Goleman (2004) mengadaptasi model kecerdasan emosi dari Salovey
dan Meyer ke dalam sebuah versi yang menurutnya paling bermanfaat untuk
memahami cara kerja kecerdasan emosi dalam kehidupan sehari‐hari ataupun
kehidupan kerja. Goleman mengadaptasi lima komponen dasar kecakapan
emosi dan kecakapan sosial sebagai berikut:
a. Kesadaran Diri
Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali apa yang individu
rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu
pengambilan keputusan diri sendiri; memiliki tolok ukur yang realistis
atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran diri
dapat diuraikan menjadi tiga kemampuan, yaitu kesadaran emosi,
penilaian diri secara teliti, dan percaya diri. Sadar emosi berarti
individu dapat mengenali emosi diri sendiri dan efeknya. Kemampuan
menilai diri secara teliti menunjukkan seberapa luas pengetahuan individu
tentang kekuatan dan batas‐batas diri sendiri. Kepercayaan diri menunjukkan
seberapa besar keyakinan individu tentang harga diri dan kemampuan
diri sendiri.
b. Pengaturan Diri
Pengaturan diri adalah kemampuan menangani emosi sedemikian rupa
sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas; peka terhadap
kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya
suatu sasaran; mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Kemampuan
pengaturan diri dapat diuraikan menjadi:
(1) kendali diri, yaitu kemampuan mengelola emosi‐emosi dan desakan‐desakan hati yang bersifat merusak, (2) sifat dapat dipercaya,
yaitu kemampuan memelihara norma kejujuran dan integritas, (3) kewaspadaan, yaitu sikap bertanggung jawab atas kinerja pribadi, (4) adaptibilitas, yaitu keluwesan dalam menghadapi perubahan, dan (5) inovasi, yaitu kemampuan mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.
c. Motivasi
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam
untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil
inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi. Motivasi dapat diuraikan menjadi :
(1) dorongan prestasi, yaitu dorongan untuk menjadi lebih baik atau memenuhi
standar keberhasilan, (2) komitmen, yaitu kemampuan menyesuaikan
diri dengan tujuan kelompok, (3) inisiatif, yaitu kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, (4) optimisme, yaitu kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan kegagalan.
d. Empati
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan
saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam‐macam orang.
Empati dapat diuraikan menjadi: (1) memahami orang lain, yaitu kemampuan
mengindra perasaan dan perspektif orang lain, serta menunjukkan
minat aktif terhadap kepentingan mereka, (2) orientasi pelayanan, yaitu mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan, (3) mengembangkan orang lain, yaitu merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka, (4) menerima
keragaman, yaitu menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan
berbagai macam orang, (5) kesadaran politik, yaitu mampu membaca arusarus
emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.
e. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca
situasi serta jaringan sosial; berinteraksi dengan lancar; menggunakan
berbagai keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin,
bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerja
sama dalam tim. Keterampilan sosial dapat diuraikan menjadi: (1)
pengaruh, yaitu memiliki berbagai taktik dan strategi untuk melakukan
persuasi, (2) komunikasi, yaitu mengirimkan pesan yang jelas dan
meyakinkan, (3) kepemimpinan, yaitu kemampuan membangkitkan
inspirasi dan memandu kelompok serta orang lain, (4) katalisator perubahan,
yaitu kemampuan memulai dan mengelola perubahan, (5)
manajemen konflik, yaitu negosiasi dan pemecahan silang pendapat, (6)
pengikat jaringan, yaitu kemampuan menumbuhkan hubungan sebagai
alat, (7) kolaborasi dan kooperasi, yaitu kerja sama dengan orang lain
demi tujuan bersama, (8) kemampuan tim, yaitu menciptakan sinergi
kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
Friday, July 12, 2019
Konformitas Teman Sebaya (skripsi dan tesis)
Konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru
sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang
nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk
mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada remaja.
