akan aspek-aspek diri mereka (Abdullah, 2012

Pengaruh Trust Terhadap Kepuasan Nasabah

 


Kepercayaan sebagai keyakinan dalam bertransaksi antara individu satu
dengan individu yang lain atas kerelaan masing-masing. Berdasarkan pengertian
tersebut bahwa kepercayaan harus didasarkan pada dimensi kerelaan. Kerelaan
merupakan hasi sebuah keyakinan apa yang dilakukan adalah sesuatu yang benar
dan dapat menguntungkan. Ketika satu pihak mempunyai keyakinan (confidence)
bahwa pihak lain yang terlibat dalam pertukaran mempunyai reliabilitas dan
integritas, maka dapat dikatakan ada trust (Moorman et.al (2003). Kepercayaan
konsumen terhadap suatu produk yang tinggi, karena kualitas produk yang sesuai
harapkan konsumen, maka hal ini akan menjadikan konsumen puas akan produk
tersebut

Pengaruh Service Quality Terhadap Kepuasan Nasabah

 


Menurut (Kotler dan Keller, 2012:139), Service Quality adalah suatu
strategi bisnis yang mengutamakan pelanggan sebagai sasaran pemenuhan
kebutuhan dan kepuasan internal yaitu kecepatan pelayanan dan keramahan
pelayanan, sedangkan eksternal yaitu kelengkapan fasilitas secara eksplisit dan
implisit.
Melihat perkembangan keinginan dan kebutuhan konsumen akan suatu
produk/jasa maka akan mengarahkan tujuan pemasaran produk suatu perusahaan
untuk terus mengikuti dan memenuhi keinginan konsumen. Untuk memenuhi hal
tersebut maka perlunya service quality dari perusahaan dengan membangun image
konsumen atas pelayanan yang diberikan. Pemenuhan kualitas pelayanan yang
sesuai dengan harapan konsumen, maka kualitas pelayanan tersbut akan
dipersepsikan konsumen menjadi memuaskan. Menurut (Kotler dan Keller, 2012)
pengertian kualitas berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi keinginan
pelanggan. Semakin baik kualitas pelayanan maka kepuasan konsumen akan
semakin meningkat

Pengaruh Brand Image Terhadap Kepuasan Nasabah

 


Citra merek adalah persepsi konsumen terhadap merek suatu produk yang
dibentuk dari informasi yang didapatkan konsumen melalui pengalaman
menggunakan produk tersebut. Menurut Keller (2013:3), brand image adalah
tanggapan konsumen akan suatu merek yang didarkan atas baik dan buruknya
merek yang diingat konsumen. Citra merek merupakan keyakinan yang terbentuk
dalam benak konsumen tetantng obyek produk yang telah dirasakanya. Sedangkan
menurut Kotler (2009) Kepuasan pelanggan (customersatisfaction) merupakan
tingkat kesesuai antara kinerja yang dimiliki perusahaan dengan tingkat harapan
konsumen.

Pengaruh Kepuasan Nasabah Terhadap Loyalitas Nasabah

 


Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil dari suatu
produk dan harapan-harapannya. Keinginan dan kebutuhan konsumen satu
berkembang dan beraneka ragam yang harus diikuti pihak bank dalam
memperoleh kepuasan konsumen, sehingga konsumen harus pandai dalam
memilih produk dan jasa. Konsumen akan selalau memlilih suatu produk yang
memliki nilai terhantar tertinggi. Tetapi disisi lain konsumen dibatasi pada biaya
pencarian, tingkat pengetahuan, mobilatas dan pendapatan konsumen (Kotler,
2009). Sedangkan Menurut Zailaml dan Gremler (2006) loyalitas konsumen
didefinisikan sebagai suatu ukuran kesetiaan dari pelanggan dalam menggunakan
suatu merek produk atau merek jasa pada kurun waktu tertentu, pada situasi
dimana banyak pilihan produk ataupun jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya
dan pelanggan memiliki kemampuan.
Apabila konsumen puas terhadap produk yang digunakan, maka konsumen
akan memiliki loyalitas yang tinggi. Menurut Kotler (2009), menyatakan
kepuasan konsumen akan kinerja suatu produk, yaitu kinerja produk sama dengan
harapan konsumen, maka konsumen akan loyal terhadap produk tersebut.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka untuk meningkatkan konsumen yang
memiliki loyalitas tinggi terhadap suatu jasa atau produk, maka diperlukan usaha
untuk memuaskan konsumen.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Marlien (2013),
tentang Analisis Kepercayaan, Citra Merek Dan Kualitas Layanan Terhadap
Loyalitas Nasabah Dimediasi Kepuasan Nasabah. Penelitian ini menggunan
variabel bebas kepercayaan, citra merek dan kualitas pelayanan, variabel terikat
loyalitas dan variabel mediasi kepuasan konsumen. Hasil penelitian menyatakan
bahwa kepuasan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas
konsumen

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen

 


Loyalitas merek merupakan sebuah fenomena attitudinal yang berkorelasi
dengan perilaku, atau merupakan fungsi dari proses psikologis. Jacoby dan
Chesnut yang dikutip oleh Abdullah (2012:35) telah membedakan empat macam
loyalitas, yaitu : (1) loyalitas merek fokal yang sesungguhnya, loyalitas pada
merek tertentu yang menjadi minatnya, (2) loyalitas merek ganda yang
sesungguhnya, termasuk merek lokal, (3) pembelian ulang merek lokal dari non-
loyal, dan (4) pembelian secara kebetulan merek lokal oleh pembeli-pembeli loyal
dan non-loyal merek lain. Setiap tahap loyalitas, dari loyalitas kognitif sampai
loyalitas tindakan mempunyai dua alternatif kemungkinan kejadian yaitu :
keteguhan nasabah pada merek yang dipilihnya (loyalitas merek), dan kerentanan
nasabah untuk berpindah ke merek lain.
Perilaku pembelian ulang seringkali dihubungkan dengan loyalitas merek
(brand loyality). Akan tetapi, ada perbedaan di antara keduannya. Bila loyalitas
merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, maka
perilaku pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu
yang sama secara berulang kali. Menurut Mowen (2013:267), perilaku pembelian
ulang bisa dijabarkan menjadi dua kemungkinan, yakni, loyalitas dan inersia.
Faktor pembedanya adalah sensitivitas merek yang didefinisikan sebagai “sejauh
mana merek memainkan peran kunci dalam proses pemilihan alternatif dalam
kategori produk tertentu”. Sensitivitas merek dipengaruhi persepsi terhadap
perbedaan antar merek dan tingkat keterlibatan nasabah dalam kategori produk.
Fakor loyalitas nasabah menurut Griffin (2005:31) terdiri dari 1)
Melakukan pembelian secara teratur 2) Membeli antarlini produk dan jasa, 3)
Mereferensikan kepada orang lain, 4) Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan.
Penjelasan masing-masing indikator adalah:

  1. Melakukan pembelian secara teratur
    Nasabah Bank yang telah melakukan hubungan transaksi dengan pihak
    Bank dan merasa puas dengan apa yang diperoleh akan membentuk
    hubungan yang erat antara nasabah dengan apa yang diinginkan, sehingga
    nasabah tersebut akan menggunakan jasa Bank secara teratur.
  2. Membeli antarlini produk produk dan jasa
    Nasabah bukan hanya membeli menggunakan produk atau jasa Bank satu
    jenis tetapi lebih dari satu jenis seperti satu nasabah bisa menabung,
    deposito dan mengambil kredit, tetapi nasabah selau menuntut inovasi jasa
    bank.
  3. Merekomendasikan produk kepada orang lain (refers other)
    Nasabah yang selalu merekomendasikan produk Bank kepada orang lain
    adalah aset terbesar bagi bank, dimana nasabah ini selain
    merekomendasikan akan selalu menggunakan produk atau jasa Bank,
    nasabah akan menjadi juru bicara yang baik pada nasabah lain dan nasabah
    akan marah apabila ada orang lain menjelek-jelekkan Bank.
  4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan pesaing
    Para nasabah menolak untuk mengakui ada jenis-jenis produk atau jasa bank
    lain, nasabah yakin dengan jasa Bank saat ini, dan sulit untuk beralih ke
    bank yang lain, nasabah menggap produk atau jasa Bank adalah sudah
    benar-benar sesuai dan indah, dan banyak mereka sudah percaya dengan
    produk atau jasa Bank.
    Loyalitas Nasabah adalah kesetian nasabah untuk memiliki komitmen selalu
    menggunakan (Kotler dan Keller, 2012:143). Berdasarkan pengertian tersebut
    maka penulis memodifikasi indikator loyalitas nasabah sebagai berikut:
  5. Akan selalu menggunakan jasa
  6. Belum berminat pindah
  7. Menggunakan jasa lebih sering
  8. Rekomendasi pada sahabat
  9. Saran untuk kebaikan perusahaan

Pengertian Loyalitas konsumen

 


Loyalitas Nasabah dan loyalitas merek, sebenarnya merupakan dua istilah
yang hampir mirip maknanya, sehingga sering disebut dengan loyalitas merek
saja. Loyalitas nasabah itu dalam jangka panjang selalu menjadi tujuan bagi
perencanaan pasar strategik (Kotler dan Keller, 2012:317). Selain itu, juga
dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan yaitu keunggulan yang dapat direalisasi melalui upaya-upaya
pemasaran.
Menurut Oliver (1996) mendefinisikan kesetiaan pelanggan sebagai
komitmen pelanggan secara mendalam untuk bertahan hidup, berlangganan
kembali atau membeli kembali produk / jasa yang dipilih secara konsisten di masa
depan, meskipun pengaruh situasi dan upaya pemasaran memiliki potensi untuk
menyebabkan perubahan perilaku. Loyalitas merek pada konsumen itu disebabkan
oleh adanya pengaruh kepuasan atau ketidakpuasan dengan merek tersebut yang
terakumulasi secara terus-menerus di samping adanya persepsi tentang kualitas
produk (Kotler dan Keller, 2012:324).
Loyalitas menurut Gramer dan Brown (2010: 27) berpendapat loyalitas
konsumen dapat diukur dengan sejauhmana konsumen menunjukkan perilaku
pembelian ulang atau dalam kata lain ukuran konsumen loyal dapat dilihat dari
bagaimana tanggapan konsumen setelah menggunakan produk atau jasa tersebut
dalam melakukan pembelian ulang. Konsumen akan memliki kecederungan
melakukan pembelian ulang apabila merasa puas dan loyal terhadap penyedia jasa
atau produk yang sesuai harapannya. Sikap yang positif akan selalu ditunjukkan
pada konsumen terhadap peyedia jasa atau produk yang menjadi langganannya.
Menurut Sutisna (2011: 41) membagi loyalitas menajdi dua yaitu loyal terhadap
merek atau brand dan loyal terhadap toko/tempat. Loyalitas konsumen merupakan
sikap yang ditunjukkan dengan konsistensi pembelian terhadap merek suatu
produk sepanjang waktu.

