Linier
Programing (LP) merupakan suatu cara untuk menyelesaikan persoalan
pengalokasian sumber-sumber yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang
bersaing dengan cara yang terbaik yang mungkin dilakukan. Satu hal yang menjadi
ciri situasi diatas adalah adanya keharusan untuk mengalokasian sumber terhadap
aktivitas.Sifat “linier” memberi arti bahwa seluruh fungsi matematis dalam
model ini merupakan fungsi yang linier, sedangkan kata “programa” merupakan
sinonim untuk perencanaan.Maka Linier Programing juga merupakan perencanaan
aktivitas-aktivitas untuk memperoleh suatu hasil yang optimal, yaitu suatu
hasil yang mencapai tujuan terbaik diantara seluruh alternatif yang fisibel
(Mustafa dan Parkhan, 2000).
a. Formulasi
dan bentuk umum linier programming
Dalam model LP dikenal dua macam
fungsi, yaitu: fungsi tujuan dan fungsi batasan. Fungsi tujuan adalah fungsi
yang menggambarkan tujuan/sasaran yang berkaitan dengan pengaturan
secara optimal sumber daya-sumber daya, untuk memperoleh keuntungan maksimal
atau biaya minimal. Sedangkan fungsi batasan merupakan bentuk penyajian secara
matematis batasan-batasan kapasitas yang tersedia yang akan dialokasikan secara
optimal ke berbagai kegiatan.
Masalah keputusan yang sering dihadapi
adalah alokasi optimum sumber daya terbatas yang ditunjukkan sebagai maksimasi
keuntungan atau minimasi biaya. Setelah masalah diidentifikasi, tujuan/sasaran
yang ingin dicapai ditetapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model
matematis yang meliputi tiga tahap berikut (Mulyono, 2004):
1.
Menentukan variabel keputusan (unsur-unsur dalam
persoalan yang dapat dikendalikan)
2.
Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai
suatu hubungan linier dari variabel keputusan.
3.
Menentukan batasan masalah
Dalam pembahasan model Linier Programing digunakan
simbol-simbol sebagai berikut:
m :
macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia
n :
macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut
i :
nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i: 1,2,3,…n)
j :
nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang
tersedia (j: 1,2,…n)
Xj : tingkat kegiatan ke j (j: 1,2,…n)
aij : banyak sumber i yang diperlukan untuk
menghasilkan setiap unit keluaran atau output kegiatan (i: 1,2,3,…m) dan (j:
1,2,…n)
bi : banyak sumber i yang tersedia untuk
dialokasikan kesetiap unit kegiatan (i: 1,2,3,…m)
Z :
nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)
Ci : kenaikan nilai Z apabila ada pertambahan
tingkat kegiatan (Xj)
Menurut
(Dimyati dan Dimyati, 2003), dalam penggunaan Linier Programming, ada beberapa
asumsi yang perlu diperhatikan. Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
1.
Asumsi kesebandingan (proportionality)
b. Kontribusi
setiap variabel keputusan terhadap fungsi tujuan adalah sebanding dengan nilai
variabel keputusan.
c.
Kontribusi suatu variabel keputusan terhadap
ruas kiri dari setiap pembatas juga sebanding dengan nilai variabel keputusan
itu.
1.
Asumsi penambahan (additivity)
a)
Kontribusi setiap variabel keputusan terhadap
fungsi tujuan bersifat tidak bergantung pada nilai dari variabel keputusan yang
lain
b)
Kontribusi suatu variabel keputusan terhadap
ruas kiri dari setiap pembatas bersifat tidak bergantung pada nilai dari
variabel keputusan yang lain.
2.
Asumsi pembagian (divisibility)
Dalam persoalan linier programming, variabel
keputusan boleh diasumsikan berupa bilangan pecahan.
Setiap
parameter, yaitu koefisien fungsi tujuan, ruas kanan dan koefisien teknologis,
diasumsikan dapat diketahui secara pasti.
No comments:
Post a Comment