Konformitas dapat terjadi dalam beberapa bentuk dan
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Apakah remaja
melakukan joging karena orang lain juga melakukan hal yang
sama? Apakah remaja memanjangkan rambutnya selama setahun
kemudian dipotong pada tahun berikutnya karena mode? Atau
apakah remaja menggunakan kokain jika didorong oleh orang
lain atau apaah mereka menolak dorongn tersebut?
Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja
dapat menjadi positif atau negative (Camarena, 1991; Foster-
Clark & Blyth, 1991; Pearl, Bryan & Herzog, 1990; Wall, 1993).
Remaja terlibat dengan tingkah laku sebagai akibat dari
konformitas yang negative, seperti misalnya menggunakan
bahasa yang asal-asalan, mencuri, mencoret-coret, dan
memperminkan orang tua dan guru. Namun, banyak konformitas
pada remaja yang tidak negative dan merupakan keinginan untuk
terlibat dalam dunia teman sebaya, misalnya berpakaian seperti
teman-temannya dan ingin menghabiskan waktu dengan anggota
dari perkumpulan. Keadaan seperti ini dapat melibatkan aktvitas
social yang baik, misalnya ketika suatu pekumpulan
mengumpulkan dan untuk alasan yang benar.
Sementara hampir semua remaja mengikuti tekanan teman
sebaya dan ukuran lingkungan social, beberapa remaja ada juga
yang non konformis atau antikonformis. Nonkonformitas
(nonconformity) muncul ketika individu mengetahui apa yang
diharapkan oleh orang-orang di sekitarny, tapi mereka tidak
16
menggunakan harapan tersebut untukmengarahkan tigkah laku
mereka. Remaja yang non-konformitas sangat mandiri, sama
seperti seorang siswa sekolah menengah atas yang memilih untuk
tidak menjadi anggota dari perkumpulan. Anti-konformitas (anticonformity)
muncul ketika individu bereaksi menolak terada
harapan kelompok dan kemudian dengan sengaja menjauh dari
tindakan atu kepercayaan yang dianut oleh kelompok.
Tekanan teman sebaya merupakan ide yang umum dalam
kehidupan remaja. Orang tua, guru, dan orang desa lainnya dpat
membantu remaja untuk menghadapi tekanan teman sebaya
(Brown, 1990; Clasen & Brown, 1987). Para remaja
membutuhkan banyak kesempatan untuk berbicara dengan teman
sebaya dan orang dewasa tentang dunia social mereka dan
tekanan-tekanan yang ada. Perubahan perkembangan yang terjadi
pada remaja kadang membawa rasa tidak aman. Pra remaja muda
snga mudah terganggu karena ras tidak mn tersebut dan
banyaknya perubahan perkembangan yang terjadi dalam
kehidupan mereka. Untuk mengatasi tekanan ini, remaja muda
perlu mengalami kesempatan untuk sukses, baik di dalam
maupun di luar sekolah, yang meningkatkan rasa kepemilikan
akan control atas dirinya sendiri. Remaja mempelajari bahwa
dunia social dapat dikontrol. Orang lain mungkin berusaha untuk
mengontrolnya, tapi para remaja ini dapat memunculkan control
pribadi atas tindakan mereka dan pengaruh yang lain (Bandura,
1989, 1991)
Definisi Kelompok dan Teman Sebaya (skripsi dan tesis)
Teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan
tingkat usia yang sama (Hartup, 1983). Kelompok (crowd) ialah
kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat
pribadi. Anggota kelopok bertemu karena kepentingan /minat
mereka yang sama dalam berbagai kegiatan. Bukan karena
mereka saling tertarik. Klik (cliques) ialah kelompok-kelompok
yang lebih kecil, memiliki kedekatan yang lebih besar diantara
anggota-anggota, dan lebih kohesif daripada kelompok. Selain
kedua bentuk kelompok teman sebaya di atas, terdapat pula
bentuk kelompok yang kekerabatannya lebih tinggi dibandingkan
dengan klik (clique), yaitu persahabatan (Friendship).
