Friday, July 12, 2019

Komponen Dalam Kecerdasan Emosi (skripsi dan tesis)

Goleman (2003) membagi kecerdasan emosional menjadi lima bagian yaitu tiga komponen berupa kompetensi emosional (pengenalan diri, pengendalian diri dan motivasi) dan dua komponen berupa kompetensi sosial (empati dan keterampilan sosial). Lima komponen kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai berikut:
  • Pengenalan Diri (Self Awareness)
Pengenalan diri adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui perasaan dalam dirinya dan digunakan untuk membuat keputusan bagi diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri dan memiliki kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur kesadaran diri, yaitu:
  1. Kesadaran emosi (emosional awareness)
  2. Penilaian diri secara teliti (accurate self awareness)
  3. Percaya diri (self confidence)
  • Pengendalian Diri (Self Regulation)
Pengendalian diri adalah kemampuan menangani emosi diri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu segera pulih dari tekanan emosi. Unsur-unsur pengendalian diri, yaitu:
  1. Kendali diri (self-control)
  2. Sifat dapat dipercaya (trustworthiness)
  3. Kehati-hatian (conscientiousness)
  4. Adaptabilitas (adaptability)
  5. Inovasi (innovation)
  • Motivasi (Motivation)
Motivasi adalah kemampuan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu:
  1. Dorongan prestasi (achievement drive)
  2. Komitmen (commitmen)
  3. Inisiatif (initiative)
  4. Optimisme (optimisme)
  • Empati (Emphaty)
Empati adalah kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu. Unsur-unsur empati, yaitu:
  1. Memahami orang lain (understanding others)
  2. Mengembangkan orang lain (developing other)
  3. Orientasi pelayanan (service orientation)
  4. Memanfaatkan keragaman (leveraging diversity)
  5. Kesadaran politis (political awareness)
  • Ketrampilan Sosial (Social Skills)
Ketrampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain, bisa mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, dan bekerjasama dalam tim. Unsur-unsur ketrampilan sosial, yaitu:
  1. Pengaruh (influence)
  2. Komunikasi (communication)
  3. Manajemen konflik (conflict management)
  4. Kepemimpinan (leadership)
  5. Katalisator perubahan (change catalyst)
  6. Membangun hubungan (building bond)
  7. Kolaborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation)
  8. Kemampuan tim (tim capabilities)

Pengertian Kecerdasan Emosi (skripsi dan tesis)

Kecerdasan emosional erat hubungannya dengan perasaan dasar manusia. Menurut Goleman (2003) emosi menuntut kita menghadapi saat-saat kritis dan tugas-tugas yang terlampau riskan bila hanya diserahkan kepada otak. Perasaan biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, sugesti, kelelahan dan perhatian inteligensi sehingga ikut mewarnai emosi. Agustin (2005) mengungkapkan secara sederhana emotional quontient (EQ) adalah kemampuan untuk merasa, kunci kecerdasan emosi anda adalah pada kejujuran suara hati anda. Kecerdasan emosional bukanlah muncul dari pemikiran intelek yang jernih, tetapi dari pekerjaan suara hati manusia.
Menurut Widyarto Adi (2004 ) Emotional Quontient adalah kemampuan atau kecerdasan emosional yang mempengaruhi perilaku menyangkut lima bidang yaitu (1) pengenalan emosi diri (2) pengendalian emosi (3) kemampuan untuk memotivasi diri (4) sehingga mampu mengenali emosi orang lain (empati) dan (5) akhirnya mampu mengendalikan hubungan antar manusia.

Komponen Dalam Kecerdasan Spiritual (skripsi dan tesis)

