Spiritualitas kerja pertamakali digagas dan
diangkat oleh Maslow (Maslow et al. 1998) mengenai
pentingnya makna hidup dalam dunia kerja. Ashmos dan
Duchon (2000) mendefinisikan spiritualitas kerja sebagai
pengakuan bahwa karyawan memiliki kehidupan batin
yang memelihara dan dipelihara oleh pekerjaan yang
berarti yang terjadi dalam konteks komunitas. Secara
umum Ashmos dan Duchon (2000) mengklasifikasikan
spiritualitas kerja menjadi tiga bagian yaitu kehidupan
batin, pekerjaan yang bermakna dan komunitas.
Milliman et al. (2003) mendiskripsikan komponenkomponen yang membentuk sepiritualitas kerja kedalam
3 bagian, iaitu:
a. Level personal (pekerjaan yang bermakna/meaningful
work)
Dimensi spiritualitas kerja ini didefinisikan
sebagai pekerjaan yang bermakna, iaitu suatu aspek
mendasar dari spiritualitas kerja yang berfokus pada
makna mendalam tentang tujuan pekerjaan
seseorang. Dimensi spiritualitas kerja ini
menggambarkan bagaimana seorang karyawan
berinteraksi dengan tugas kerja atau pekerjaan yang
dilakukan sehari-hari pada level individu. Dimensi ini
mengasumsikan bahwa setiap individu mempunyai
motivasi dan kebenaran yang di tanam didalam diri,
dan terlibat dalam kegiatan atau pekerjaan yang
memberikan arti yang lebih besar dan lebih
mendalam pada kehidupannya dan kehidupan orang
lain (Ashmos dan Duchon, 2000; Hawley, 1993).
b. Level komunitas (perasaan terhubung dengan
komunitas/sense of community)
Dimensi ini diartikan atau dipahami sebagai
perasaan terhubung secara mendalam dalam
hubungannya dengan individu lain atau
diartikulasikan sebagai rasa komunitas (Ashmos dan
Duchon, 2000). Dimensi ini terjadi pada level
kelompok individu yang menyangkut interaksi antar
individu tersebut, Rasa komunitas ditempat kerja ini
berdasar pada keyakinan bahwa setiap individu itu
terhubung satu sama lain (Maynard, 1992; Miller,
1992).
c. level organisasi (penegakkan serta pemeliharaan nilai
personal dan kesesuaiannya dengan nilai
organisasi/alignment of organization values).
Dimensi spiritualitas kerja ini memiliki definisi
iaitu ketika individu memiliki perasaan terhubung,
dan keterpaduan yang kuat antara nilai-nilai yang
diyakini secara pribadi dengan nilai yang dipakai oleh
sebuah organisasi. Dimensi ini mencakup interaksi
individu dengan tujuan organisasi yang lebih besar
(Mitroff dan Denton, 1999).
Spiritualitas kerja memiliki kesamaan dengan
munculnya bidang keilmuan organisasi yang positif
dalam memfokuskan secara lebih eksplisit pada aspek
kerja kemanusiaan (Lavine et al. 2014) dengan
berusaha untuk lebih memahami pengalaman
manusia, termasuk dorongan untuk diri sendiri.
aktualisasi (Joelle & Coelho, 2017), pengembangan
diri, dan ekspresi diri yang lebih lengkap di tempat
kerja (Pawar, 2009).
Spiritualitas kerja dipandang sebagai konstruksi
multi-faceted yang mempengaruhi motivasi intrinsik
individu (Sharma & Hussain, 2012) dan melibatkan
'kesadaran batin' seseorang dan mencari makna
(Houghton et al. 2016). Tema utama dari literatur
tentang spiritualitas kerja adalah bahwa orang-orang
berhasrat untuk tidak hanya berkompeten dalam
pekerjaan mereka, tetapi juga untuk memiliki
beberapa jenis pengalaman pribadi lain yang
bermakna kerja. Jenis pengalaman ini dapat
melibatkan berbagai aspek seperti rasa transendensi,
pekerjaan yang bermakna dan terarah, koneksi ke
orang lain atau kekuatan yang lebih tinggi,
pengalaman diri asli seseorang, melayani orang lain
atau kemanusiaan, dan memiliki organisasi yang baik
dan etis (Milliman et al. 2017).
No comments:
Post a Comment