Persahabatan sendiri merupakan kelompok dimana remaja
bersahabat karib dengan ikatan persahabatan yang kuat, terdiri
dari 2-3 orang dengan jenis kelamin yang sama dan mempunyai
minat, kemampuan, dan kemauan yang serupa. (Santrock, 2003).
Salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya
adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di
luar keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima
umpan balik mengenai kemampuan mereka. Remaja belajar
tentang apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya ,
atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain.
Menurut WF Connell (1972) kelompok teman sebaya (peer
frienship group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang
berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai
kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anakanak
umur sekolah sampai dengan masa remaja (adolesence).
Kelompok teman sebaya merupakan kelompok utama,
dimana masing-masing anggota terjalin hubungan yang erat dan
bersifat pribadi.Sebagai hasil hubungan yang bersifat pribadi
adalah peleburan dan individu dalam kelompok, sehingga tujuan
individu menjadi tujuan kelompoknya. Kelompok-kelompok
sebaya di kampung-kampung mereka bersatu dalam Satu
permainan, berdiskusi tentang sesuatu masalah. Dalam kelompok
ini mereka menemukan sesuatu yang tidak mereka ketemukan di
14
rumah. Saling hubungan yang bersifat pribadi itu menyebabkan
seseorang dapat mencurahkan isi hatinya kepada temantemannya
baik sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang
menyedihkan. Oleh karena itu anak-anak ini sering meninggalkan
rumah dalam waktu yang berjam-jam lamanya. Dalam kelompok
ini terjadi kerja sama, tolong-menolong, akan tetapi sering juga
terjadi persaingan, dan pertentangan. WF Connell menyatakan
bahwa kelompok utama itu mempunyai ciri-ciri :
1) Jumlah anggotanya kecil,
2) Ada kepentingan yang bersifat umum dan dibagi secara
langsung,
3) Terjadi kerja sama dalam suatu kepentingan yang
diharapkan,
4) Pengertian pribadi dan saling hubungan yang tertinggi antar
anggota dalam kelompok biarpun dapat terjadi pertentangan
(WF. Connell, 1972, p.76).
Kelompok teman sebaya baik yang terjadi di masyarakat
maupun di sekolah terdiri kelompok-kelompok sosial yang
beranggotakan beberapa orang. Dalam kelompok ini sering
terjadi tukar-menukar pengalaman, berbagai pengalaman, kerja
sama, tolong-menolong, tenggang masa dalam kelompok sebaya
adalah tinggi. Dalam kelompok sosial terjadi empati, simpati, dan
antipati. Antipati yang terjadi dalam kelompok disebabkan oleh
adanya ketidak cocokan antara individu sehingga tenjadi
pertentangan dan percecokan antar anggota.
Untuk mengetahui kelompok sebaya sebagai kelompok
utama, maka perlu beberapa hal. Kingley Davis (1960)
menyatakan bahwa untuk memahami kelompok utama perlu
diperhatikan :
1) kondisi pisik dari kelompok utama,
2) sifat-sifat hubungan primair dan
3) kelompok-kelompok yang konknit dan hubungan primair
15
(Soenjono Soekanto, 1981, p.102)
tingkat usia yang sama (Hartup, 1983). Kelompok (crowd) ialah
kelompok-kelompok remaja yang terbesar dan kurang bersifat
pribadi. Anggota kelopok bertemu karena kepentingan /minat
mereka yang sama dalam berbagai kegiatan. Bukan karena
mereka saling tertarik. Klik (cliques) ialah kelompok-kelompok
yang lebih kecil, memiliki kedekatan yang lebih besar diantara
anggota-anggota, dan lebih kohesif daripada kelompok. Selain
kedua bentuk kelompok teman sebaya di atas, terdapat pula
bentuk kelompok yang kekerabatannya lebih tinggi dibandingkan
dengan klik (clique), yaitu persahabatan (Friendship).
Persahabatan sendiri merupakan kelompok dimana remaja
bersahabat karib dengan ikatan persahabatan yang kuat, terdiri
dari 2-3 orang dengan jenis kelamin yang sama dan mempunyai
minat, kemampuan, dan kemauan yang serupa. (Santrock, 2003).
Salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya
adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di
luar keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima
umpan balik mengenai kemampuan mereka. Remaja belajar
tentang apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya ,
atau bahkan lebih buruk dari apa yang dilakukan remaja lain.
Menurut WF Connell (1972) kelompok teman sebaya (peer
frienship group) adalah kelompok anak-anak atau pemuda yang
berumur sama atau berasosiasi sama dan mempunyai
kepentingan umum tertutup, seperti persoalan-persoalan anakanak
umur sekolah sampai dengan masa remaja (adolesence).
Kelompok teman sebaya merupakan kelompok utama,
dimana masing-masing anggota terjalin hubungan yang erat dan
bersifat pribadi.Sebagai hasil hubungan yang bersifat pribadi
adalah peleburan dan individu dalam kelompok, sehingga tujuan
individu menjadi tujuan kelompoknya. Kelompok-kelompok
sebaya di kampung-kampung mereka bersatu dalam Satu
permainan, berdiskusi tentang sesuatu masalah. Dalam kelompok
ini mereka menemukan sesuatu yang tidak mereka ketemukan di
14
rumah. Saling hubungan yang bersifat pribadi itu menyebabkan
seseorang dapat mencurahkan isi hatinya kepada temantemannya
baik sesuatu yang menyenangkan atau sesuatu yang
menyedihkan. Oleh karena itu anak-anak ini sering meninggalkan
rumah dalam waktu yang berjam-jam lamanya. Dalam kelompok
ini terjadi kerja sama, tolong-menolong, akan tetapi sering juga
terjadi persaingan, dan pertentangan. WF Connell menyatakan
bahwa kelompok utama itu mempunyai ciri-ciri :
1) Jumlah anggotanya kecil,
2) Ada kepentingan yang bersifat umum dan dibagi secara
langsung,
3) Terjadi kerja sama dalam suatu kepentingan yang
diharapkan,
4) Pengertian pribadi dan saling hubungan yang tertinggi antar
anggota dalam kelompok biarpun dapat terjadi pertentangan
(WF. Connell, 1972, p.76).
Kelompok teman sebaya baik yang terjadi di masyarakat
maupun di sekolah terdiri kelompok-kelompok sosial yang
beranggotakan beberapa orang. Dalam kelompok ini sering
terjadi tukar-menukar pengalaman, berbagai pengalaman, kerja
sama, tolong-menolong, tenggang masa dalam kelompok sebaya
adalah tinggi. Dalam kelompok sosial terjadi empati, simpati, dan
antipati. Antipati yang terjadi dalam kelompok disebabkan oleh
adanya ketidak cocokan antara individu sehingga tenjadi
pertentangan dan percecokan antar anggota.
Untuk mengetahui kelompok sebaya sebagai kelompok
utama, maka perlu beberapa hal. Kingley Davis (1960)
menyatakan bahwa untuk memahami kelompok utama perlu
diperhatikan :
1) kondisi pisik dari kelompok utama,
2) sifat-sifat hubungan primair dan
3) kelompok-kelompok yang konknit dan hubungan primair
15
(Soenjono Soekanto, 1981, p.102)
Definisi Perilaku (skripsi dan tesis)
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut
merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau
Stimulus – Organisme – Respon. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1) Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Perilaku manusia adalah refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, persepsi, minat, keinginan dan sikap. Hal-hal yang mempengaruhi perilaku seseorang sebagian terletak dalam diri individu sendiri yang disebut juga faktor internal sebagian lagi terletak di luar dirinya atau disebut dengan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan. Menurut WHO, yang dikutip oleh Notoatmodjo (1993), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1) Perubahan alamiah (natural change), ialah perubahan yang
dikarenakan perubahan pada lingkungan fisik, sosial, budaya
ataupun ekonomi dimana dia hidup dan beraktifitas.