Kepuasan Konsumen

 


Salah satu usaha yang dilakukan bank jika ingin berhasil dalam merebut
pangsa pasar yakni apabila bank itu mampu mengetahui seberapa besar kepuasan
yang diperoleh konsumen. Pengertian kepuasan konsumen adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya
terhadap kinerja atau hasil dari suatu produk dan harapan-harapannya.
Berdasarkan definisi ini, kepuasan merupakan yang tinggi karena para nasabah
yang hanya merasa puas mudah untuk berubah pikiran bila mendapat tawaran
yang lebih baik, konsumen yang amat puas lebih sukar untuk mengubah
pikirannya.
Menurut Druker dalam Supranto (2011:56) tugas dalam konsep pemasaran
modern yang jadi titik tolak sentral dari kegiatan pemasaran adalah kepuasan
konsumen, tugas utama bank adalah memenuhi kebutuhan konsumen sesuai
harapannya. Keinginan dan kebutuhan konsumen satu berkembang dan beraneka
ragam yang harus diikuti pihak bank dalam memperoleh kepuasan konsumen,
sehingga konsumen harus pandai dalam memilih produk dan jasa yang
memberikan penawaran nilai tertinggi, tetapi dibatasi oleh biaya pencarian,
pengetahuan yang terbatas, mobilitas dan pendapatan mereka dalam mendapatkan
produk atau jasa tertentu, konsumen akan membentuk suatu harapan nilai dan
bertindak atas dasar harapan nilai tersebut dan selanjutnya konsumen akan tahu
apakah tawaran yang diberikan tersebut benar-benar memenuhi harapan. Berbagai
faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen diantaranya adalah kualitas
produk, pelayanan sales, dan ketepatan penyampaian produk.
Nasabah dalam menggunakan produk/jasa bank berharapa bank
memberikan nilai terhantar tertinggi. Nilai terhantar merupakan selisih total nilai
yang diterima nasabah terhadap total biaya atau pengorbanan yang diberikan
nasabah terhadap bank. Keuntungan nasabah sebagai selisih nilai terhantar
tersebut sejumlah keuntungan yang dirasakan konsumen dari barang dan jasa
tertentu. Memaksimalkan nilai terhantar adalah cara paling tepat dan efektif dalam
keadaan yang bagaimanapun, implikasi bagi penjual. Penjual harus mengukur
jumlah nilai konsumen dan jumlah biaya konsumen dari masing-masing
penawaran pesaingnya agar penjual tahu posisi penawarannya.
Penjual yang kalah posisi nilai hantarnya punya alternatif yaitu penjual
dapat mencoba meningkatkan jumlah nilai hantar dengan cara memperkuat
produk, pelayanan, personil dan citra penawaran atau mengurangi jumlah biaya
konsumen dengan cara menurunkan harga, mempermudah proses pemesanan dan
penyerahan barang atau mengambil alih sebagai resiko konsumen dengan cara
memberikan garansi.

Trust (Kepercayaan)

 


Trust merupakan pondasi dari bisnis. Suatu transaksi bisnis antara dua
pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai.
Kepercayaan (trust) tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain / mitra bisnis,
melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Trust telah
dipertimbangkan sebagai katalis dalam berbagai transaksi antara penjual dan
pembeli agar kepuasan konsumen dapat terwujud sesuai dengan yang diharapkan
(Yousafzai et al., 2013). Membangun kepercayaan dalam hubungan jangka
panjang dengan nasabah adalah suatu faktor yang penting untuk menciptakan
loyalitas nasabah. Menurut Prasaranphanich dalam Riska (2012), ketika
konsumen mempercayai sebuah bank , mereka akan lebih suka melakukan
pembelian ulang dan membagi informasi pribadi yang berharga kepada bank
tersebut.
Riska (2012) mendefinisikan trust sebagai keyakinan dalam bertraksaksi
antara individu satu dengan individu yang lain atas kerelaan masing-masing.
Berdasarkan pengertian tersebut bahwa kepercayaan harus didasarkan pada
dimensi kerelaan. Kerelaan merupakan hasi sebauah keyakinan apa yang
dilakukan adalah sesuatu yang benar dan dapat menguntungkan. Ketika satu pihak
mempunyai keyakinan (confidence) bahwa pihak lain yang terlibat dalam
pertukaran mempunyai reliabilitas dan integritas, maka dapat dikatakan ada trust.
Sedangkan Rofiq (2014), mendefinisikan trust adalah kepercayaan seseorang
terhadap orang lain yang telah melakukan transaksi yang didasarkan pada suatu
keyakinan, bahwa orang yang dipercayai memiliki segala kewajibannya dengan
baik dan sesuai yang diharapkan. Kepercayaan konsumen menurut Mowen
(2013:312) adalah seluruh pengetahuan konsumen dan semua kesimpulan yang
dibuat konsumen tentang objek, atribut, dan manfaatnya.
Atribut (atributtes) adalah ciri-ciri yang dimiliki atau tidak dimiliki suatu
produk. Terdapat dua jenis atribut yaitu intrisik dan ekstrisik. Atribut intrisik yaitu
sifat atau ciri-ciri yang berhubungan dengan fist aktual produk. Atribut Ekstrisik
adalah ciri-ciri produk yang dilihat dari ekternal produk. Bank harus menyadari
bahwa kepercayaan terhadap ciri-ciri produk/jasa, serta manfaat menunjukkan
persepsi konsumen, dan umumnya kepercayaan konsumen satu berbeda dengan
konsumen lainnya.
Mereka juga harus mengingat bahwa kepercayaan mereka sendiri terhadap
sebuah merek tertentu berbeda dari target pasar. Kepercayaan yang dikatakan
mewakili asosiasi yang konsumen bentuk di antara objek, atribut, dan manfaat,
didasarkan atas proses pembelajaran kognitif. Seseorang membentuk tiga jenis
kepercayaan (Mowen, 2013:321) :

