Prosedur penanganan yang dapat digunakan untuk stabilisasi tanah ekspansif
sebelum dan sesudah konstruksi jalan adalah dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (Nelson, 1991)
1. Stabilisasi Kimiawi (chemical additive)
a.
Stabilisasi
Kapur
Stabilisasi kapur banyak dilakukan dengan
berhasil pada proyek pengerjaan jalan
karena mampu menurunkan nilai swelling dan meningkatkan plastisitas
tanah serta kemampuan tanah dengan mencampurkan kapur pada tanah subgrade
dengan konsentrasi tertentu. Mekanisme utama dari stabilisasi kapur adalah
adanya reaksi pertukaran kation, flokulasi-aglomerasi, larbonasi kapur, dan
reaksi pozzolanic.
b.
Stabilisasi
semen
Stabilisasi semen memanfaatkan reaksi
hidrasi semen yang merupakan reaksi pozolanic kompleks dari komponen-komponen
penyusun semen. Hasil dari pencampuran semen dengan tanah ekspansif adalah
pengurangan batas cair (LL), pengurangan indeks palstisitas (IP), mengurangi
perubahan volume potensial (swell potensial) dan meningkatkan tegangan geser.
Mekanisme pencampurannya hampir serupa dengan kapur.
c.
Treatment
garam
Jenis garam yang digunakan untuk proses
stabilisasi ini adalah jenis garam NaCl dan CaCl. Natrium klorida (NaCl) dapat
meningkatkan batas kerut (srhinkage limit) dan tegangan geser, sedangkan
kalsium klorida (CaCl) dapat menstabilkan perubahan kadar cairan dalam tanah
sehingga mengurangi potensi pengembangan. Namun usaha stabilisasi dengan kapur
secara ekonomis kurang meguntungkan mengingat durasi ketahannannya hany maksimal
sampai 3 tahun saja.
d.
Senyawa
organik
Beberapa senyawa organik telah dicoba
untuk usaha stabilisasi tanah ekspansif, namun salah satu senyawa organik yang
dapat diaplikasikan dengan baik adalah resin (damar). Mekanismenya adalah
mencampurkan secara langsung resin dengan tanah ekspansif hingga tanah
mengeras.
2. Pembasahan (prewetting)
Pembasahan dilakukan berdasarkan teori
bahwa peningkatan kadar air tanah ekspansif maka volume tanah ekspansif terhitung
pada kondisi kembang maksimumnya. Pembasahan dilakukan sebelum konstruksi,
namun upaya ini akan memerlukan waktu yang lama bahkan sampai beberapa tahun jika
tanah ekspansif yang ditreatmen memiliki konduktifitas hidrolik yang rendah.
Upaya stabilisasi dengan pembasahan dapat
dilakukan dengan sukses pada saat musim kering terjadi karena tanah ekspansif
memiliki densitas yang rendah dan mampu menyerap air dengan cepat. Pembasahan untuk
meningkatkan kadar air hingga 2 -3 % di atas batas plastis (PL) ternyata mampu memberikanhasil
yang memuaskan terhadap nilai stabilitas tanah.
3. Penggantian
tanah dengan Pemadatan (soil replacement with compaction)
Penggantian tanah ekspansif dengan tanah non
ekspansif dapat memberikan satbilitas yang lebih baik. Beberapa keunggulan
penggunaan metode ini adalah bahwa tanah non ekspansif dapat dipadatkan
mencapai kadar kering yang tinggi bahkan
melampaui berat kering dari hasi
stabilisasi pembasahan, biaya yang dikeluarkan dapat lebih kecil mengingat
peralatan yang dipergunakan untuk metode ini sangat sederhana, penggantian
tanah dapat dilakukan dengan cepat.
Namun pada umunya lapisan tanah ekspansif
terlalu dalam dan besar untuk dilakukan penggantian sehingga menjadi tidak
ekonomis untuk dilakukan, dan jika tanah stabil yang digunakan untuk mengganti
tanah ekspansif tidak berada di sekitar daerah konstruksi maka akan menimbulkan
biaya tersendiri untuk mendatangkannya.
4. Kendali kadar air (moisture control)
Ekspansifitas tanah merupakan akibat dari fluktuasi
kadar air dalam tanah. Jika fluktuasi kadar air dalam tanah dapat dikendalikan
maka akan didapatkan tanah yang stabil. Sebagai persiapan proyek konstruksi
jalan maka pengendalian kadar air tanah yang dapat dilakukan pada umumnya dilakukan
secara horizontal dan vertikal.
Selain poypropilen, bahan lain yang dapat
dipergunakan sebagai membran adalah aspal karena sifat anti air yang
dimilikinya serta fleksibilitasnya yang tinggi. Penggunaan beton sebagai barier
juga sering dilakukan, yaitu dengan cara membuat slab beton di bahu jalan dengan
lebar tertentu dan menanambahkan slab beton di bawah barier tersebut secara
horisontal.
5. Pembebanan
(surcharge loading)
Akibat pengembangan tanah ekspansif dapat
diminamlisir dengan memberikan pembebanan yang cukup pada lapisan subgrade.
Biasanya metode ini mampu bekerja secara efektif pda tanah yang memiliki
derajat ekspansi yang rendah. Analisis laboratorium yang komprehensif sangat diperlukan jika ingin
menggunakan metode ini agar dapat
diperhitungkan berat pembebanan yang sesuai. Pada prakteknya banyak tanah
ekspansif memiliki derajat ekspansifitas sangat tinggi sehingga sangat tidak
mungkin untuk dilakukan pembebanan.
6. Metode thermal (thermal method)
Metode
ini dilakukan dengan cara membakar tanah ekspansif sampai suhu 200% sehingga
potensial swelnya dapat diturunkan. Namun pengujian secara ekonomis terhadap
metode ini belum dilakukan
No comments:
Post a Comment