Wednesday, July 3, 2024

Pentingnya Kedisiplinan

 


Hasibuan (2017:193) menjelaskan bahwa kedisiplinan adalah fungsi
operatif keenam dari manajemen sumber daya manusia. Kedisiplinan
merupakan fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang
terpenting karena semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi
kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi
perusahaan mencapai hasil optimal.
Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini
mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer
selalu berusaha agar para bawahannya memiliki disiplin yang baik.
Seorang manajer dikatakan efektif dalam kepemimpinannya jika para
bawahannya berdisiplin baik. Untuk memelihara dan meningkatkan
kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya.
Peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan
penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib yang baik di
perusahaan. Dengan tata tertib yang baik, semangat kerja, moral kerja,
efisiensi, dan efektivitas kerja karyawan akan meningkat. Hal ini akan
mendukung tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
Jelasnya perusahaan akan sulit mencapai tujuannya, jika karyawan tidak
mematuhi peraturan-peraturan perusahaan tersebut. Kedisiplinan suatu
perusahaan dikatakan baik, jika sebagian besar karyawan mentaati
peraturan-peraturan yang ada.
Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik
karyawan agar mentaati semua peraturan perusahaan. Pemberian hukuman
harus adil dan tegas terhadap setiap karyawan. Dengan keadilan dan
ketegasan, sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa
dibarengi pemberian hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan
menjadi alat pendidik bagi karyawan.

Jenis-Jenis Disiplin

 


Handoko (2013:208) menjelaskan bahwa terdapat dua tipe kegiatan
kedisiplinan yaitu:
1) Disiplin Prepentif
Disiplin Prepentif adalah kegiatan yang dihasilkan untuk
mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar atau
aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.
Sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para
karyawan.
2) Disiplin Korektif
Disiplin korektif adalah kegiatan yang dihasilkan untuk
pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dan mencoba untuk
menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Berupa hukuman
yang disebut dengan tindakan pendisiplinan. Biasanya peringatan atau
skorsing.

Pengertian Disiplin Kerja

 


Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab
seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Kedisiplinan
adalah kesadaran dan kesediaan seseorang untuk menaati semua peraturan
dan norma-norma yang berlaku. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam
suatu organisasi perusahaan, tanpa dukungan karyawan yang baik, sulit
perusahaan untuk mewujudkan tujuannya. Jadi kedisiplinan adalah kunci
keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya
Menurut Hasibuan (2017:190) kedisiplinan adalah fungsi operatif dari
Sumber Daya Manusia. Kedisiplinan merupakan fungsi manajemen
sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin
karyawan maka akan semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapai.
Tanpa disiplin karyawan yang baik, sulit bagi karyawan untuk mencapai
hasil yang optimal”.
Menurut Handoko (2013:208) disiplin adalah kegiatan manajemen
yang menjalankan standar-standar organisasional. Sedangkan menurut
Singodimedjo (2012:86) disiplin adalah sikap kesediaan dan kerelaan
seseorang untuk memahami dan mentaati norma-norma peraturan yang
berlaku di perusahaan.
Dalam kaitannya dengan pekerjaan, Nitisemito (2014:201)
menyatakan bahwa disiplin kerja merupakan suatu sikap, tingkah laku dan
perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari organisasi baik tertulis
maupun tidak tertulis. Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2012:287)
disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan
taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak,
menerima sanksi-sanksi apabila karyawan melanggar tugas dan wewenang
yang diberikan kepadanya.

Indikator Efektivitas Kerja

 


Menurut Admosoeprapto (2016:55) menyebutkan tolok ukur yang
dapat dijadikan sebagai indikator efektivitas kerja adalah sebagai berikut:
1) Pencapaian Tujuan
Kemampuan perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi
berupa peningkatan profit, kualitas dan kuantitas pelayanan. Setiap
individu harus dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target
yang diberikan sehingga tercapai efektivitas kerja yang optimal.
2) Kualitas Kerja
Kualitas kerja berhubungan dengan kualitas hasil pekerjaan yang
diberikan karyawan terhadap perusahaan/atas. Dimana kualitas kerja
juga merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa hasil
kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan
tidak mengabaikan volume pekerjaan dalam mengerjakan pekerjaan.
3) Kuantitas Kerja
Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan pada
saat kondisi normal. Hal ini didapat dari banyaknya beban kerja dan
keadaan yang didapat atau dialaminya selama bekerja.
4) Tepat Waktu
Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu serta mencapai sasaran
yang telah dicapai. Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang
timbul. Setiap karyawan harus dapat menggunakan waktu seefisien
mungkin dengan cara datang tepat waktu dan berusaha menyelesaikan
tugas sebaiknya yang telah ditetapkan melalui kebijakan perusahaan.
5) Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah faktor yang berhubungan langsung dengan
Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai karyawan dalam pencapaian
tujuan organisasi. Kepuasan kerja adalah tingkat kesenangan yang
dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaan di organisasi. Tingkat
rasa puas individu, bahwa mereka dapat imbalan yang setimpal, dari
bermacam aspek situasi pekerjaan dan organisasi mereka berada