  1. Kepercayaan atribut objek
    Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut
    kepercayaan atribut objek. Kepercayaan atribut-objek menghubungkan
    sebuah atribut dengan objek, seperti seseorang, barang, atau jasa.
  2. Kepercayaan atribut manfaat
    Kepercayaan atribut manfaat merupakan persepsi konsumen tentang
    seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan
    manfaat tertentu. Seseorang mencari produk dan jasa yang akan
    menyelesaikan masalah-masalah mereka dan memenuhi kebutuhan mereka.
  3. Kepercayaan objek manfaat
    Kepercayaan objek manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa
    jauh produk atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu.
    Mowen (2013:322) menyatakan bahwa kepercayaan yang membentuk
    sikap dan perilaku akan menghasilakn suatu tindakan nyata yaitu kepercayaan
    kepada suatu objek secara bertahap. Tahap pertama konsumen membentuk
    kepercayaan terhadap produk dan jasa, kemudian kepercayaan membentuk sikap
    terhadap produk dan selanjutnya konsumen berlaku dalam bentuk pembelian
    ulang atau minat beli

Service Quality

 


Pengertian kualitas berfokus pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi
keinginan pelanggan. Menurut Lupiyoadi (2013:181), pelayanan yang sesuai
harapan konsumen merupakan keharusan yang dilakukan perusahaan dalam upaya
meningkatkan kepercayaan konsumen. Tingkat pelayanan yang sesuai keinginan
konsumen dapat diukur dengan tingkat kepuasan konsumen. Perusahaan yang
mampu mengetahui perilaku konsumennya seperti perilaku gaya hidup dan pola
konsumsi konsumennya, maka perusahaan tersebut akan berusaha untuk
memenuhinya.
Service Quality adalah suatu strategi bisnis yang menghasilkan barang dan
jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen internal yaitu kecepatan
pelayanan dan keramahan pelayanan, sedangkan eksternal yaitu kelengkapan
fasilitas secara eksplisit dan implisit. (Kotler dan Keller, 2012:139). Service
quality dalam perusahaan jasa merupakan penyajian produk atau jasa sesuai
ukuran yang berlaku ditempat produk tersebut diadakan dan penyampaianya
setidaknya sama dengan yang diinginkan dan diharapkan oleh konsumen. Kualitas
juga bisa berarti baik buruk keadaan suatu benda, berdasarkan definisi yang ada
terdapat beberapa kesamaan elemen dari kualitas sebagai berikut:

  1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan nasabah.
  2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan.
  3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
    Parasuraman et al., (1993) telah mengidentifikasi lima dimensi kualitas
    jasa – reliability, responsiveness, assurance, tangibles, empathy yang telah
    digunakan secara luas dalam industri jasa. Berdasarkan dimensi-dimensi ini,
    instrumen-instrumen kualitas jasa telah dikembangkan dan secara luas digunakan
    dalam industri jasa untuk mengukur persepsi konsumen atas kualitas jasa.
    Beberapa pengaruh dari pengharapan konsumen atas jasa yang adalah kebutuhan
    personal konsumen – fisik, sosial, psikologi. Determinan-determinan ini sangat
    dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya dari nasabah tersebut. Sehingga,
    budaya memiliki pengaruh penting pada kualitas jasa yang diharapkan dan
    kepentingan relatif dari lima dimensinya.
    Mendefinisikan Service Quality dalam suatu organisasi yang menangani
    jasa atau pelayanan bukanlah hal yang mudah karena setiap instansi
    mendefinisikan Service Quality berdasarkan tuntutan, harapan budaya masyarakat
    sehingga definisi Service Quality berbeda-beda satu dengan yang lainya.
    Berdasarkan pada pengertian tentang kualitas produk termasuk bahwa kualitas
    selalu berfokus pada nasabah, dengan demikian produk didesain, diproduksi serta
    pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kepentingan nasabah, karena kualitas
    mengacu pada segala sesuatu yang menentukan kepuasan nasabah, maka suatu
    produk yang dihasilkan baru dapat dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan
    keinginan nasabah.
    Menurut Zeithaml dan Bitner (1995), tingkatan kualitas pelayanan yang
    diharapkan oleh pelanggan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
  4. Desired service
    Tingkatan ini adalah harapan pelanggan terkait pelayanan yang diinginkan,
    yaitu kepercayaan pelanggan tentang pelayanan yang diterima dengan
    pelayanan yang seharusnya diterima.
  5. Adequate service
    Tingkatan ini adalah ketika pelanggan menerima pelayanan, hal ini juga
    berkaitan dengan kemampuan suatu perusahaan untuk dapat memenuhi
    permintaan pelayanan dari pelanggan tersebut.

