Thursday, May 30, 2019

PENENTUAN KEDUDUKAN VARIABEL (skripsi dan tesis)


Untuk dapat menentukan kedudukan variabel beas, terikat, kontrol, moderating, variabel antara atau lainnya harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan empiris. Untuk itu, sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu dilakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih dahulu pada objek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi menyusun rancangan penelitian di belakang meja dan tanpa mengetahui terlebih dahulu permasalaahn yang ada di objek penelitian. Sering terjadi, rumusan masalah dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke objek peneltian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada objek penelitiabn. Setelah masalah dapat dipahami dengan jelas dan dikaji secara teoritis maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya.

Widoyoko, 2015,

HUBUNGAN ANTAR VARIABEL (skripsi dan tesis)


Berdasarkan hubungan antar variabel maka variabel dalam penelitian tersebut dapat dibedakan menjadi:
  1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain. Dengan kata lain, perubahan pada variabel ni diasumsikan akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada variabel lain. Variabel ini disebut variabel bebas karena adanya tidak tergantung pada adanya yang lain atau bebas dari ada atau tidaknya variabel lain.
Untuk lebih mudah memahaminya dapat dilihat dari contoh sebuah penelitian. Jika dalam penelitian dinyatakan bahwa yang akan diungkap adalah “pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa” maka variabel bebasnya adalah “motivasi belajar”. Variabel ini disebut variabel bebas karena “pretasi belajar siswa” tergantung dan dipengaruhi oleh variabel tersebut, yang adanya bebas tidak tergantung pada variabel yang lain.
Variabel bebas sering juga disebut sebagai variabel stimulus, pengaruh dan prediktor. Dalam SEM (Structural Equation Modelling)/ Permodelan Persamaan Struktural, variabel bebas disebut sebagai variabel eksogen
  1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Disebut variabel terikat karena kondisi atau variasinya dipengaruhi atau terikat oleh variasi variabel lain, yaitu dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat ini ada yang menyebut dengan istilah variabel tergantung, karena variasinya tergantung oleh variasi variabel lain. Selain itu ada juga yang menyebut variabel output, kriteria ataupun respon. Dalam SEM (Structural Equation Modelling)/ Permodelan Persamaan Struktural, variabel bebas disebut sebagai variabel indogen
  1. Variabel Kontrol
Variabel antara atau intervening variabel merupakan variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat menjadi hbungan tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela yang terletak di antara variabel bebas dan terikat, sehingga variabel bebas tidak langsing berubahnya atau timbulnya variabel terikat
  1. Variabel Moderator
Variabel moderator merupakan yang memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Sugiyono (2010; 39) menyebut dengan istilah variabel independen kedua. Secara definisi hampir sama dengan variabel kontrol, hanya saja di sini pengaruh variabel itu tidak dinetralisisr atau ditiadakan tetapi bahkan dianalisis atau diperhitungkan
  1. Variabel Antara
Variabel antara aatau intervening variabel merupakan variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabelbeas terhadap variabel terikat menjadi hubungan tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela yang terletak di antara variabel bebas dan terikat, sehingga variabel bebas tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel terikat.
Widoyoko, 2015,

MACAM-MACAM VARIABEL PENELITIAN (skripsi dan tesis)


Dalam penelitian dikenal bermacam-macam penamaan variabel. Dari berbagai macam variabel tersebut, sekurang-kurangnya dapat diklasifikasikan berdasarkan lima aspek. Kelima aspek tersebut adalah:
  1. Sifat variabel
Berdasarkan sifatnya, variabel penelitian dapat dibedakan menjadi dua aitu variabel statis dan variabel dinamis
  1. Variabel Statis
Ariabel statis merupakan variabel yang mempunyai sifat yang tetap, tidak dapat diubah keberadaannya maupun karakteristiknya. Dalam kondisi yang wajar sifat-sifat itu sukar diubahnya speerti mialnya jenis kelamin, jenispekerjaan, status soail ekonomi, dan sebagainya. Ada juga yang menyebutnya variabel atributif (Sudjarwo dan Basrowi, 2009; 198). Sifat yang ada padanya adalah tetap, untuk itu penelitian hanya mampu untuk memilih atau menyeleksi. Oleh karena variabel ini disebut juga dengan variabel selektif. Arikunto (2006; 124) selain menggunakan istilah variabel tidak berdaya untukmaksud yang sama karenapeneliti tidak mampu mengubah atau mengusulkan untuk mengubah variabel tersebut
  1. Variabel Dinamis
Variabel dinamis merupakan yang dapat diubah keberadaanya atau karakteristiknya. Variabel ini memungkinkan untuk dimanipulasi atau diubahs esuai dengan tujuan yang diinginkan oleh peneliti. Pengubahan dapat berupa peningkatan atau penurunan. Contoh variabel dinamis adalah: kinerja pegawai, motivasi belajar. Selain menggunakan istilah variabel dinamis, untuk maksud yang sama maka Arikunto (2006; 124) menggunakan istilah variabel terubah. Sedangkan Sudjarwo dan Basrowi (2009; 197) menggunakan istilah variabel aktif.
Widoyoko, 2015,

