Monday, July 8, 2024

Indikator Penilaian Kinerja

 


Menurut Dewi (2019) indikator kinerja adalah alat untuk mengukur sajauh
mana pencapain kinerja karyawan. Berikut beberapa indikator untuk mengukur
kinerja karyawan adalah:

  1. Kualitas Kerja
    Kualitas kerja karyawan dapat diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
    pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan
    dan kemampuan karyawan.
  2. Kuantitas
    Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah jumlah
    unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
  3. Ketepatan Waktu
    Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu
    yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
    memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
  4. Efektifitas
    Efektifitas disini merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi
    (tenaga, uang, teknologi dan bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud
    menaikan hasil dari setiap unit dalam penggunakan sumber daya.
  5. Kemandirian.
    Kemandirian merupakan tingkat seseorang yang nantinya akan dapat
    menjalankan fungsi kerjanya tanpa menerima bantuan, bimbingan dari atau
    pengawas.

Tujuan Penilaian Kinerja

 


Menurut Ariesta Heksarini (2021) tujuan penilaian kinerja pada dasarnya
meliputi:

  1. Menemukan kinerja karyawan selama ini.
  2. Memberikan keuntungan yang tepat, misalnya memberikan gaji periodik, gaji
    pokok dan intensif.
  3. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan menjadi:
    a. Mutasi atau transmisi, rotasi kerja.
    b. Peningkatan promosi dan posisi.
    c. Pelatihan.
  4. Tingkatkan motivasi dan etos pekerjaan.
  5. Sebagai salah satu sumber SDM, karir, dan keputusan perencanaan yang
    sukses.
  6. Sebagai alat untuk mendukung dan mendorong karyawan dalam mengambil
    inisiatif untuk mempertahankan tingkat kinerja dan meningkatkan kinerja.
    Sedangkan Ariesta Heksarini (2021) menjelaskan ada beberapa hal lain yang
    menjadi tujuan evaluasi kinerja adalah sebagai berikut:
  7. Sebagai dasar pengambilan keputusan.
  8. Sebagai dasar untuk prediksi kinerja dan korelasinya dengan hasil tes,
    termasuk hasil evaluasi kinerja.
  9. Memberikan umpan balik kepada karyawan untuk memungkinkan evaluasi
    kinerja dapat dijadikan sebagai sarana untuk pengembangan diri dan
    pengembangan karir bagi karyawan.
  10. Jika perusahaan dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan lapangan
    kerja, maka evaluasi kinerja dapat membantu dalam menentukan tujuan
    program pelatihan.
  11. Jika perusahaan dapat secara akurat menilai kinerja karyawan, maka evaluasi
    kinerja dapat membantu mendiagnosis masalah di organisasi atau perusahaan

Penilaian Kinerja

 


Menurut Yelvita (2022) penilaian kinerja merupakan proses pengamatan
(observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan oleh seorang
karyawan, hasil pengamatan tersebut dilakukan sebagai bentuk penilaian yang
berguna untuk menetapkan sebuah kesimpulan mengenai keberhasilan atau
kegagalan seseorang dalam bekerja. Sedangkan pengertian lainnya oleh Hartini et
al., (2021) mengenai penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi seberapa baik
karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat
standar yang ditentukan.
Dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah evaluasi yang
dilakuakan guna mengetahui keberhasilan atau kegagalan dalam bekerja. Menurut
Yelvita (2022) ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang penilaian yaitu:

  1. Mengukur kemampuan karyawan apakah sesuai kemampuan dengan target
    yang telah ditetapkan
  2. Memperhatikan faktor lingkungan, karena sekalipun karyawan mampu,
    tetapi lingkungan dalam dan luar tidak mendukung, maka kecil kemungkinan
    kinerja akan meningkat.
  3. Dalam melakukan penilaian kinerja harus benar-benar dilakukan secara
    objektif dan adil, sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
    diharapkan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

 


Menurut pendapat William Stern dalam Rahayu et al., (2022) Faktor-Faktor
yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan
faktor motivasi (motivation).

  1. Faktor Kemampuan (Ability).
    Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensial (IQ) dan
    kemampuan aktual (pengetahuan + keterampilan). Artinya, pemimpin dan
    karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120), terutama tinggi, IQ
    sangat tinggi, berbakat dan jenius, dilatih secara penuh untuk menduduki
    jabatan dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan sehari-hari akan
    memudahkan mencapai kinerja maksimal.
  2. Faktor Motivasi (Motivation).
    Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan pegawai terhadap
    situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap
    positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi
    dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerjanya
    akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud
    mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan
    pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.

Pengertian Kinerja

Suatu Perusahaan pastinya menginginkan karyawan yang berkualitas. Hal
tersebut dapat dicapai jika perusahaan memperhatikan beberapa hal yang
berkaitan dengan kinerja karyawannya. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai
wewenang dan tanggung jawabnya untuk mencapai tujuan organisasi yang
bersangkutan dengan cara yang sah,tidak melanggar hukum dan bermoral atau
etika (Pranata, 2020).
Sedangkan menurut Arisanti et al., (2019) Kinerja karyawan juga dapat
diartikan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh karyawan
untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya (Mangkunegara, 2017). Almaududi et al., (2021) mengartikan bahwa
kinerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu
menurut standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya .
Pendapat lainnya mengenai pengertian kinerja yakni oleh Kurnia & Sitorus
(2022)Kinerja pegawai merupakan keseluruhan kemampuanseseorang dalam
bekerja secara optimal untuk mencapai tujuan kerja danberbagai tujuan tercipta
dengan pengorbanan yang lebih kecildibandingkan dengan hasil yang dicapai.
Begitu juga menurut Setyorini et al., (2021) mengemukakan bahwa “ kinerja
merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau
kegiatan yang dilakukan selama priode waktu tertentu. Sedangkan kinerja suatu
jabatan secara keseluruhan sama dengan jumlah (ratarata) dari kinerja fungsi
pegawai atau kegiatan yang dilakukan.

Pengaruh Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

 


Kesehatan kerja merupakan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan
praktis yang berusaha mempelajari berbagai faktor yang dapat menyebabkan manusia
menderita berbagai penyakit dan juga melakukan berbagai cara pengembangan untuk
mencegah penyakit yang dapat menyerang manusia, dan menghantarkannya ke arah yang
lebih sehat. Kondisi kesehatan harus menjadi perhatian karena pekerja adalah penggerak
atau aset konstruksi. Jadi, kondisi fisik harus maksimal dan sehat agar tidak menggangu
proses kerja (Sinambela, 2017). Firmanzah, dkk (2017) kesehatan kerja berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan. Kesehatan kerja secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap kinerja karyawan dengan arah positif (Marom dan Sunuharyo, 2018).
Variabel kesehatan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan
(Kartikasari dan Swasto, 2017)

Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

 Keselamatan kerja merupakan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan

praktis akan mempelajari berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan
dan berupaya mengembangkan berbagai cara untuk meminimalisasi terjadinya kecelakaan
kerja. Keselamatan kerja adalah suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi
tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja (Sinambela, 2017). Ilfani (2013)
dan Permanasari (2014) menyatakan bahwa terdapat pengaruh keselamatan kerja terhadap
kinerja karyawan. Variabel independen keselamatan kerja secara simultan atau parsial
berpengaruh signifikan yang baik terhadap kinerja karyawan (Kartikasari dan Swasto,
2017).