Menurut Novitri (2005) yang mengutip pendapat Thaha (2000) menjelaskan
bahwa terwujudnya ketahanan pangan merupakan hasil interaksi dari berbagai
subsistem ketahanan pangan, yaitu subsistem ketersediaan, subsistem distribusi dan
subsistem konsumsi (Novitri, 2005).
1. Subsistem Ketersediaan Pangan
Subsistem ini mencakup pengaturan kestabilan dan kesinambungan penyediaan
pangan. Ketersediaan pangan menyangkut masalah produksi, stok, impor dan
ekspor, yang harus selalu dikelola sedemikian rupa, sehingga walaupun produksi
pangan sebagian bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, pangan
yang tersedia bagi keluarga harus cukup volume dan jenisnya serta stabil dari
waktu ke waktu.
2. Subsistem Distribusi
Subsistem ini mencakup upaya memperlancar proses peredaran pangan antar
wilayah dan antar waktu serta stabilitas harga pangan. Hal ini ditujukan dalam
rangka meningkatkan daya akses masyarakat terhadap pangan yang cukup.
Surplus pangan tingkat wilayah belum menjamin kecukupan pangan bagi individu
ataupun masyarakatnya.
3. Subsistem Konsumsi
Subsistem ini menyangkut tingkat pendidikan masyarakat agar memiliki
pengetahuan gizi dan kesehatan yang baik, sehingga dapat mengelola konsumsi
individu secara optimal sesuai dengan tingkatan kebutuhannya. Konsumsi pangan
Universitas Sumatera Utara
tanpa memperhatikan asupan zat gizi yang cukup dan berimbang tidak efektif
bagi pembentukan manusia yang sehat, daya tubuh yang baik, cerdas dan
produktif.
Tidak tercapainya ketiga subsistem tersebut maka ketahanan pangan tidak
mungkin terwujud, sehingga menimbulkan kerawanan pangan. Rawan pangan
merupakan suatu keadaan dimana suatu wilayah baik fisik maupun ekonomi tidak
mampu mencukupi kebutuhan pangan untuk seluruh warganya (Novitri, 2005).
No comments:
Post a Comment