Prinsip Bekerja Efektif

 


Sukoco (2016:157) menyebutkan, terdapat lima prinsip untuk dapat
bekerja secara efektif, yaitu:
1) Perencanaan Kerja
Setiap manajer administrasi harus merencanakan pekerjaannya.
Bagaimana, kapan, dan dimana pekerjaan itu harus dilakukan juga
dijelaskan dalam perencanaan tersebut.
2) Penjadwalan Kerja
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, manajer dapat
mengoordinasikan usaha yang dilakukan pekerja, mesin, dan
informasi dalam sebuah jadwal kerja.
3) Pelaksanaan Kerja
Sistem operasi, prosedur, penyimpanan arsip, dan metode yang
tepat untuk melaksanakan pekerjaan harus dikembangkan. Untuk itu,
pekerjaan harus dilakukan secara tepat dan akurat .
4) Pengukuran Kerja
Dengan mengembangkan alat ukur yang efektif, baik berdasarkan
kuantitatif maupun kualitatif manajemen administrasi akan dapat
memberikan pengukuran kinerja yang jelas bagi organisasi maupun
karyawan.
5) Menggaji Pekerja
Hal yang terpenting adalah bagaimana manajer menyeleksi,
melatih, memotivasi, mengompensasi, mempromosikan pekerja agar
motivasi mereka tetap tinggi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja

 


Faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut Steers (2015:20)
ada empat faktor yaitu:
1) Karakteristik Organisasi
Karakteristik organisasi terdiri dari struktur organisasi dan
teknologi dalam organisasi. Struktur organisasi maksudnya adalah
hubungan relatif tetap sifatnya seperti dijumpai dalam organisasi
sehubungan dengan sumber daya manusia. Struktur meliputi
bagaimana cara organisasi menyusun orang-orang atau
mengelompokkan orang-orang di dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sedangkan teknologi yang dimaksud adalah mekanisme suatu
perusahaan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.
2) Karakteristik Lingkungan
Karakteristik organisasi berpengaruh terhadap efektivitas di
samping lingkungan luar dan dalam telah dinyatakan berpengaruh
terhadap efektivitas. Lingkungan luar yang dimaksud adalah luar
perusahaan misalnya hubungan dengan masyarakat sekitar, sedang
lingkungan dalam lingkup perusahaan misalnya karyawan atau
karyawan di perusahaan.
3) Karakteristik Pekerja
Pada kenyataannya para karyawan perusahaan merupakan faktor
pengaruh yang paling penting atas efektivitas karena perilaku
merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau
merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber
data yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber
daya yang ada dalam organisasi dan berpengaruh terhadap pencapaian
tujuan organisasi.
4) Kebijaksanaan dan Praktik Manajemen
Dengan makin rumitnya proses teknologi serta makin rumit dan
kejamnya lingkungan, maka peran manajemen dalam mengoordinasi
orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit.
Kebijaksanaan dan praktik manajemen dapat mempengaruhi atau
merintangi pencapaian tujuan, ini tergantung bagaimana
kebijaksanaan dan praktik manajemen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja dalam organisasi
menurut Tangkilisan (2013:129) adalah:
1) Ketepatan Waktu
Ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
merupakan faktor utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu
dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain menyusul dan hal ini
akan memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu
yang tidak sedikit.
2) Tugas
Bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas
yang didelegasikan kepada karyawan.
3) Produktivitas
Seorang karyawan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi
dalam bekerja tentunya akan dapat menghasilkan efektivitas kerja
yang baik demikian pula sebaliknya.
4) Motivasi
Manajer dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada
kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif. Semakin termotivasi
karyawan untuk bekerja secara positif semakin baik pula kinerja yang
dihasilkan.
5) Evaluasi Kerja
Manajer memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada
bawahan, sebaliknya bawahan harus melaksanakan tugas dengan baik
dan menyelesaikan untuk dievaluasi apakah terlaksana baik atau tidak.
6) Pengawasan
Dengan adanya pengawasan maka kinerja karyawan dapat terus
terpantau dan hal ini dapat memperkecil resiko kesalahan dalam
pelaksanaan tugas.
7) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja menyangkut tata ruang, cahaya alam dan
pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang karyawan
sewaktu bekerja.
8) Perlengkapan dan Fasilitas
Adalah suatu sarana dan peralatan yang disediakan oleh pimpinan
dalam bekerja. Fasilitas yang kurang lengkap akan mempengaruhi
kelancaran karyawan dalam bekerja. Semakin baik sarana yang
disediakan oleh perusahaan akan mempengaruhi semakin baiknya
kerja seorang dalam mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurut Malthis
dan Jackson (2012:179), adalah sebagai berikut:
1) Kuantitas
Kuantitas adalah jumlah hasil pekerjaan seseorang dalam
menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
2) Kualitas
Kualitas adalah kualitas kerja menunjukkan sejauh mana mutu
seorang karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Efektivitas kerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
terkait. Hasibuan (2017:113) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi efektivitas kerja, yaitu:
1) Lingkungan Kerja
Suasana lingkungan dimana karyawan bekerja baik lingkungan
fisik seperti keadaan ruangan, fasilitas, dan juga lingkungan non
physical seperti hubungan dengan karyawan lain.
2) Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan perusahaan terhadap seluruh
karyawan untuk memastikan bahwa karyawan bekerja sesuai dengan
keinginan perusahaan.
3) Disiplin Kerja
Sikap karyawan dalam mematuhi segala peraturan dan norma
yang berlaku di perusahaan termasuk mematuhi segala perintah atasan
mengenai tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
karyawan di perusahaan, termasuk penyelesaian tugas sebelum
deadline tugas yang diberikan.
4) Motivasi Kerja
Dorongan kuat yang mampu mendorong karyawan untuk bekerja
lebih baik yang disebabkan adanya motif dan harapan.
5) Kompensasi
Besar kompensasi yang diberikan perusahaan untuk apa yang
dikerjakan oleh karyawan, baik kompensasi finansial seperti bonus,
gaji, jaminan kesehatan, dan lain-lain, serta kompensasi non financial
seperti promosi jabatan, pujian, penambahan waktu cuti, dan lain
sebagainya

