Tuesday, July 9, 2024

Kepuasan kerja

 


Robbins (2011:148) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sebagai
suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Pekerjaan menuntut
interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan
organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup pada kondisi kerja yang sering
kurang dari ideal, dan hal serupa lainnya. Ini berarti penilaian (assesment) seorang
karyawan terhadap puas atau tidak puasnya dia terhadap pekerjaan
Definisi kepuasan kerja dikemukakan oleh Luthans (1998: 98)
adalah suatu keadaan emosi seseorang yang positif maupun
menyenangkan yang dihasilkan dari penilaian suatu pekerjaan atau
pengalaman kerja. Lima model kepuasan kerja, yang dikemukakan oleh
Kreitner & Kinichi (2005:124) adalah ; Pertama pemenuhan kebutuhan,
model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh karakteristik dari
sebuah pekerjaan yang memungkinkan seseorang dapat memenuhi
kebutuhannya. Kedua Ketidakcocokan, model ini menjelaskan bahwa
kepuasan adalah hasil dari harapan yang terpenuhi. Ketiga pencapaian nilai,
model ini menjelaskan bahwa kepuasan berasal dari persepsi bahwa suatu
pekerjaan memungkinkan untuk pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari
individu. Keempat persamaan, model ini kepuasan adalah suatu fungsi dari
bagaimana seorang individu diperlakukan ditempat kerja. Kelima watak/genetik,
model ini berusaha menjelaskan beberapa orang merasa puas dengan situasi dan
kondisi kerja tertentu, namun sebagian lagi merasa tidak puas dengan kondisi
tersebut.
Herzberg dengan teorinya tentang kepuasan kerja menyatakan bahwa
kepuasan kerja berkaitan dengan faktor Motivator-Hygiene (Kreitner & Kinichi,
2005: 314). Faktor motivator berkaitan dengan pekerjaan yang menawarkan
prestasi, pengakuan, pekerjaan yang menantang, tanggungjawab serta prospek
kemajuan. Sedangkan faktor hygiene yang berkaitan kebijakan perusahaan,
pengawasan, gaji, hubungan kerja dan kondisi kerja. Disimpulkan faktor hygiene
hanya dapat mengeliminasi ketidakpuasan saja, tidak mampu untuk meningkatkan
kepuasan kerja, sedangkan faktor motivator akan dapat meningkatkan kepuasan
kerja, apabila faktor ini ada.
Sejumlah studi telah meneliti hubungan antar kepuasan kerja dan
berbagai variabel organisasi, diantaranya hubungan antara kepuasan
kerja dan kinerja (Lawler dan Porter, 1969; Locke, 1970; Trovik dan
Mc.Givern, 1997). Pernyataan bahwa kepuasan kerja dan sikap kerja
terkait dengan kinerja karyawan, telah dibuktikan oleh Iaffaldano dan
Muchinsky (1985), adanya korelasi positif yang lemah. Sementara yang
lain berdasarkan pada meta analisis Petty, Gee dan Cavender (1984)
memperlihatkan hubungan yang kuat positif antara kepuasan kerja
dengan kinerja karyawan (Soon Hee Kim, 2002: 52). Walaupun ada
ketidaksepahaman para peneliti mengenai hubungan antara kepuasan
kerja dengan kinerja karyawan, studi-studi tersebut mengungkapkan
bahwa karyawan yang terpuaskan lebih memiliki tingkat ketidakhadiran
dan turnover rendah (Tett dan Meyer, 1993)

No comments:

Post a Comment