Salah
satu karakteristik proyek konstruksi adalah adanya organisasi. Setiap
organisasi mempunyai keragaman tujuan di mana di dalamnya terlibat sejumlah
individu dengan ragam kehlian, ketertarikan, kepribadian dan juga ketidak
pastian. Langkah awal manajer proyek sebagai pimpinan organisasi proyek
konstruksi bertugas menyatukan visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan
oleh organisasi.(Ervianto, 2005) Menurut Soehardi Sigit (2003), kepemimpinan
merupakan upaya untuk memepngaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan ke arah
yang dikehendaki. Kepemimpinan dalam proyek konstruksi adalah kemampuan dalam
memanfaatkan sumber daya 5 M (men,
machines, mathods, materials, money) untuk dapat menyelesaikan masalah dan
menentukan arah tujuan tercapainya proyek konstruksi yang tepat biaya, tepat mutu,
dan tepat waktu.
Dalam
pandangan tradisional, pemimpin dianggap sebagai hero. Pengertian pahlawan di sini menurut Yukl (1989) adalah
seseorang yang memiliki kemampuan untuk menentukan takdir organisasi yang
dipimpinnya. Jadi apa yang dilakukan dan diputuskan oleh seorang pemimpin akan
mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan. Hal ini seringkali disebut
sebagai romantisme kepemimpinan yang menurut Thomas (1988), “Convensional leadership have generally
assumed that leader have significant and crucial impact on the performance of
organization they lead”. Pandangan ini kemudian disebut Thomas sebagai
pandangan ‘Individualis’, yang mengandung makna bahwa individu merupakan figus
yang berarti bagi kehidupan organisasi.
Salah
satu elemen prinsip dalam konsep romantisme, menurut Meindl, Ehlirch dan
Dukerich (1985) adalah pandangan bahwa kepemimpinan merupakan pusat dari proses
organisasi dan kekuatan utama dalam skema aktivitas dan kejadian dalam
organisasi.
Dalam
realitasnya pandangan ini dianggap positif oleh pemimpin, bahkan memanfaatkan
padangangan tersebut untuk kepentingan politisnya dengan melakukan manipulasi
terhadap kinerja. Hal tersebut ditengarai oleh Yukl (1989a),
“The
attributional biases about leader are exploited by many political leader and
top executives who seek to create the impression that are in control of events.
Symbol and rituals, such as elaborate inagural ceremonies, reinforce the
percieved importance of leaders (Pfeffer). Successes are announced and
celebrated; filure are suppresed or downplayed”
Namun
di sisi lain, hal tersebut dapat menjadi sesuatu yang negatif bagi pertumbuhan
organisasi. Anggapan bahwa pemimpin adalah segalanya dan apapun yang dilakukan
dan diputuskan membawa dampak bagi kehidupan dapat menjadi bumerang bagi
pemimpin dan organisasi yang dipimpinnya, yakni bila pemimpin menjadi cenderung
berhati-hati, menghindari resiko dan mengambil langkah aman. Hal tersebut
tentunya dapat menghambat pertumbuhan organisasi.
Seorang
pemimpin yang baik harus mempunyai sifat-sifat yang baik dan terpuji sehingga
menjadi teladan bagi bawahannya. Menurut Mulia Nasution (1994) kepmimpinan yang
baik harus memiliki sifat-sifat yaitu:
a. Mempunyai kemampuan melebihi orang lain. Seorang
pemimpin tidak mau menjadi nomor dua, juga mempunyai keinginan mengatasi dann
mengungguli orang lain. Seorang pemimpin harus penuh inisiatif dan sanggup
bekerja keras serta ulet untuk mencapai tujuan.
b. Mempunyai rasa tanggung jawab yang besar. Seorang
pemimpin tidak akan pernah merasa takut untuk memikul tanggung jawab terhadap
orang lain, atau pekerjaan yang sukara sekalipun.
c. Mau bekerja keras. Seorang pemimpin akanselalu sanggup
bekerja keras dan tidak kenal lelah, ia mempunyai daya tahan yang kuat untuk
bekerja keras dakan jangka waktu yang lama. Hal ini untuk dapat memberi contoh
atau motivasi bawahannya.
d. Pandai bergaul, seorang pemimpin yang baik, selalu
pandai bergaul dengan teman sejawat. Ia akan berusaha mengnal baik temannya
serta memahami segala persoalannya.
e. Memberi contoh bekerja dengan semangat pada bawahan.
Seorang pemimpin selalu menjadi pelopor dan selalu menjadi contoh bagaimana
cara bekerja keras dan bersemangat, sehingga bawahan dengan sendirinya
termotivasi untuk ikut bekerja dengan semangat.
f. Memiliki rasa integritas. Pemimpin harus mempunyai
rasa bersatu padu dengan kelompok yang ada di dalam organisasinya.