CIRI-CIRI VARIABEL PENELITIAN (skripsi dan tesis)


Dalam penelitian, variabel mempunyai tiga ciri, yaitu: mempenyai variasi nilai, membedakan satu objek dengan objek lain dalam satu populasi dan dapat diukur.
  1. Variabel mempunyai nilai yang bervariasi. Oleh karena itu variabel membedakan satu objek dengan objek lain dalam populasi, maka variabel harus memiliki nilai yang bervariasi. Misalakan dari populasi 30 oang mahasiswa maka IP hanya akan menjadi variabel apabila terdapat nilai yang bervariasi. Sebaliknya, apabila dari 30 orang siswa tersebut tidak terdapat variasi karena nilai IP yang sama maka IP bukanlah variabel pada populasi yang bersangkutan. Contoh lain, dari populasi penduduk yang mendiami suatu wilayah tertentu, jenis pekerjaan atau prfesi bukan merupkan variabel apabila selurh penduduk tersebut memiliki pekerjaan atau profesi yang sama.
  2. Variabel membedakan satu objek dari objek yang lain. Objek-objek menjadi anggota populasi karnan mempunyai satu karakteristikyang sama. Meskipun sama, objekobjek dalam populasi dapat dibedakan satu sama lain dalam variabel. Sebagai contoh, populasi mahasiswa terdiri dari anggota ang memeiliki satu kesamaan karakteristik yaitu mahasiswa. Selain kesamaan tersebut, antara mereka berbeda daam usia, jenis kelamin, agama, motivasi belajar, tempat tinggal, prestasi dan sebagainya. Perbedaan-perbedaan ini yang merupakan variabel karena mempunyai sifat membedakan di antara objek yang ada dalam populasi.
  3. Variabel harus dapat diukur. Penelitian kuantitatif menghasruskan hasil penelitian yang ojektif, terukur dan selalu terbuka untuk diuji. Variabel berbeda dengan konsep. Konsep belum dapat dukur sedangkan variabel dapat diukur. Variabel adalah operasionalisasi konsep. Sebagai contoh, belajar adalah konsep dan hasil belajar adalah variabel; siswa adalah konsep dan jumlah siswa adalah Variabel. Dengan demikian data dari Variabel penelitian harus tampak dalam perilaku yang dapat diobservasi dan diukur, misalnya prestasi belajar aalah jumlah jawaban benar yang dibuat siswa dalam mengerjakan sebuah tes.

Widoyoko, 2015,

Sunday, May 26, 2019

Pendekatan Kontingensi (skripsi dan tesis)


Pendekatan kontingensi yang digunakan oleh para peneliti adalah
memberikan masukan faktor-faktor yang sebaiknya dipertimbangkan dalam
perancangan penelitian. Para peneliti tertarik menggunakan pendekatan
kontingensi karena mereka ingin mengetahui apakah tingkat keandalan variabel independen selalu berpengaruh sama pada setiap kondisi atau tidak terhadap variabel dependennya (Suramika, 2016). Berdasarkan teori kontingen maka ada dugaan bahwa terdapat faktor situasional lainnya yang mungkin akan saling berinteraksi di dalam mempengaruhi situasi tertentu. Beberapa penelitian dalam bidang akuntansi menggunakan pendekatan kontingensi untuk melihat hubungan variabel-variabel kontekstual seperti ketidakpastian lingkungan (Outley, 1980). Pendekatan kontingensi dalam penelitian ini mencoba untuk
mengidentifikasi dan mengukur kondisi dimana semua hal mungkin bisa saling
mempengaruhi dan akan saling berinteraksi dalam suatu kondisi tertentu. Teori ini mengembangkan argumen bahwa kompleksitas merupakan faktor situasional lain yang akan mempengaruhi audit judgment dengan religiusitas dan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi

Theory Of Planned Behavior (TPB) (skripsi dan tesis)


Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut
dari TRA. Ajzen (1988) menambahkan konstruk yang belum ada dalam TRA,
yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control). Konstruk
ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu
dalam rangka melakukan perilaku tertentu (Chau, dkk., 1999). Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata, tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat dilakukannya yang bersumber pada keyakinannya terhadap kontrol tersebut (control beliefs).
Model teoritik dari TPB mengandung berbagai variabel (Ramdhani, 2009)
yaitu :
1) Latar belakang (background factors), seperti usia, jenis kelamin, suku,
status sosial ekonomi, suasana hati, sifat kepribadian, dan pengetahuan)
mempengaruhi sikap dan perilaku individu terhadap sesuatu hal. Faktor
latar belakang pada dasarnya adalah sifat yang hadir di dalam diri
seseorang, yang dalam model Lewin (1951) dikategorikan ke dalam aspek
O (organism). Di dalam kategori ini Ajzen memasukkan tiga faktor latar
belakang, yakni Personal, Sosial, dan Informasi. Faktor personal adalah
sikap umum seseorang terhadap sesuatu, sifat kepribadian (personality
traits), nilai hidup (values), emosi, dan kecerdasan yang dimilikinya.
Faktor sosial antara lain adalah usia, jenis kelamin (gender), etnis,
pendidikan, penghasilan, dan agama. Faktor informasi adalah pengalaman,
pengetahuan dan ekspose pada media.
2) Keyakinan Perilaku atau behavioral belief yaitu hal-hal yang diyakini oleh
individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif, sikap
terhadap perilaku atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif
terhadap suatu perilaku, dalam bentuk suka atau tidak suka pada perilaku
tersebut.
3) Keyakinan Normatif (Normative Beliefs), yang berkaitan langsung dengan
pengaruh lingkungan yang secara tegas dikemukakan oleh Lewin dalam
Field Theory. Pendapat Lewin ini digaris bawahi juga oleh Ajzen melalui
PBT. Menurut Ajzen, faktor lingkungan sosial khususnya orang-orang
yang berpengaruh bagi kehidupan individu (significant others) dapat
mempengaruhi keputusan individu.
4) Norma subjektif (Subjective Norm) adalah sejauh mana seseorang
memiliki motivasi untuk mengikuti pandangan orang terhadap perilaku
yang akan dilakukannya (Normative Belief). Kalau individu merasa itu
adalah hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan dia lakukan,
bukan ditentukan oleh orang lain disekitarnya, maka dia akan
mengabaikan pandangan orang tentang perilaku yang akan dilakukannya.
Fishbein & Ajzen (1975) menggunakan istilah motivation to comply untuk
menggambarkan fenomena ini, yaitu apakah individu mematuhi
pandangan orang lain yang berpengaruh dalam hidupnya atau tidak.
5) Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan (control beliefs)
diperoleh dari berbagai hal, pertama adalah pengalaman melakukan
perilaku yang sama sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh karena
melihat orang lain (misalnya teman, keluarga dekat) melaksanakan
perilaku itu sehingga ia memiliki keyakinan bahwa ia pun akan dapat
melaksanakannya. Selain pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman,
keyakinan individu mengenai suatu perilaku akan dapat dilaksanakan
ditentukan juga oleh ketersediaan waktu untuk melaksanakan perilaku
tersebut, tersedianya fasilitas untuk melaksanakannya, dan memiliki
kemampuan untuk mengatasi setiap kesulitan yang menghambat
pelaksanaan perilaku.
6) Persepsi kemampuan mengontrol (Perceived Behavioral Control), yaitu
keyakinan (beliefs) bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak
pernah melaksanakan perilaku tertentu, individu memiliki fasilitas dan
waktu untuk melakukan perilaku itu, kemudian individu melakukan
estimasi atas kemampuan dirinya apakah dia punya kemampuan atau tidak
memiliki kemampuan untuk melaksanakan perilaku itu. Ajzen menamakan
kondisi ini dengan “persepsi kemampuan mengontrol” (perceived
behavioral control).
Niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan
seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu memiliki sikap positif pada perilaku  tertentu, dan sejauh mana kalau dia memilih untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya

Theory of Reasoned Action (TRA) (skripsi dan tesis)


Theori Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun
1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa
manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan segala
informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat
seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subyektif .
TRA menjelaskan tahapan-tahapan manusia melakukan perilaku. Pada
tahap awal, perilaku (behavior) diasumsikan ditentukan oleh niat (intention). Pada tahap berikutnya nita-niat dapat dijelaskan dalam bentuk sikap-sikap terhadap perilaku (attitudes toward the behavior) dan norma-norma subyektif. Tahap-tahap ketiga dipertimbangkan sikap dan norma subyektif dalam bentuk kepercayaankepercayaan tentang konsekuensi terhadap perilakunya dan ekspektasi normatif dari orang yang relevan.
Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif
terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan Norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs).