Monday, July 8, 2024

Pengertian Motivasi

 


Menurut Moorhead dan Griffin (2013:270), saat ini, secara
virtual semua orang praktisi dan sarjana punya definisi motivasi
tersendiri. Biasanya kata-kata berikut ini dimasukkan dalam
definisi: hasrat, keinginan, harapan, tujuan, sasaran, kebutuhan,
dorongan, motivasi, dan insentif.
Secara teknis, istilah motivasi berasal dari kata Latin
Movere, yang berarti “bergerak”. Arti ini adalah bukti dari definisi
komprehensif berikut ini: Motivasi adalah proses yang dimulai
dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan
perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif.
Dengan demikian, kunci untuk memahami proses motivasi
bergantung pada pengertian dan hubungan antara kebutuhan,
dorongan, dan insentif.
Didalam Ivancevich dan Konopaske (2006:148), terdapat
empat pendekatan isi yang penting terhadap motivasi:
1) Hierarki Kebutuhan Maslow
Inti teori Maslow adalah bahwa kebutuhan tersusun dalam
suatu hierarki (Maslow dan Kaplan, 1998). Kebutuhan di
tingkat yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis, dan
kebutuhan di tingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai
berikut:
a) Fisiologis (physiological). Kebutuhan akan makanan,
minuman, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.
b) Keamanan dan Keselamatan (safety and security).
Kebutuhan untuk bebas dari ancaman, diartikan
sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang
mengancam.
c) Kebersamaan, sosial, dan cinta (belongingness, social,
and love). Kebutuhan akan pertemanan, afiliasi,
interaksi, dan cinta.
d) Harga diri (esteem). Kebutuhan harga diri dan rasa
hormat dari orang lain.
e) Aktualisasi diri (self-actualization). Kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan secara
maksimum menggunakan kemampuan, keterampilan,
dan potensi.
2) Teori ERG Alderfer
Alderfer sepakat dengan Maslow bahwa kebutuhan individu
diatur dalam suatu hierarki. Akan tetapi, hierarki kebutuhan
yang dia ajukan hanya melibatkan tiga rangkaian kebutuhan
(Alderfer, Clayton P;1972):
a) Eksistensi (existence). Kebutuhan yang dipuaskan
oleh faktor-faktor seperti makanan, udara, imbalan,
dan kondisi kerja.
b) Hubungan (relatedness). Kebutuhan yang dipuaskan
oleh hubungan sosial dan interpersonal yang berarti.
c) Pertumbuhan (growth). Kebutuhan yang terpuaskan
jika individu membuat kontribusi yang produktif atau
kreatif.
3) Teori Dua-Faktor Herzberg
Menurut Herzberg dan Synderman (1959), dewasa ini
mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori
motivasi dua-faktor. Kedua faktor tersebut disebut
dissatisfier-satisfier, motivator hygiene, atau faktor
ekstrinsik-intrisik,bergantung pada pembahasan dari teori.
Penelitian awal yang memancing munculnya teori ini
memberikan dua kesimpulan spesifik. Pertama, adanya
serangkaian kondisi ekstrinsik, konteks pekerjaan, yang
menimbulkan ketidakpuasan antarkaryawan ketika kondisi
tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, kondisi
tersebut tidak selalu memotivasi karyawan. Kondisi ini
adalah dissatisfier atau faktor hygiene, karena faktor-faktor
itu diperlukan untuk mempertahankan, setidaknya, suatu
tingkat dari “tidak adanya kepuasan”. Faktor-faktor tersebut
diamtaranya:
a) Gaji
b) Keamanan pekerjaan
c) Kondisi kerja
d) Status
e) Prosedur perusahaan
f) Kualitas pengawasan teknis
g) Kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja,
dengan atasan, dan dengan bawahan.
Kedua, serangkaian kondisi intrinsik-isi pekerjaan-ketika
ada dalam pekerjaan, dapat membentuk motivasi yang kuat
hingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik.
Jika kondisi tersebut tidak ada, pekerjaan tidak terbukti
memuaskan. Faktor-faktor dalam rangkaian ini disebut
satisfier atau motivator dan beberapa diantaranya adalah:
a) Pencapaian
b) Pengakuan
c) Tanggung jawab
d) Kemajuan
e) Pekerjaan itu sendiri
f) Kemungkinan untuk tumbuh
Motivator ini secara langsung berkaitan dengan difat
pekerjan atau tugas itu sendiri. Ketika ada, faktor-faktor ini
berkontribusi terhadap kepuasan. Hal ini, pada akhirnya
akan menghasilkan motivasi tugas intrinsik.
4) Teori Kebutuhan-yang-dipelajari McClelland
McClelland telah mengakui teori motivasi yang secara
dekat berhubungan dengan konsep pembelajaran. Yakin
sebagian besar kebutuhan berasal dari budaya (Harvard
Business Review, 1962:99). Dinyatakan bahwa ketika
muncul suatu kebutuhan yang kuat didalam diri seseorang,
kebutuhan tersebut memotivasi dirinya untuk menggunakan
perilaku mendatang kepuasannya.
Berdasarkan hasil penelitian McClelland, dikembangkan
serangkaian faktor deskriptif yang menggambarkan
seseorang dengan kebutuhan yang tinggi akan pencapaian.
Hal tersebut adalah:
a) Suka menerima tanggung jawab untuk memcahkan
masalah.
b) Cenderung menetapkan tujuan pencapaian yang
moderat dan cenderung mengambil risiko yang telah
diperhitungkan.
c) Menginginkan umpan-balik atas kinerja.
Kebutuhan akan merefleksi keinginan untuk berinteraksi
secara sosial dengan orang. Seseorang dengan kebutuhan
afiliasi yang tinggi menempatkan kualitas dari hubungan
pribadi sebagai hal yang paling penting, oleh karena itu
hubungan sosial lebih didahulukan daripada penyelesaian
tugas. Seseorang dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi,
di lain pihak, mengkonsentrasi diri dengan mempengaruhi
orang lain dan memenangkan argumentasi.
Menurut McClelland dalam Harvard Business Review
(1962:101), kekuasaan memiliki dua orientasi. Kekuasaan
dapat menjadi negative pada orang yang berfokus pada
dominasi dan kepatuhan. Atau kekuasaan dapat menjadi
positif karena merefleksikan perilaku persuasive dan
inspirasional.
Masing-masing teori memberikan pemahaman mengenai
perilaku dan kinerja. Tidak ada teori yang telah sepenuhnya
diterima sebagai dasar dalam menjelaskan motivasi.
Walaupun beberapa kritikus merasa skeptic, tampak bahwa
orang memiliki kebutuhan yang dipelajari dan bahwa
berbagai faktor pekerjaan menghasilkan tingkat kepuasan

No comments:

Post a Comment