Brand Image

 


Citra merek adalah persepsi konsumen terhadap merek suatu produk yang
dibentuk dari informasi yang didapatkan konsumen melalui pengalaman
menggunakan produk tersebut. Menurut Keller (2013:3), brand image adalah
tanggapan konsumen akan suatu merek yang didasarkan atas baik dan buruknya
merek yang diingat konsumen. Citra merek merupakan keyakinan yang terbentuk
dalam benak konsumen tentang obyek produk yang telah dirasakanya.
Citra merek mampu membentuk persepsi positif dan kepercayaan konsumen
terhadap produk atau jasa yang akan memperkuat loyalitas merek. Loyalitas
merek dapat membentuk image yang baik, tepat dan sesuai dengan selera
konsumen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya. Image atau citra adalah
suatu gambaran, penyerupaan kesan utama atau garis besar, bahkan bayangan
yang dimiliki oleh seseorang tentang sesuatu, oleh karena itu citra atau image
dapat dipertahankan.
Menurut Kotler and Keller (2012:315), Brand image adalah persepsi dan
keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang
terjadi dalam memori konsumen. Suatu brand image yang kuat dapat memberikan
keunggulan utama bagi bank salah satunya dapat menciptakan keunggulan
bersaing. Brand image merupakan persepsi konsumen terhadap merek suatu
produk yang dibentuk dari informasi yang didapatkan konsumen melalui
pengalaman menggunakan produk tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut
menunjukkan bahwa suatu merek akan kuat apabila didasarkan pada pengalaman
dan mendapat informasi yang banyak.
Merek merupakan suatu simbol yang kompleks yang dapat menyampaikan
enam tingkat pengertian, antara lain (Kotler and Keller (2012:316):
a. Atribut (attributes), suatu merek mendatangkan atribut tertentu ke dalam
pikiran konsumen.
b. Manfaat (benefits), atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional dan emosional.
c. Nilai (values), merek juga menyatakan tentang nilai pembuat atau produsen.
d. Budaya (culture), merek dapat mempresentasikan budaya.
e. Kepribadian (personality), merek dapat menjadi proyeksi dan pribadi
tertentu.
f. Pengguna (user), merek dapat mengesankan tipe konsumen tertentu.
Sedangkan menurut Setiadi (2013:109), Brand Image adalah representasi
dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan
pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan
dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek.
Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek, akan lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian. Menurut Kotler dan Amstrong
(2012:216) brand image yang efektif dapat mencerminkan tiga hal, yaitu:
a. Membangun karakter produk dan memberikan value proposition.
b. Menyampaikan karakter produk secara unik sehingga berbeda dengan para
pesaingnya.
c. Memberi kekuatan emosional dari kekuatan rasional.
Citra merek atau brand image merupakan kesan positif atas merek produk
yang ditanamkan perusahaan ke benak konsumen. Konsumen mengukur merek
dengan pertimbangan dalam memlilih atau menilai citra merek suatu produk
dengan kesan yang positif dibidangnya, seperti reputasi produk dan keunggulan
produk serta mudah dikenali. Menurut Kotler & Keller (2012:189) bahwa aspek-
aspek yang diukur dari citra merek terdiri dari:
a. Kekuatan (strengthness)
Kekuatan produk merupakan keunggulan yang dimilki suatu merek produk
yang bersifat fisik yang tidak ditemukan pada merek produk lain.
b. Keunikan (uniqueness)
Keunikan suatu produk yaitu tingkat pembeda produk dari pesaingnya,
kesan ini didapat konsumen atas atribut yang dimiliki suatu produk yang
tidak dimiliki produk lainnya.
c. Keunggulan (favorable)
Keunggulan suatu mereka merupakan kemudahan suatu merek produk yang
mudah diucapkan oleh konsumen, mudah diingat dan produk menjadi
favorit konsumen.
Menurut Aaker dan Biel dalam (Keller, 2012:239) indikator yang
digunakan untuk mengukur brand image adalah sebagai berikut :
a. Citra pembuat (corporate image),
Citra pembuat merupakan perkumpulan asosiasi yang telah dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk/jasa yang meliputi popularitas, kredibilitas
dan jaringan yang dimilki perusahaan.
b. Citra pemakai (user image),
Citra pemakai adalah sekelompok asosiasi yang dipersepsikan konsumen
terhadap pemakai yang menggunakan barang atau jasa, meliputi pemakai itu
sendiri, gaya hidup, atau kepribadian, serta status sosial.
c. Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap suatu produk, yang meliputi atribut produk tersebut,
manfaat bagi konsumen, penggunaannya, serta jaminan.
Berdasarkan indikator brand image menurut Keller, (2012:239), diatas maka
dalam penelitian ini indikator brand image dimodifikasi peneliti sebagai
berikut:

  1. Kompetitif dibandingkan bank lain
  2. Mudah ditemukan dan Jumlah banyak
  3. Bank pemerintah yang terpercaya
  4. Keamanan simpanan terjamin
  5. Kerjasama antar bank yang baik

Pengaruh harga terhadap loyalitas pelanggan

 


Pelanggan mempunyai ekspektasi bahwa harga yang murah, akan
berdampak pada kesetiaan pelanggan. Harga seringkali digunakan sebagai indikator
nilai yang mana harga tersebut dihubungkan dengan barang atau jasa. Dapat
disimpulkan bahwa harga berpengaruh positif terhadap loyalitas pelanggan. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Made Novandri (2015) menunjukan bahwa harga
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, hal ini menunjukan bahwa
harga yang semakin kompetitif akan meningkatkan minat pelanggan untuk lebih
loyal

Pengaruh ekuitas merek terhadap loyalitas pelanggan

 


Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekuitas merek berpengaruh positif
pada loyalitas pelanggan. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi
loyalitas konsumen pada kartu Telkomsel, semakin tinggi nilai yang diberikan kartu
Telkomsel terhadap perusahaan Telkomsel. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Severi dan Ling (2016) dan Sasmita dan suki (2017),
dengan hasil yang menunjukkan bahwa ekuitas merek berpengaruh positif terhadap
loyalitas pelanggan