Pengertian Efektivitas Kerja

 


Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang telah dicapai. Efektivitas dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang (view point) dan dapat dinilai dengan berbagai cara dan
mempunyai kaitan yang erat dengan efisiensi.
Menurut Steer (2015:203) efektivitas adalah mengerjakan sesuatu
dengan akurat, tepat waktu, obyektif dan menyeluruh sesuai dengan tujuan
organisasi. Setiap organisasi didirikan atau dibentuk untuk mengejar
efektivitas, karena eksistensi dan pertumbuhan yang bersangkutan dapat
mengemban misi dan melaksanakan tugasnya dengan tingkat ketangguhan
yang tinggi. Proses kerja sama sekelompok orang mencapai tujuan
diperlukan organisasi sebagai wadahnya, dan untuk menggerakkan kerja
sama tersebut diperlukan manajemen. Salah satu fungsi manajemen
tersebut adalah pengawasan.
Silalahi (2017:128) mengungkapkan bahwa efektivitas adalah yang
berhubungan dengan tujuan organisasi baik secara eksplisit maupun
implisit. Efektivitas menurut Emerson dalam Singodimedjo (2012:132)
menyatakan bahwa pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya
Efektivitas menurut Siagian (2016:24) adalah pemanfaatan sumber
daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa
kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari
segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan
semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.
Memperhatikan pendapat para ahli di atas, bahwa konsep efektivitas
merupakan suatu konsep yang bersifat multi-dimensional, artinya dalam
mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang
dimiliki walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan.
Kata efektif sering dicampuradukkan dengan kata efisien walaupun artinya
tidak sama, sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.
Suatu Organisasi yang berhasil diukur dengan melihat seberapa jauh
Organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Hal ini menyangkut tingkat efektivitas kerja pada organisasi
tersebut. Gibson (2016:28) mengemukakan bahwa efektivitas dalam
konteks perilaku organisasi merupakan hubungan optimal antara produksi,
kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, keunggulan, dan pengembangan.
Admosoeprapto (2016:54) mengungkapkan bahwa efektivitas kerja
adalah ukuran yang menggambarkan sejauh mana sasaran yang dapat
dicapai oleh karyawan berdasarkan target atau standar yang telah
ditetapkan perusahaan. Sedangkan Kusdi (2015:94) menjelaskan
efektivitas kerja adalah sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran
(jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah ditetapkan,
dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuan-tujuan itu mencerminkan
konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan
organisasi