Analisis
cost-benefit sering digunakan untuk memutuskan apakah suatu proyek atau kebijakan
mampu memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Analisis cost-benefit ini dijadikan suatu alat dalam proses pengambilan keputusan
guna mengevaluasi kelayakan suatu proyek atau kebijakan yang akan dilaksanakan
dalam suatu negara, sehingga apabila memberikan kontribusi negatif lebih besar
dari pada kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat, maka hendaknya kelanjutan
proyek atau kebijakan tersebut dapat dipertimbangkan kembali untuk dicarikan alternatif
lain atau bahkan dihapus atau ditolak (Perkins, 1994:3).
Penilaian
cost-benefit sosial dari suatu proyek memiliki fungsi yang lebih dari pada penilaian
ekonomi dalam memutuskan proyek manakah yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat saat pengaruh keberadaannya dipertimbangkan. Dalam menentukan
keputusan, penganalisis tidak hanya memperhatikan besarnya cost dan benefit
yang dapat disumbangkan dari suatu proyek, melainkan harus memperhatikan pula
mengenai siapa yang menerima benefit dan siapa pula yang membayar atau menanggung
cost dari proyek atau kebijakan tersebut. Oleh karena itu, penilaian sosial mencakup
dilema moral dan teoritis, seperti yang diperkenalkan dalam kriteria pilihan Hicks-Kaldor,
bahwa suatu proyek berharga untuk dilaksanakan jika memiliki potensi untuk
menghasilkan suatu Pareto optimality dalam kesejahteraan masyarakat suatu negara.
Suatu kondisi Pareto optimality hanya akan terjadi apabila tidak ditemukannya kebijakan
baru yang dapat membuat kondisi kesejahteraan setiap individu masyarakat menjadi
lebih baik atau sama dengan keadaannya seperti pada kondisi kebijakan yang lama
(Perkins, 1994:50, 327).
Pengaruh
eksternal dari pengkonsumsian produk dapat bersifat positif atau juga negatif.
Dikatakan positif apabila pengaruh eksternal yang diberikan oleh pengkonsumsian
tersebut bersifat menguntungkan orang lain atau lingkungan sekitarnya, dan
dikatakan negatif apabila pengaruh eksternal yang diberikan oleh pengkonsumsian
tersebut bersifat merugikan orang lain atau lingkungan sekitarnya. Sebagai
contoh adalah penggunaan sabun oleh seseorang memberikan pengaruh yang positif
terhadap orang lain karena dapat memberikan kesegaran dan aroma yang wangi
tehadap lingkungan sekitarnya serta mengurangi resiko penjangkitan dan
penyebaran penyakit kulit sedangkan penyakit pernapasan yang diderita oleh
perokok pasif (orang yang menghirup udara yang disertai asap rokok dari orang
lain yang merokok), merupakan pengkonsumsian yang memberikan pengaruh negatif
terhadap orang lain atau lingkungan sekitarnya (Perkins, 1994:242).
No comments:
Post a Comment