Sinetar (2001 dalam Safaria, 2007) menjelaskan beberapakarakteristik seseorang yang memiliki potensi kecerdasan spiritual yangtinggi. Adapun karakteristik tersebut antara lain adalah :
  1. Memiliki kesadaran diri yang mendalam dan intuisi yang tajam.
Ciri utama munculnya kesadaran diri yang kuat pada seseorang adalah iamemiliki kemampuan untuk memahami dirinya sendiri serta memahamiemosi-emosinya yang muncul, sehingga mampu berempati dengan apayang terjadi pada orang lain. Selain itu seseorang juga memiliki intuisiyang tajam sehingga ia memiliki kemampuan untuk mengendalikanperilakunya sendiri. Disamping itu seseorang juga memiliki kepercayaandiri yang tinggi dan kemauan yang keras untuk mencapai tujuannya sertamemiliki keyakinan dan prinsip-prinsip hidup
  1. Memiliki pandangan yang luas terhadap dunia dan alam.
Seseorang melihat dirinya dan orang lain saling terkait, menyadari bahwa bagaimanapun kosmos ini hidup dan bersinar sehingga seseorang dapat melihat bahwa alam adalah sahabat manusia, muaranya ia memiliki perhatian yang mendalam terhadap alam sekitarnya, dan mampu melihat bahwa alam raya ini diciptakan oleh zat yang Maha Tinggi, yaitu Tuhan.
  1. Memiliki moral yang tinggi dan kecenderungan merasa gembira.
Seseorang memiliki moral yang tinggi, mampu memahami nilai-nilai kasih sayang, cinta, penghargaan kepada orang lain, senang berinteraksi,cenderung selalu merasa gembira dan membuat orang lain gembira.
  1. Memiliki pemahaman tentang tujuan hidupnya.Seseorang dapat merasakan arah nasibnya, melihat berbagai kemungkinan, seperti cita-cita yang suci diantara hal-hal yang biasa.
  2. Memiliki keinginan untuk selalu menolong orang lain, menunjukkan rasakasih sayang terhadap orang lain, dan pada umumnya memilikikecenderungan untuk mementingkan kepentingan orang lain.f. Memiliki pandangan pragmatis dan efesien tentang realitas.Seseorang memiliki kemampuan untuk bertindak realistis, mampu melihatsituasi sekitar, dan mau perduli dengan kesulitan orang lain.
Menurut Robert (dalam Saifullah, 2005) menjelaskan lima karakteristik orang yang cerdas secara spiritual yaitu :
  1. Kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material.
Seseorang menyadari bahwa kehadiran dirinya di dunia merupakan anugerah dankehendak Tuhan dan menyadari bahwa Tuhan selalu hadir dalamkehidupannya.
  1. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak.
Seseorang menyadari bahwa ada dunia lain di luar dunia kesadaran yangditemuinya sehari-hari sehingga ia meyakini bahwa Tuhan pasti akanmembantunya dalam menyelesaikan setiap tantangan yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, ia terhubung dengan kesadaran kosmis diluar dirinya
  1. Kemampuan mensakralkan pengalaman sehari-hari.
Ciri ketiga ini, terjadi ketika kita meletakkan pekerjaan biasa dalam tujuanyang agung dan mulia.
  1. Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah dan kemampuan untuk berbuat baik.
Orang yang cerdas secara spiritual, dalam memecahkan persoalan hidupnya selalu menghubungkannya dengan kesadaran nilai yang lebih mulia daripada sekadar menggenggam kalkulasi untung rugi yang bersifat materi.
  1. Memiliki rasa kasih yang tinggi pada sesama makhluk Tuhan
 Seseorang tidak akan kehilangan pijakan kakinya di bumi realitas, hal ini ditunjukkan dengan menebar kasih sayang pada sesam
Menurut Zohar dan Marshal (2004) komponen dalam kecerdasan spiritual adalah :
1) Kemampuan bersikap fleksibel(adaptif secara spontan dan aktif),
2) Tingkat kesa-daran tinggi,
 3) Kemampuan mengadaptasi dan memanfaatkan penderitaan,
4) Kemampuan meng-hadapi dan melampaui rasa sakit,
5) Kualitas hidupyang diilhami oleh visi dan misi,
6) Keengganan untukmenyebabkan kerugian yang tidak perlu,
7) Kecen-derungan untuk melihat keterkaitan antara berbagaihal (berpendangan holisitik),
8) Kecenderungan nyatauntuk bertanya ”mengapa atau bagaimana jika” untukmencari jawaban mendasar,
9) Pemimpin yang penuhpengabdian dan bertanggung jawab

Pengertian Kecerdasan Spiritual (skripsi dan tesis)