Indikator Loyalitas Pelanggan

 


Menurut Tjiptono (2014:115) mengatakan bahwa ada enam indikator yang
bisa digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan, adapu keenam indicator
tersebut adalah :

  1. Pembelian ulang
    Minat beli ulang berbeda dengan loyalitas, jika loyalitas mencerminkan
    komitmen psikologis terhadap merek atau produk tertentu sedangkan
    perilaku pebelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek yang
    sama secara beulang kali.
  2. Kebiasaan mengkonsumsi merek
    Suatu merek akan menjadi sebuah kebutuhan jika dikonsumsi secara terus
    menerus, dan akan menciptakan image yang baik pada merek tersebut.
  3. Rasa suka yang besar pada merek
    Semakin sering dikonsumsinya suatu merek maka akan menimbulkan rasa
    suka yang besar terhadap suatu merek tersebut.
  4. Ketetapan pada merek
    Keloyalitasan terhadap suatu merek hingga pengguna tidak berfikir untuk
    beralih merek.
  5. Keyakinan bahwa merek tertentu adalah merek terbaik
    Jika suatu merek telah membuat image yang baik maka konsumen akan
    melihatnya sebagai suatu merek yang terbaik dan enggan untuk beralih
    merek.
  6. Perekonomian merek pada orang lain.
    Dengan adanya suatu merek yang menjadi sebuah pionir, maka merek
    tersebut akan menjadi suatu kebutuhan yang tidak boleh terhenti
    produksinya dan akan menciptakan pesaing baru untuk menggantikannya
    jika produk tersebut terhenti produksinya.
    Menurut Graffin dalam Ratih Hurriyati (2015:132) menyatakan bahwa
    terdapat proses atau tahap-tahap terbentuknya loyalitas pelanggan yang terbagi
    menjadi tujuh tahap, yaitu:
  7. Suspect
    Suspect meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang/jasa
    perusahaan tetapi belum tahu apapun mengenai perusahaan dan
    barang/jasa yang ditawarkan.
  8. Prospect
    Prosect adalah orang-orang yang memiliki kebutuhan akan suatu produk
    atau jasa tertentu dan mempunyai kemampuan untuk membeli
    produk/jasa. Para prospect ini, meskipun mereka belum melakukan
    pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan dan
    barang/jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasi
    barang/jasa tersebut kepadanya.
  9. Disqualified Prospect
    Yaitu prospect yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu,
    tetapo tidak mempunyai kebutuhan akan barang/jasa tersebut atau tidak
    mempunyai kemampuan untuk membeli barang/jasa tersebut.
  10. First Time Customers
    Yaitu pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya.Mereka masih
    menjadi pelanggan yang baru untuk menggunakan produk yang
    ditawarkan oleh sebuah perusahaan.
  11. Repeat Customers
    Yaitu pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak
    dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas
    produk yang sama sebanyak dua kali, atau membeli dua macam produk
    yang berbeda dalam dua kesempatan yang berbeda pula.
  12. Clients
    Clients adalah pelanggan yang akan membeli semua barang atau jasa
    yang ditawarkan oleh perusahaan dan yang mereka butuhkan. Mereka
    membeli secara teratur, hubungan dengan jenis pelanggan ini sudah kuat
    dan berlangsung lama, membuat mereka tidak terpengaruh oleh produk
    pesaing.
  13. Advocates
    Seperti halnya clients, advocates membeli barang atau jasa yang
    ditawarkan dan mereka butuhkan, serta melakukan pembelian secara
    teratur terhadap produk tersebut.Selain itu, mereka mendorong teman-
    teman mereka agar membeli barang/jasa dari perusahaan tersebut atau
    merekomedasikan perusahaan tersebut pada orang lain, dengan begitu
    secara tidak langsung mereka telah melakukan pemasaran untuk
    perusahaan dan membawa konsumen untuk perusahaan yang mana hal
    tersebut sangat baik untuk keberlangsungan perusahaan.

Loyalitas pelanggan

 


Menurut Kotler dan Keller (2016:138) menyatakan bahwa “A deeply held
commitment to rebay or repatronize apreferred product or service in the future
despite situational influence and marketing efforts having the potentialto cause
switching behaviour” artinya, loyalitas pelanggan adalah komitmen yang dipegang
secara mendalam untuk membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang
disukai di masa depanm meski pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi
menyebabkan pelanggan beralih.
Menurut Tjiptono (2014:393) mengatakan bahwa loyalitas pelanggan
adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok,
berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang
konsisten. Menurut Hasan (2015:75) mengatakan bahwa loyalitas pelanggan
merupakan perilaku yang terkait dengan sebuah produk, termasuk kemungkinan
memperbaharui kontrak merek di masa yang akan datang, berapa kemungkinan
pelanggan mengubah dukungannya terhadap merek, berapa keinginan pelanggan
untuk meningkatkan citra positif suatu produk”. Berdasarkan definisi diatas
loyalitas konsumen merupakan bentuk sebuah komitmen konsumen terhadap suatu
produk yang telah digunakannya dalam jangka waktu yang lama karena sudah
mempercayai, merasa nyaman dan merasa puas terhadap produk tersebut
Menurut Kotler dan Keller (2016:650) pelanggan loyal adalah aset penting
perusahaan yang harus dijaga.Pelanggan yang loyal memiliki beberapa
karakteristik yang dapat menunjukkan seberapa besar pelanggan loyal terhadap
suatu produk atau jasa. Pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai
berikut:

  1. Satisfaction : Tetap bersama perusahaan selama ekspektasi
    terpenuhi.
  2. Repeat purchase : Kembali ke perusahaan untuk membeli lagi.
  3. Word of Mouth/Buzz : Memasang reputasinya untuk memberi tahu
    orang lain tentang perusahaan.
  4. Evangelism : Meyakinkan orang lain untuk membeli produk
    perusahaan.
  5. Ownership : Merasa bertanggungjawab atas kesuksesan perusahaan
    yang berkelanjutan.

