Saturday, August 24, 2024

Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain

 


Menurut (Pujawan, 2010) dalam tantangan mengelola supply chain ada
dua, yakni :

  1. Kompleksitas struktur Supply Chain
    Suatu Supply Chain biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak
    pihak di dalam maupun di luar perusahaan. Pihak-pihak tersebut sering
    kali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang
    bertentangan (conflicting) antara satu dengan yang lainnya. Di dalam
    perusahaan sendiri pun perbedaan kepentingan ini sering muncul.
    Sebagai contoh, bagian pemasaran ingin memuaskan pelanggan
    sehingga sering membuat kesepakatan dengan pelanggan tanpa
    mengecek secara baik kemampuan bagian produksi. Perubahan jadwal
    produksi secara tiba-tiba sering harus terjadi karena bagian pemasaran
    menyepakati perubahan order (pesanan) dari pelanggan. Di sisi lain,
    bagian produksi biasanya cukup resistant terhadap perubahan-
    perubahan mendadak seperti itu karena akan berakibat pada rendahnya
    utilitas mesin dan seringnya pengadaan bahan baku harus dimajukan
    atau diubah. Ini akan membuat membuat kinerja bagian produksi
    kelihatan kurang bagus. Konflik antar bagian ini merupakan satu
    tantangan besar dalam mengelola sebuah supply chain.
    Konflik kepentingan juga sangat jelas terjadi antar perusahaan yanng
    ada pada supply chain. Supplier menginginkan pembeli untuk memesan
    produk jauh-jauh hari sebelum waktu pengiriman dan sedapat mungkin
    pesanan tersebut tidak berubah. Supplier juga akan semakin senang bila
    pengiriman bisa dilakukan segera setelah produksi selesai. Di sisi lain,
    perusahaan pembeli menghendaki fleksibilitas yang tinggi. Mereka
    akan lebih mudah dalam kegiatan operasinya apabila supplier
    memberikan keleluasaan untuk mengubah jumlah, spesifikasi, maupun
    jadwal pengiriman bahan baku yang dipesan. Pembeli juga
    menginginkan supplier bisa mengirim tepat waktu dengan kuantitas
    pengiriman kecil (mengikuti model just in time) sehingga pembeli tidak
    perlu menumpuk persediaan dengan jumlah besar di gudang mereka.
    Konflik kepentingan juga muncul dalam kaitannya dengan term
    pembayaran. Supplier menginginkan agar pembeli cepat membayar,
    sementara pembeli menginginkan term pembayaran yang panjang.
    Kompleksitas suatu supply chain juga dipengaruhi oleh perbedaan
    bahasa, zone waktu, dan budaya antar satu perusahaan dengan
    perusahaan lain. Tentu akan sulit kalau sebuah perusahaan manufaktur
    di Indonesia harus membeli bahan baku dari Eropa karena perbedaan
    kepentingan antara mereka lebh sulit dicari titik temunya akibat
    perbedaan tiga hal tadi.
  2. Ketidakpastian
    Ketidak pastian merupakan sumber kesulitaan pengelolahan suatu
    supply chain. Ketidakpastian menimbulkan ketidak percayaan diri
    terhadap rencana yang sudah dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan
    sering menciptakan pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini
    bisa berupa persediaan (safety stock), waktu (safety time), ataupun
    kapasitas produksi tidak bisa terpenuhi. Dengan kata lain, customer
    service level akan lebih rendah pada situasi dimana ketidak pastian
    cukup tinggi. Berdasarkan sumbernya, ada tiga klasifikasi utama
    ketidak pastian pada supply chain. Pertama adalah ketidak pastian
    permintaan. Sebuah toko atau supermarket tidak akan pernah bisa
    memiliki informasi yang pasti berapa suatu produk x akan terjual pada
    minggu atau hari tertentu. Mereka hanya bisa meramalkan dan kita
    semua sadar bahwa ramalan hampir selalu tidak benar. Pesanan dari
    sebuah supermarket ke distributor juga tidak pernah pasti karena
    berbagai faktor, termasuk adanya kesalahan admintrasi persediaan,
    adanya syarat jumlah pengiriman minimum dari pabrik, dan keharusan
    supermarket untuk mengakomodasikan ketidak pastian pelanggan
    mereka.

No comments:

Post a Comment