2) Perubahan terencana (planned change), ialah perubahan ini
terjadi, karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3) Perubahan dari hal kesediaannya untuk berubah (readiness to change), ialah perubahan yang terjadi apabila terdapat suatu inovasi atau program-program baru, maka yang terjadi adalah sebagian orang cepat mengalami perubahan perilaku dan sebagian lagi lamban. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
Kesehatan Fisik (skripsi dan tesis)
Barangkali elemen fisik (materi, tubuh) paling mudah dipahami, mudah dikenali oleh pancaindera manusia. Elemen fisik mencakup segala yang kasat mata (dunia fisik maupun tubuh fisik) (Ray, 2009). Tubuh (fisik) manusia merupakan sistim yang luar biasa yang terbentuk dari triliunan sel-sel. Sel-sel ini membentuk berbagai jaringan yang sangat rumit tapi semua jaringan ini di samping berfungsi sendiri-sendiri, juga mampu melakukan kerja sama dan koordinasi antar jaringan dengan kecermatan yang sangat tinggi. Dengan demikian, sel-sel tubuh manusia ini juga mempunyai kecerdasan,
(Chopra, 2004).
Schwartz (dalam Al-Kusayer, 2009) mengatakan bahwa jantung memiliki kekuatan khusus yang sanggup menyimpan berbagai informasi dan mengobatinya sekaligus. Ini menunjukkan bahwa daya ingat bukan hanya di otak saja, tetapi jantungpun terkadang menjadi penggerak dan pengendali daya ingat tersebut. Tubuh manusia merupakan seperangkat mesin cerdas yang mengalahkan bahkan komputer tercanggih sekalipun (Covey, 2007). Walaupun elemen fisik (tubuh) manusia merupakan mesin yang luar biasa,
namun hampir semua kondisi ketahanan/kesehatan fisik jangka panjang ditentukan oleh hasil dari tingkah laku dan kebiasaan-kebiasaan setiap orang yang telah terakumulasi selama beberapa waktu (Shinya, 2007).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KF adalah kondisi kesehatan yang
berhubungan dengan keseluruhan anatomi tubuh(fisik) manusia yang terbentuk dari elemen mineral, nabati dan hewani, dimana kualitas kesehatannya ditentukan oleh hasil dari tingkah laku dan kebiasaan- kebiasaan seseorang yang telah terakumulasi selama beberapa waktu.
(Chopra, 2004).
Schwartz (dalam Al-Kusayer, 2009) mengatakan bahwa jantung memiliki kekuatan khusus yang sanggup menyimpan berbagai informasi dan mengobatinya sekaligus. Ini menunjukkan bahwa daya ingat bukan hanya di otak saja, tetapi jantungpun terkadang menjadi penggerak dan pengendali daya ingat tersebut. Tubuh manusia merupakan seperangkat mesin cerdas yang mengalahkan bahkan komputer tercanggih sekalipun (Covey, 2007). Walaupun elemen fisik (tubuh) manusia merupakan mesin yang luar biasa,
namun hampir semua kondisi ketahanan/kesehatan fisik jangka panjang ditentukan oleh hasil dari tingkah laku dan kebiasaan-kebiasaan setiap orang yang telah terakumulasi selama beberapa waktu (Shinya, 2007).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KF adalah kondisi kesehatan yang
berhubungan dengan keseluruhan anatomi tubuh(fisik) manusia yang terbentuk dari elemen mineral, nabati dan hewani, dimana kualitas kesehatannya ditentukan oleh hasil dari tingkah laku dan kebiasaan- kebiasaan seseorang yang telah terakumulasi selama beberapa waktu.