Indikator kualitas pelayanan

 


Menurut Hardiansyah (2012: 46) untuk mengetahui kualitas pelayanan yang
dirasakan secara nyata oleh konsumen, ada 5 indikator kualitas pelayanan, yaitu:

  1. Tangibles (berwujud)
    kualitas pelayanan berupa sarana fisik perkantoran, komputerisasi
    administrasi, ruang tunggu, tempat informasi yang meliputi :
    a. Penampilan petugas/aparatur dalam melayani pelanggan
    b. Kenyamanan tempat melakukan pelayanan
    c. Kemudahan dalam proses pelayanan
    d. Kedisiplinan petugas/aparatur dalam melakukan pelayanan
    e. Kemudahan akses pelanggan dalam permohonan pelayanan
    f. Penggunaan alat bantu dalam pelayanan
  2. Realibility (kehandalan) : kemampuan dan keandalan untuk
    menyediakan pelayanan yang terpercaya, yang meliputi :
    a. Kecermatan petugas dalam melayani
    b. Memiliki standar pelayanan yang jelas
    c. Kemampuan petugas/aparatur dalam menggunakan alat bantu dalam
    proses pelayanan
    d. Keahlian petugas dalam menggunakan alat bantu dalam proses
    pelayanan
  3. Responsivess (ketanggapan) : kesanggupan untuk membantu dan
    menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat, serta tanggap terhadap
    keinginan konsumen. Indikatornya adalah:
    a. Merespon setiap pelanggan/pemohon yang ingin mendapatkan
    pelayanan
    b. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cepat
    c. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan tepat
    d. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan cermat
    e. Petugas/aparatur melakukan pelayanan dengan waktu yang tepat
    f. Semua keluhan pelanggan direspon oleh petugas.
  4. Assurance (jaminan) : kemampuan dan keramahan serta sopan santun
    pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen, yang meliputi :
    a. Petugas memberikan jaminan tepat waktu dalam pelayanan
    b. Petugas memberikan jaminan biaya dalam pelayanan
    c. Petugas memberikan jaminan legalitas dalam pelayanan
    d. Petugas memberikan jaminan kepastian biaya dalam pelayanan
  5. Emphaty (Empati) : sikap tegas tetapi penuh perhatian dari pegawai
    terhadap konsumen. Indikatornya adalah :
    a. Mendahulukan kepentingan pelanggan/pemohon
    b. Petugas melayani dengan sikap ramah
    c. Petugas melayani dengan sikap sopan santun
    d. Petugas melayani dengan tidak diskriminatif (membeda-bedakan)

Indikator Harga

 


Menurut Kotler dan Armstrong (2012:278) ada empat indikator yang
mencirikan harga yaitu:

  1. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
    Harga yang diberikan oleh perusahan terhadap produknya sesuai
    dengan kualitas produk yang mereka hasilkan, misalnya jika
    harganya tinggi maka kualitas produk yang diberikan pun memiliki
    kualitas yang tinggi sehingga konsumen pun merasa tidak keberatan
    jika membeli produk tersebut.
  2. Keterjangkauan harga
    Harga yang diberikan oleh perusahaan terhadap produk mereka
    dapat dijangkau oleh para konsumennya. Harga yang sesuai dan
    terjangkau tentunya akan menjadi pertimbangan konsumen untuk
    membeli produk mereka.
  3. Daya saing harga
    Dalam pasar, perusahaan sebaiknya juga memperhatikan bahwa
    harga yang diberikan memiiki daya saing yang tinggi terhadap para
    kompetitornya. Jika harga yang diberikan terlampau tinggi di atas
    harga para kompetitor maka produk tersebut tidak memiliki daya
    saing yang baik.
  4. Kesesuaian harga dengan manfaat
    Manfaat produk yang dimiliki harus sesuai dengan harga yang
    diberikan oleh perusahaan terhadap produk mereka. Ada baiknya
    jika harga yang tinggi memiliki manfaat produk yang tinggi pula. 

Harga

 


Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa atau
jumlah dari nilai yang ditukar pelanggan atas manfaat-manfaat karena memiliki
atau menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler dan Amstrong, 2012:43).
Sedangkan menurut Alma (2016:169), harga merupakan atribut yang melekat pada
suatu barang, yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan
(needs), keinginan (wants), dan memuaskan konsumen (satisfaction).
Menurut Daryanto (2013:62), harga adalah jumlah uang yang ditagihkan untuk
suatu produk atau sejumlah nilai yang diperlukan konsumen untuk manfaat
memiliki atau menggunakan produk. Dan ditambahkan lagi oleh Tjiptono
(2012:439) bahwa agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa,
setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya
(produk, tempat dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya atau pengeluaran.
Dapat disimpulkan bahwa harga adalah suatu nilai yang diperlukan pelanggan
untuk ditukarkan pada produk atau jasa agar dapat memiliki atau menggunakan
produk atau jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan
yang dapat memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan. Banyak
faktor yang mempengaruhi pembuatan keputusan penentuan harga jual baik dari
lingkungan internal maupun lingkungan eksternal perusahaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penetapan harga menurut Hasan (2013:304) yaitu:

  1. Kondisi Perekonomian
    Kondisi ekonomi (inflasi, booming, atau resesi, tingkat suku bunga)
    kebijakan serta peraturan pemerintah, dan aspek sosial (kepedulian terhadap
    lingkungan) sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku, khususnya
    nilai tukar rupiah atas mata uang asing (dollar Amerika untuk kasus
    Indonesia), berdampak pada peningkatan harga berbagai barang khususnya
    impor barang dengan kandungan impor kebijakan uang ketat oleh
    pemerintah yang membuat peredam uang rupiah terhadap dollar akan
    mempengaruhi penetapan bunga.
  2. Elastisitas Harga
    Elastisitas permintaan akan mempengaruhi penentuan harga dan volume
    yang dapat dijual. Untuk beberapa jenis barang, harga dan volume penjualan
    ini berbanding tebal, artinya jika terjadi kenaikan harga maka penjualan
    akan menurun dan sebaliknya jika penurunan harga maka volume penjualan
    akan meningkat. Lebih dari itu setiap perubahan pada harga akan
    memunculkan berbagai respon dari konsumen.
  3. Faktor yang tidak berkaitan dengan harga
    Pelanggan mungkin bersedia membayar harga premium (jaminan,
    pelayanan) atau justru mengorbankan beberapa manfaat dari sebuah produk
    demi harga yang lebih rendah
  4. Tujuan perusahaan
    Penetapan harga suatu produk sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang
    akan dicapai oleh perusahaan, setiap perusahaan tidak selalu mempunyai
    tujuan yang sama dengan perusahaan lainnya yang ingin dicapai dan
    dinyatakan secara eksplisit.
  5. Faktor legal dan etis
    Faktor legal dan etis perlu dipertimbangkan, keduanya mempengaruhi
    strategi harga.
  6. Bauran pemasaran
    Penetapan harga harus dikoordinasikan dan saling mendukung dengan
    bauran pemasaran lainnya yaitu produk, distribusi dan promosi.
  7. Biaya
    Biaya merupakan faktor dasar dalam penentuan harga yang minimal, sebab
    tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan
    kerugian. Sebaliknya, apabila tingkat harga diatas semua biaya, maka akan
    menghasilkan keuntungan. 

Ekuitas Merek

 


Menurut Kotler (2016), ekuitas merek (brand equity) adalah nilai tambah
yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek (brand equity) yang terdiri dari
empat dimensi yaitu kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan loyalitas
merek dapat memberikan nilai kepada konsumen. Ekuitas merek dapat tercermin
dalam hal konsumen berpikir, bertindak dalam hubungannya dengan merek, dan
juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan merek bagi perusahaan.
Oleh karena itu ekuitas merek juga dapat mempengaruhi konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian.
Suatu merek akan kuat jika didukung dengan ekuitas merek yang kuat.
Pemasar akan selalu berusaha membangun merek karena hanya merek yang kuat
yang akan memenangkan persaingan (Kotler dan Armstrong, 2014:266). Merek
yang kuat akan mendorong terciptanya ekuitas merek yang kuat pula. Ekuitas
merek adalah seperangkat asosiasi dan perilaku yang dimiliki oleh pelanggan
merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan yang memungkinkan suatu
merek mendapatkan 12 kekuatan, daya tahan, dan keunggulan yang membedakan
dengan para pesaing (David A Aaker, 2013:204).
Menurut David Allen Aaker (2018:15), ekuitas merek dikelompokkan
kedalam empat dimensi yang dapat dijadikan indikator dalam menilai ekuitas
merek, yaitu sebagai berikut :
a. Brand awareness (kesadaran merek) menunjukkan kesanggupan seorang calon
pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari
suatu kategori produk tertentu.
b. Perceived quality (persepsi kualitas) dapat didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk
berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen.
c. Brand association (asosiasi merek) merupakan segala kesan yang muncul
dibenak seorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.
d. Brand loyalty (loyalitas merek) merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen
kepada sebuah merek.

Pengertian pemasaran

 


Menurut Kotler (2014: 27), pemasaran adalah suatu proses pemasyarakatan
dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan
produk dan jasa yang bernilai dengan orang lain. Menurut Hasan (2013: 4),
Pemasaran adalah proses mengidentifikasi, menciptakan dan mengkomunikasikan
nilai, serta memelihara hubungan yang memuaskan pelanggan untuk
memaksimalkan keuntungan perusahaan.
Pada saat ini, kegiatan pemasaran memegang peranan penting dalam dunia
bisnis. Terkadang istilah pemasaran digunakan secara bergantian dengan istilah-
istilah seperti: perdagangan, penjualan, dan distribusi. Pengertian ini muncul karena
pihak-pihak yang berkepentingan memiliki kegiatan dan kepentingan yang berbeda.
Padahal, pemasaran memiliki konsep yang luas sedangkan istilah lainnya hanyalah
satu kegiatan dalam keseluruhan sistem pemasaran. Jadi pemasaran adalah seluruh
pengertian penjualan, perdagangan dan distribusi.
Beberapa definisi pemasaran yang dikemukakan para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial atau fungsi organisasi
dalam kegiatan bisnis yang bertujuan untuk menyalurakan atan mendistribusikan
barang-barang dalam rangka memuaskan kebutuhan pelanggan. Tujuan pemasaran
adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian rupa sehingga produk
cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya, idealnya pemasaran
menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana
membuat produknya tersedia.