Tuesday, July 9, 2024

Teori Komitmen Kerja

 


Robbins & Judge (2017) mengungkapkan bahwa terdapat tiga aspek yang mencirikan
komitmen kerja, antara lain:
a) Komitmen afektif (affective commitment)
Aspek ini, merupakan perasaan emosional dan keyakinan-keyakinan dari anggota/
Pegawai terhadap nilai-nilai dan tujuan dari perusahaan, rasa ikut sebagai bagian dari
organisasi, dan rasa keterlibatan dalam organisasi. Komitmen afektif tercermin dalam
perilaku anggota terhadap organisasinya, seperti kesamaan nilai dan tujuan pribadi
dengan nilai dan tujuan organisasi, penerimaan terhadap kebijakan organisasi, serta
anggota memiliki kebanggaan menjadi bagian dari suatu organisasi.
Pegawai yang memiliki komitmen afektif mempunyai anggapan bahwa organisasi
akan memberikan keamanan dan kenyamanan, karena Pegawai memiliki ikatan yang kuat
dengan perusahaan atau organisasi. Hal tersebut senada dengan pendapat yang
diungkapkan oleh Srimulyani (2009), mengatakan bahwa Pegawai yang memiliki
komitmen afektif akan merasa lebih dekat dengan organisasi tempat Pegawai itu berada,
sehingga Pegawai akan termotivasi dan memberikan kontribusi yang besar bagi
perusahaan.
b) Komitmen berkelanjutan (continuance commitment),
Aspek ini, berkaitan dengan nilai ekonomis yang didapat seorang Pegawai, yang
berarti bahwa seseorang memilih bertahan pada suatu perusahaan karena mendapat
keuntungan-keuntungan tertentu, dibandingkan Pegawai tersebut keluar atau berpindah
ke perusahaan lain. Pada aspek ini, terbentuk karena imbalan yang diberikan oleh
perusahaan yang dirasa cukup.
Pada aspek ini alasan seorang Pegawai bertahan karena Pegawai tersebut merasa
membutuhkan imbalan dari perusahaan. Pegawai dengan komitmen berkelanjutan yang
tinggi akan memilih untuk tetap tinggal, dan mempertahankan hubungannya dengan
perusahaan/ organisasi. Hal tersebut terjadi karena Pegawai memiliki kebutuhan secara
ekonomis. Pegawai dengan komitmen berkelanjutan yang rendah dapat berdampak pada
kurangnya kinerja, kondisi tersebut dapat terjadi bila Pegawai merasa hasil yang diterima
kurang sesuai dengan dirinya. Komitmen berkelanjutan merupakan keadaan Pegawai
yang memerlukan (need) untuk melakukan sesuatu pada perusahaan.
c) Komitmen normatif (normative commitment),
Aspek ini, berkaitan dengan keinginan untuk bertahan dengan organisasi untuk
alasan-alasan moral atau etis. Pada aspek ini, komitmen terbentuk dari perasaan Pegawai
yang merasa berkewajiban atau keharusan Pegawai untuk tetap bertahan lebih dari orang.
Pegawai yang berada pada aspek ini, akan mempertahankan hubungannya dengan
organisasi dan memberikan usaha-usaha secara maksimal guna kemajuan dan tercapainya
tujuan perusahaan. Hal tersebut terjadi karena Pegawai yang memiliki komitmen
normatif merasa lebih bertanggung jawab untuk melakukan hal tersebut dibandingkan
orang lain.
Selain aspek-aspek yang diungkapkan di atas terdapat pendapat yang senada, (Allen &
Meyer, 2013) juga mengungkapkan 3 aspek komitmen kerja, antara lain:
a) Affective comitment
Pada aspek ini, merupakan aspek dasar dari komitmen kerja seorang individu,
Pegawai/anggota ingin tetap bertahan atau tetap menjadi anggota, karena memiliki ikatan
emosional dan kesamaan tujuan dengan perusahaan. Pada aspek ini Pegawai sangat
bergantung dengan kesesuaian nilai-nilai dan tujuan perusahaan dengan prinsip dan nilai-
nilai yang dianut oleh Pegawai tersebut, apabila terjadi perubahan terhadap tujuan-tujuan
perusahaan akan berdampak langsung terhadap Pegawai tersebut. Hal itu dikarenakan
Pegawai akan kembali mencari kesesuaian antara nilai-nilai perusahaan dengan prinsip-
prinsip yang dianut olehnya, jika dalam hal ini terdapat kesesuaian maka keinginan untuk
tetap bertahan akan terjaga. Namun bila dalam hal ini tidak terdapat kesesuaian, maka
Pegawai akan berpikir untuk mencari alternatif pekerjaan lain. Komitmen afektif
merupakan suatu kecenderungan untuk terlibat dalam aktivitas organisasi yang dilakukan
secara konsisten, dan merasa investasi yang dikumpulkan akan hilang bila kegiatan atau
aktivitas dalam perusahaan dihentikan (Allen dan Meyer, 2013).
b) Continuance comitment
Aspek ini, muncul karena masalah ekonomis, hal tersebut dapat dilihat bila
seorang Pegawai tetap bertahan pada suatu organisasi untuk mendapatkan gaji atau untuk
memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya, dan Pegawai tidak dapat menemukan
alternatif pekerjaan lain. Tingkat continuance comitment dalam perkembangannya sangat
berhubungan dengan ketersediaan pilihan pekerjaan, yang akan berpengaruh terhadap
keinginan Pegawai untuk meninggalkan perusahaan, hal tersebut menandakan bahwa
rendahnya tingkat Continuance comitment (Allen & Meyer, 2013).
c) Normative comitment
Aspek ini, muncul karena kesadaran diri dari seorang Pegawai, bahwa pilihan untuk bertahan
dan tetap menjadi anggota organisasi memang merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan,
bila Pegawai tersebut memilih meninggalkan perusahaan, maka pilihannya bertentangan dengan
yang seharusnya dan pendapat umum. Komitmen normatif dapat berkembang dari tekanan-
tekanan yang dirasakan oleh seorang Pegawai, pada proses adaptasi dan sosialisasi ketika
Pegawai tersebut dalam posisi sebagai Pegawai baru (Wiener dalam Allen & Meyer, 2013).  

No comments:

Post a Comment