Kecerdasan Spiritual (skripsi dan tesis)
Istilah spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang
berarti prinsip yang memvitalisasi suatu organisme, atau bisa juga berasal dari bahasa
Latin sapientia (sophia dalam bahasa Yunani) yang berarti ‘kearifan’ – kecerdasan
kearifan (Zohar & Marshall, 2005b). Sifat spiritual manusia diketahui dari agama-agama
besar di dunia yang mengabarkan bahwa manusia adalah makhluk spiritual yang kini
tengah melewati eksistensi fisik sebagai bagian dari perjalanan spiritual kekal manusia
(Khavari, 2000). Selman, et al., (2005) mengatakan bahwa: “Spiritual Intelligence is about
having a direction in life, and being able to heal ourselves of all the resentment--- It is thinking of
ourselves as an expression of a higher reality”.
Madhu Jain dan Prema Purohit (2006) mencoba meyakinkan bahwa hidup menjadi
manusia (human beings) berarti menjalani kehidupan yang bersifat spiritual. Dari
beberapa penjelasan tentang KS di atas, dapat disimpulkan bahwa KS adalah kemampuan
manusia untuk menghayati keterhubungan dirinya dengan kekuatan tak terbatas (Tuhan),
serta menyadari tingkat kebermaknaan hidup dan sifat-sifat keilahian yang ada di dalam
diri manusia
Kecerdasan Emosional (skripsi dan tesis)
Sebelum Gardner (dalam Amstrong, 2002) mengemukakan kecerdasan ganda, kebudayaan Amerika Serikat telah terlalu banyak memusatkan perhatian pada pemikiran verbal dan logis – kemampuan yang secara tipikal dinilai dalam tes KI. Gardner mengatakan bahwa ma usia sekurang-kurangnya mempunyai tujuh kecerdasan sehingga teorinya sering disebut sebagai kecerdasan ganda (multiple intelligence). Kecerdasan tersebut ialah: kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial,
musikal, kinestetik-jasmani, antarpribadi, dan intrapribadi.
Istilah EQ (KE) pertama kali dilontarkan oleh Salovey dan Mayer (1990), namun
konsep KE dipopulerkan oleh Goleman pada tahun 1995 (Shapiro, 1997). Jordan (2006) mengemukakan pula bahwa kecerdasan emosional memegang peranan penting untuk memprediksi kinerja suatu tim. Segal (1997) mengatakan bahwa emosi dan akal adalah dua bagian dari satu keseluruhan, dimana wilayah KE adalah hubungan pribadi dan antarpribadi; KE bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan kemampuan adaptasi sosial. Sementara itu, pakar ESQ Indonesia yang telah dikenal luas, Ary Ginanjar Agustian (2001) memandang KE dalam konteks hubungan manusia dengan manusia lainnya. Reuven Bar-On (dalam Stein & Book, 2000) menjabarkan KE ini ke dalam lima domain yang terdiri dari domain intrapribadi, antar pribadi, pengendalian stres, penyesuaian diri, dan suasana hati umum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KE adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan pribadi dan kemampuan sosial
musikal, kinestetik-jasmani, antarpribadi, dan intrapribadi.
Istilah EQ (KE) pertama kali dilontarkan oleh Salovey dan Mayer (1990), namun
konsep KE dipopulerkan oleh Goleman pada tahun 1995 (Shapiro, 1997). Jordan (2006) mengemukakan pula bahwa kecerdasan emosional memegang peranan penting untuk memprediksi kinerja suatu tim. Segal (1997) mengatakan bahwa emosi dan akal adalah dua bagian dari satu keseluruhan, dimana wilayah KE adalah hubungan pribadi dan antarpribadi; KE bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan kemampuan adaptasi sosial. Sementara itu, pakar ESQ Indonesia yang telah dikenal luas, Ary Ginanjar Agustian (2001) memandang KE dalam konteks hubungan manusia dengan manusia lainnya. Reuven Bar-On (dalam Stein & Book, 2000) menjabarkan KE ini ke dalam lima domain yang terdiri dari domain intrapribadi, antar pribadi, pengendalian stres, penyesuaian diri, dan suasana hati umum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KE adalah kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan pribadi dan kemampuan sosial
Subscribe to:
Comments (Atom)