Spiritual berasal dari bahasa Latin spiritus yang berati prinsip yang memvitalisasi suatu organisme. Sedangkan, spiritual dalam SQ berasal dari bahasa Latin sapientia (sophia) dalam bahasa Yunani yang berati ’kearifan’ (Zohar dan Marshall, 2001). Zohar dan Marshall (2001) menjelaskan bahwa spiritualitas tidak harus dikaitkan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab seorang humanis atau atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. Kecerdasan spiritual lebih berkaitan dengan pencerahan jiwa. Orang yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi mampu memaknai hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif akan mampu membangkitkan jiwa dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
Eckersley (2000) memberikan pengertian yang lain mengenai kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual didefinisikan sebagai perasaan intuisi yang dalam terhadap keterhubungan dengan dunia luas didalam hidup kita. Konsep mengenai kecerdasan spiritual dalam hubungannya dengan dunia kerja, menurut Ashmos dan Duchon (2000) memiliki tiga komponen yaitu kecerdasaan spiritual sebagai nilai kehidupan dari dalam diri, sebagai kerja yang memiliki arti dan komunitas.
 Mccormick (1994, 20) dan Mitroff and Denton (1999, 111), dalam penelitiannya membedakan kecerdasan spriritual dengan religiusitas di dalam lingkungan kerja.Religiusitas lebih ditujukan pada hubungannya dengan Tuhan sedangkan kecerdasan spiritual lebih terfokus pada suatu hubungan yang dalam dan terikat antara manusia dengan sekitarnya secara luas.
 Berman (2001) mengungkapkan bahwa kecerdasan spiritual (SQ) dapat memfasilitasi dialog antara pikiran dan emosi, antara jiwa dan tubuh. Dia juga mengatakan bahwa kecerdasan spiritual juga dapat membantu sesorang untuk dapat melakukan transedensi diri. Pengertian lain mengenai kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip hanya karena Allah (Agustian, 2001).

Tahapan Dalam Perilaku Pacaran (skripsi dan tesis)

Adapun perilaku berpacaran menurut Umsoniah (2008), yaitu :
  1. Perilaku Berpacaran dalam Bentuk Ekspresi Fisik
Perilaku berpacaran ini mengarah ke hubungan seksual seperti berpegangan tangan, mencium kening, berciuman bibir, mencium leher, saling meraba (payudara dan kelamin), dan melakukan hubungan seksual (Sugiyati, 2008).
  1. Perilaku Berpacaran dalam Bentuk Pernyataan Verbal
Untuk memastikan dan mendapat perlakuan dari orang  yang dicintainya, berani dan percaya diri mengungkapkan rasa dan cinta baik melalui telepon, memberi suatu benda yang berupa lambang cinta seperti cokelat, bahkan mengungkapkan rasa cinta di hadapan pacar dan teman-temannya.
  1. Perilaku Berpacaran dalam Bentuk Pengungkapan Diri
Mengungkapkan rasa hatinya kepada pacar dalam bentuk pengungkapan perasaan (express feeling) agar perasaan yang terpendam atau permasalahan yang dipendam dapat dibantu untuk dicarikan solusinya. Selain itu, dengan memberikan pujian demi menjalin hubungan yang lebih akrab.
  1. Perilaku Berpacaran dengan Memberi Materi atau Hadiah
Memberikan hadiah sebagai bentuk perhatian, memberikan hadiah di saat berulang tahun, mendapat prestasi ataupun setelah bertengkar sebagai penebusan rasa dosa dan permohonan maaf.
Hasil penelitian GRK (Gerakan Remaja untuk Kependudukan) dalam Trisnawati (2005) mengemukakan perilaku seksual remaja meliputi:
  1. Berkunjung ke rumah pacar atau dikunjungi pacar
  2. Berjalan berdua
  3. Berpegangan tangan
  4. Mencium pipi
  5. Mencium bibir
  6. Memegang payudara
  7. Memegang organ seksual dari luar baju
  8. Memegang organ seksual dari dalam baju
  9. Melakukan hubungan seksual
Sementara Issriati (2009) mengemukakan bahwa perilaku seksual remaja terhadap lawan jenisnya dimulai dari adanya rasa tertarik, mencari dan member perhatian, kencan, memberikan rasa cinta, berpacaran tapi belum melakukan cumbuan, melakukan cumbuan ringan, cumbuan sedang hingga berat dan melakukan hubungan seksual.
Apabil dispesifikkan pada perilaku seksual maka menurut Hurlock (1999) perilaku seksual terdiri dari beberapa tahapan yaitu berciuman, bercumbu ringan, bercumbu berat dan bersenggama. The Diagram Group (1993) menyatakan bahwa secaraumum terdapat dua tipe umum prosesperkenalan yaitu proses sosial dan proses perkawinan. Proses perkawin-an merupakan tahapan persiapanpasangan untuk melakukan hubunganseksual yang ditunjukkan padatahapan: Eye to body, Eye to eye,Voice to voice, Hand to hand, Arm toshoulder,  Arm to waist, Mouth tomouth,  Hand to head, Hand to body,Mouth to breast, Hand to genital, dan Genital to genital.
Perilaku seksual menurut Sarwono (2009) dibagi dalam beberapa kegiatan yaitu:
  1. Memegang dan bergandengan tangan adalah salah satu bentuk dari sentuhan. Sentuhan adalah satu bentuk perilaku dan dapat berarti beberapa hal.
  2. Berpelukan
  3. Berciuman adalah salah satu bentuk sentuhan yang dapat berarti simbol afeksi dan dapat bersifat sangat sensual.
  4. Menyentuh dengan memberi stimulasi untuk kesenangan seksual pada bagian tubuh yang peka
  5. Memegang alat kelamin adalah memberi stimulasi pada alat vital akan memberi kesenangan secara seksual, sebab daerah genital adalah tempat yang sangat sensitif untuk disentuh.
  6. Petting kontak fisik antara pria dan wanita dalam usaha menghasilkan kesenangan seksual tanpa masuknya penis ke vagina.
  7. Oral genital seks adalah perilaku seksual yang menekankan pemberian stimulasi genital oleh mulut.
  8. Cointal seks play dalam hubungan heteroseksual sering disebut vaginal seks. Perilaku ini dianggap paling wajar dan normal. Cointal seks play adalah hubungan badan dengan masuknya penis ke vagina
Berdasarkan uraian di atas maka perilaku dalam pacaran meliputi Perilaku Berpacaran dalam Bentuk Ekspresi Fisik, Perilaku Berpacaran dalam Bentuk Pernyataan Verbal, Perilaku Berpacaran dalam Bentuk Pengungkapan Diri dan             Perilaku Berpacaran dengan Memberi Materi atau Hadiah. Sedangkan tahap perilaku seksual secara afeksi sendiri dimulai dari memegang dan bergandengan tangan, berpelukkan, berciuman, menyentuh dengan memberi pada stimulasi untuk kesenangan seksual bagian tubuh yang peka, memegang alat kelamin, petting, oral genital seks, cointal seks play.

