Tuesday, July 16, 2019

Respons fisiologis dan psikologisKecemasan (skripsi dan tesis)

Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respons fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan :
  1. Respons fisiologis: secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap stres (kecemasan) adalah “flight”.
  2. Respons psikologis: kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.
  3. Respons kognitif: kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isi pikir di antaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapangan persepsi, bingung.
  4. Respons efektif: secara efektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan. (Suliswati, dkk, 2005: 115)

Teori Membahas Kecemasan (skripsi dan tesis)

Beberapa teori yang membahas mengenai kecemasan pada individu antara lain (Stuart dan Sundeen, 1998):
  1. Teori Psikoanalitik
Menurut Freud dalam Stuart dan Sudeen (1998), penyebab kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian Id dan Super ego-Id yang mewakili dorongan insting dan impuls primitive seseorang sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikembangkan oleh norma-norma budayanya.
  1. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan  takut terhadap adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan dan kecemasan yang berat.
  1. Teori Prilaku
Kecemasan merupakan produk dari perilaku frustrasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
  1. Teori Biologi
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzoadiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.

  1. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan gangguan depresi.

Tingkat Kecemasan (skripsi dan tesis)

Menurut Poplou (1998) dalam Suliswati dkk (2005) ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu-individu yaitu kecemasan ringan, sedang, berat dan panik :
  1. Kecemasan ringan
Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu masih waspada serta bidang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas, contohnya:
  • Seseorang yang menghadapi ujian akhir
  • Pasangan dewasa yang akan memasuki jenjang pernikahan
  • Individu yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
  • Individu yang tiba-tiba dikejar anjing menggonggong
  1. Kecemasan sedang
Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya. Terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Contohnya:
  • Pasangan suami istri yang menghadapi kelahiran bayi pertama dengan risiko tinggi
  • Keluarga yang menghadapi perceraian
  • Individu yang mengalami konflik dalam pekerjaan
    1. Kecemasan berat
Lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu perintah atau arahan untuk terfokus pada area lain. Contohnya:
  • Individu yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena bencana alam.
  • Individu dalam penyanderaan
    1. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatiannya hilang karena hilangnya kontrol, sehingga tidak mampu melaksanakan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian.

Tanda dan Gejala kecemasan (skripsi dan tesis)

Sindrom kecemasan bervariasi tergantung tingkat kecemasan yang dialami seseorang. Menurut Capernito (1998), sindrom kecemasan sendiri dapat diuraikan menjadi:
  1. Gejala fisiologis
Peningkatan frekuensi denyut nadi, TD, nafas, diaforosis, gemetar, mual dan muntah, sering berkemih, diare, insomnia, kelelahan, kemerahan atau pucat pada wajah, mulut kering, nyeri (khususnya dada, leher), gelisah, pusing, rasa panas.
  1. Gejala emosional
Individu mengatakan merasa ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya diri, tegang, tidak mau rileks. Individu juga memperlihatkan kepekaan terhadap rangsangan, tidak sabar, mudah marah, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, mengkritik diri sendiri dan orang lain.
  1. Gejala kognitif
Tidak mampu berkonsentrasi, kurang orientasi lingkungan, pelupa, memblok pikiran dan perhatian yang berlebihan.

Pengertian Kecemasan (skrispi dan tesis)

Menurut Mappiare (2006) anxiety adalah suatu perasaan kacau atau tidak enak yang memperingatkan individu akan adanya suatu ancaman atau bahaya namun wujudnya tidak jelas atau belum nampak.  Davidoff (1991) mendefinisikan kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan bahaya yang akan diantisipasi, termasuk juga ketegangan dan stres yang menghadang disertai bangkitnya system saraf parasimpatetik. Kecemasan dan ketakutan sering kali dibedakan dalam dua dimensi yaitu :
  1. Objek suatu ketakutan biasanya mudah dispesifikasikan, sedangkan objek kecemasan biasanya tidak.
  2. Intensitas rasa takut itu sesuai dengan besar kecilnya ancaman, sedangkan intensitas kecemasan sering kali jauh lebih besar dari pada objek yang belum begitu jelas pula.
Nevid dkk (2007) menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Kecemasan adalah respons yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatnya tidak sesuai dengan proporsi ancaman. Menurut American Psychiatric Association dalam Durand dan Barlow (2009) kecemasan adalah keadaan suasana, perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan. Kekhawatiran terjadi karena kita tidak dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang.             Menurut Hawari (2009) definisi kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan kecemasan antara lain :
  1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung
  2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
  3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
  4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
  5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
  6. Keluhan-keluhan somatic misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala, dsb.

Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model (skripsi dan tesis)


Yusof et al. (2006) memberikan suatu kerangka baru yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model. Model ini menempatkan komponen penting dalam sistem informasi yakni Manusia (Human), Organisasi (Organization) dan Teknologi (Technology). dan kesesuaian hubungan di antaranya.
Komponen Manusia (Human) menilai sistem informasi dari sisi penggunaan sistem (system use) pada frekuensi dan luasnya fungsi dan penyelidikan sistem informasi. System use juga berhubungan dengan siapa yang menggunakan (who use it), tingkat penggunanya (level of user), pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap menerima (acceptance) atau menolak (resistance) sistem. Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna (user satisfaction). Kepuasan pengguna adalah keseluruhan evaluasi dari pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial dari sistem informasi. User satisfaction dapat dihubungkan dengan persepsi manfaat (usefulness) dan sikap pengguna terhadap sistem informasi yang dipengaruhi oleh karakteristik personal.
Komponen Organisasi menilai sistem dari aspek struktur organisasi dan lingkungan organisasi. Struktur organisasi terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki, perencanaan dan pengendalian sistem, strategi , manajemen dan komunikasi. Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen dan dukungan staf merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem. Sedangkan lingkungan organisasi terdiri dari sumber pembiayaan, pemerintahan, politik, kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi.
Komponen teknologi terdiri dari kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality) dan kualitas layanan (service quality). Kualitas sistem dalam sistem informasi di institusi pelayanan kesehatan menyangkut keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem dan user interface. Kemudahan penggunaan (ease of use), kemudahan untuk dipelajari (ease of learning), response time, usefulness, ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi termasuk rekam medis pasien, laporan dan peresepan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas informasi antara lain adalah kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu, ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry. Sedangkan kualitas layanan berfokus pada keseluruhan dukungan yang diterima oleh service provider sistem atau teknologi. Service quality dapat dinilai dengan kecepatan respon, jaminan, empati dan tindak lanjut layanan.

Task Technology Fit (TTF) Analysis (skripsi dan tesis)

Inti dari Model Task Technology Fit adalah sebuah konstruk formal yang dikenal sebagai Task-Technology Fit (TTF), yang merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi untuk kebutuhan tugas dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan (Goodhue & Thompson 1995, disitasi oleh Dishaw et al., 2004). Model TTF memiliki 4 konstruk kunci yaitu Task Characteristics, Technology Characteristics, yang bersama-sama mempengaruhi konstruk ketiga TTF yang balik mempengaruhi variabel outcome yaitu Performance atau Utilization. Model TTF menempatkan bahwa teknologi informasi hanya akan digunakan jika fungsi dan manfaatnya tersedia untuk mendukung aktivitas pengguna.