Analisis fundamental merupakan analisis yang didasarkan atas
fundamental suatu perusahaan. Analisis ini mempelajari brosur atau data-data
industri perusahaan, penjualan, kekayaan, pendapatan, produk dan penyerapan
pasar, evaluasi manajemen perusahaan, membandingkan dengan pesaingnya dan
memperkirakan nilai instrinsik dari saham perusahaan tersebut (Ahmad, 1996).
Analisis fundamental juga sering disebut sebagai analisis perusahaan
karena menggunakan data keuangan perusahaan dalam menghitung nilai intrinsik
saham sekaligus untuk mengetahui kinerja perusahaan. Investor memerlukan
informasi tentang perusahaan yang relevan sebagai dasar untuk membuat
keputusan dalam berinvestasi. Informasi tersebut antara lain tentang informasi
laporan keuangan periode tertentu (Sunariyah, 2004).
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham dimasa akan datang, dan menerapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini
sering disebut sebagai share price forccasting model, dipergunakan dan
sering dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas (Husnan, 2005).
Setelah memahami laporan keuangan perusahaan yang merupakan dasar
dalam melakukan analisis fundamental saham dalam suatu perusahaan, sekaligus
mencerminkan kondisi atau posisi keuangan perusahaan. Selanjutnya perlu
mencermati fakor fundamental yang perlu diperhatikan oleh investor, yang
tercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang telah di audit oleh
34
akuntan publik merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor
dalam dalam melakukan analisis fundamental. Laporan keuangan
menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang bersifat kauntitatif.
Laporan keuangan tersebut kemudian dianalisis atau sering disebut dengan
analisis laporan keuangan (Financial Statement Analisys)
Salah satu teknik dalam
analisis laporan keuangan adalah analisis rasio keuangan. Beberapa analisis dalam
rasio keuangan yaitu (Fakhrudin & Hardianto, 2001):
1. Rasio Likuiditas untuk mengukur kemampuan untuk memenuhi
kewajiban finansial jangka pendek. Adapun rasio-rasio likuiditas antara
lain:
a. Current Ratio yaitu untuk menghitung beberapa kemampuan
perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang
tersedia. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.
b. Cash Ratio yaitu untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan
efek yang segera dapat diuangkan.
c. Quick Ratio yaitu untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid
atau mudah dicairkan
.d. Net Working Capital yaitu untuk menghitung berapa kelebihan
aktiva lancar di atas utang lancar. 2. Rasio Leverage atau rasio utang untuk mengukur seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai utang atau dibiayai oleh pihak luar. Adapun rasiorasio utang antara lain:
a. Debt Ratio yaitu untuk mengukur jumlah aktiva perusahaan yang
dibiayai oleh utang atau modal yang berasal darikreditur. Semakin
besar rasio ini maka semakin besar pula risiko yang dihadapi.
b Debt to Equity Ratio yaitu rasio utang yang diukur dari perbandingan
utang dengan ekuitas (modal sendiri). Tingkat debt to equity ratio
(DER) yang aman biasanya kurang dari 50%. Semakin kecil DER
semakin baik bagi perusahaan.
c Time Interest Earned Ratio (TIER), rasio ini menunjukkan hubungan
antara laba sebelum bungan dan pajak (laba operasi) dengan beban
bunga utang jangka panjang. Rasio ini menggambarkan besarnya
jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang,
atau dengan kata lain rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi beban tetapnya berupa bunga.
d Fixed Charge Coverage Ratio (FCCR), yaitu untuk mengukur
berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya
termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran
pinjaman, dan sewa.
e Debt Service Coverage (DSC), untuk mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok
pinjaman. Jadi sama dengan leverage yang lain, hanya dengan
memasukkan angsuran pokok pinjaman.
3. Rasio Aktivitas untuk mengukur seberapa efektif perisahaan
menggunakan sumber daya yang dimiliki. Atau dengan kata lain, sejauh
mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset untuk memperoleh
penjualan. Adapun rasio-rasio aktivitas yaitu:
a. Periode Pengumpulan Piutang, menunjukkan rata-rata hari yang
diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Biasanya
ditentukan dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan
harian. Terlalu tinggi rasio ini berarti kebijakan kredit terlalu liberal
yang dapat berakibat timbul bad-debt dan ivestasi dalam piutang
menjadi terlalu besar.
b Perputaran Piutang, untuk menghitung berapakali dana yang
tertanam dalam piutang perusahaan dalam setahun.
c Perputaran Persediaan, perusahaan yang perputaran persediaannya
yang makin tinggi menunjukkan makin efisien, tetapi perputaran
yang terlalu tinggi juga tidak berarti baik.
d Perputaran Aktiva Tetap, rasio ini menunjukkan bagaimana
perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung,
kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor.
e Perputaran Total Aktiva, menunjukkan bagaimana efektivitas
perusahaan menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan
penjualan dan mendapatkan laba. Tingkat perputaran ini juga
ditentukan oleh perputaran elemen aktiva itu sendiri.
4. Rasio Profitabilitas atau rasio rentabilitas untuk mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, baik dalam
hubungannya dengan penjualan, aset maupun laba dan modal sendiri.
Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon maupun pemegang saham
karena akan berkaitan dengan harga saham serta dividen yang akan
diterima. Rasio-rasio profitabilitas antara lain:
a Gross Profit Margin, mengukur tingkat laba kotor dibandingkan
dengan volume penjualan.
b Operating Profit Margin, mengukur tingkat laba operasi
dibandingkan dengan volume penjualan.
c Net Profit Margin, mengukur laba bersih sesudah pajak
diabndingkan dengan volume penjualan.
d Return on Asset (ROA), menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan.
e. Return on Equity (ROE), menguur kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.
Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan,
apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga makin
besar.
f. Earning Power, tinggi rendahnya rasio ini memberikan indikasi
seberapa jauh efisiensi penggunaan modal, dan turun aniknya
penjualan dan biaya. Manajemen berharap bahwa earning power
yang diperoleh akan lebih besar dari cost of capital dari dana yang
digunakan.
5. Rasio saham untuk menunjukkan bagian dari laba perusahaan, dividen
dan modal yang dibagikan pada setiap saham. Rasio-rasio saham antara
lain:
a. Price Earning Ratio (PER), rasio ini menunjukkan perbandingan
antara harga saham di pasar perdana atau harga perdana yang
ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima. PER
yang tinggi menunjukkan ekspektasi investor tentang prestasi
perusahaan di masa yang akan datang cukup tinggi
b. Earning Per Share (EPS), rasio ini mengukur besarnya laba yang
diberikan kepada pemegang saham.
c. Dividen Per Share (DPS), menunjukkan seluruh pembayaran
dividen dalam angka per saham.
Dividen Yield (DY), menunjukkan tingkat penghasilan berjalan
yang diperoleh dari investasi saham perusahaan.
d Payout Ratio, menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen.
f Nilai Buku Per Saham (book value per share), menunjukkan nilai
buku perusahaan yaitu total aktiva dikurangi dengan total utang
(modal) yang dihitung untuk setiap saham.
g Price to Book Value, rasio yang menunjukkan apakah harga saham
(harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku
saham tersebut. Istilah teknisnya apakah saham tersebut overvalued
atau undervalued
No comments:
Post a Comment