Pengertian Pacaran (skripsi dan tesis)

Pacaran adalah proses bertemunya seseorang dengan seorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup (Benokraitis, dalam Wongso 2014). Menurut Hurlock, tujuan berpacaran dalam kehidupan remaja adalah sebagai hiburan, sosialisasi, status, masa pacaran, dan pemilihan teman hidup. Pacaran berfungsi sebagai sumber status dan prestasi, masa rekreasi, proses sosialisasi, untuk membantu atau melayani individu lain jenis, sarana untuk berbagi cerita (sharing), masa penyesuaian normatif, masa pengembangan identitas, dan sebagai masa pemilihan calon pasangan hidup (Paul & White, dalam Dariyo, 2004).
Ada 2 aspek yang mempengaruhi ketertarikan antar remaja yang berpacaran yaitu: intimasi dan passion.
  1. Intimasi adalah hubungan yang akrab, intim, menyatu, saling percaya, dan saling menerima antar individu yang satu dengan individu yang lain.
  2. Passion adalah terjadinya hubungan antar individu tersebut, lebih dikarenakan oleh unsur-unsur biologis seperti ketertarikan fisik atau dorongan seksual.
Dengan adanya kedua faktor ini, maka para ahli menyebutnya sebagai masa percintaan atau pacaran yang romantis (Dariyo, 2004).

Aspek dalam Asertivitas (skripsi dan tesis)

Asertivitas seseorang dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut:
1. Mampu menjadikan lawan bicara pada kedudukan yang sama dengan dirinya,
sehingga kedua belah pihak memiliki kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dan tidak ada yang merasa kalah.
2. Mampu membuat dan percaya pada keputusan sendiri terkait dengan karir,
hubungan, gaya hidup dan jadwal kegiatan.
3. Inisiatif dalam berinteraksi, termasuk menghindari kemungkinan terjadinya
kekerasan.
4. Mampu menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang
lain.
5. Mampu menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat tanpa ada perasaan cemas yang berlebihan.
6. Merespon perilaku yang melanggar hak dirinya sendiri ataupun orang lain.
7. Mengungkapkan ekspresi personal tanpa kritik yang tidak adil pada orang lain,
menyakiti orang lain ataupun mengontrol orang lain atas dirinya