Thursday, July 11, 2024

Hubungan antara Atmosfer Toko dengan Impulse buying

 


Atmosfer toko yang merupakan karakteristik pada lingkungan yang dikatakan suasana
toko. Dengan adanya suasanan toko yang nyaman saat konsumen berada dan masuk untuk
berbelanja, sebagai perusahaan harus menciptakan citra benak pada konsumen, seperti tata
letak yang rapi, pengharum ruangan, pendingin ruangan, musik, serta media informasi untuk
memudahkan konsumen dalam mencari barang hal ini dapat meningkatkan minat beli
konsumen secara kebetulan

Hubungan antara promosi dengan impulse buying.

 


Dengan adanya promosi sebagai strategi yang dilakukan oleh perusahaan, seperti
potongan harga, discont, serta promo-promo lainnya hal itu akan menimbulakan minat beli
konsumen saat melihat adanya berbagai promosi yang disediakan perusahaan

Hubungan antara Merchaindising dengan impulse buying.

 


Merchaindising salah satu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan ritel yang
tujuannya untuk memudahkan pelanggan dalam memilih dan mencari barang dan produk
yang mereka butuhkan, hal ini dapat menimbulkan minat beli dengan secara spontan atau bisa
dikatakan pembelian secara kebetulan. Pentingnya merchaindising pada setiap perusahaan
ritel. Perusahaan ritel juga harus meneliti dan mengetahhui setiap barang dan produk yang
selalu dibutuhkan pelanggan baik itu makan maupun pangan

Impulsif Buying

 


Diberbagai pusat pembelanjaan seseorang sering melakukan
pembelian secara impulsif buying. Pada saat berbelanja konsumen sering
melakukan pembelian secara spontan dan melebihi rencana pembelian
sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelian secara tidak terencana
atau spontan yang dilakukan oleh konsumen disebut dengan Impulse Buying.
Impulsif buying didefinisikan sebagai tindakan membeli yang sebelumnya
tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau niat
membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko (Ahmad, et al, 2019).
Menurut Utami (2017) pembelian impulsif didefiniskan sebagai
pembelian yang dilakukan secara langsung yang dilakukan dengan penuh
desakan hati tanpa banyak berfikir dan memperhatikan akibatnya. Sedangkan
menurut Prastia (2013) mendefinisikan impulse buying sebagai suatu
pembelian yang tidak terencana dan dilakukan secara spontan.
((Prastia 2013); (Yunita et al., 2021)) pembelian impulsif terjadi
karena dipengaruhi faktor tertentu yaitu shopping lifestyle, emotional
shopping, discount, keterlibatan fashion, dan perilaku hedonik. Proses
pembelian yang dilakukan oleh konsumen yaitu konsumen langsung
mengambil keputusan untuk membeli tanpa terlebih dahulu melakukan
pencarian informasi serta mengevluasi pengaruhnya (Mihailovic &
Tanaskovic, 2017).

Keputusan Pembelian Impulse buying

 


Impulse buying pada produk convenience good yaitu barang yang dibutuhkan
konsumen dan dibeli tanpa menyediakan banyak waktu. Barang ini sering tidak memerlukan
layanan,tidak mahal dan biasaya dibeli karena kebiasaan.Pembelian impulsif merupakan
suatu pembelian yang terjadi akibat adanya keinginan yang kukuh untuk membeli sesuatu
secepatnya yang biasanya dilakukan dengan tidak memikirkan konsekuensi (Utami
2010,dalam Hani zulfa)
Pembelian impulsif terjadi ketika konsumen mengalami pengalaman tiba-tiba,
memiliki dorongan yang kuat dan keras hati untuk membeli sesuatu dengan segera.Jadi dapat
disimpulkan bahwa pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan, dimana
karakteristiknya adalah pengambilan keputusannya dilakukan dalam waktu yang relatif cepat
dan adanya keinginan untuk memiliki secara cepat tanpa memikirkan konsekuensi yang
diterimanya.
Perilaku pembelian merupakan salah satu upaya pemenuhan kebutuhan. Dalam
pemenuhannya tersebut konsumen kadang melakukan pembelian impulsif. Pelanggan yang
sering melakukan pembelian secara impulsif sering kali mempunyai perhatian yang sangat
rendah terhadap potensi terjadinya dampak negatif sebagai hasil tindakan yang mereka
lakukan. Klasifikasi dapat diketahui motif orang melakukan pembelian impulsif. Kadang
orang melakukan pembelian produk karena membutuhkan produk tersebut untuk beberapa
hari ke depan guna menghemat waktu, biaya dan tenaga maka dia melakukan pembelian
impulsif produk tersebut pada saat belanja. Hal tersebut mengindentifikasikan bahwasannya
tidak semua pembelian impulsif merupakan perilaku yang berdampak negatif. Perilaku
pembelian secara impulsif sendiri memiliki tingkatan yang berbeda pada setiap konsumen.
Tingkat impulsifitas konsumen dapat dipengaruhi oleh tingkat kemapanan, gaya hidup,
keluarga dan faktor demografis konsumen yang variatif, seperti faktor usia, jender, latar
belakang pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, dan komposisi keluarga

Tipe dan Karateristik Pembelian Impulse Buying

 


Menurut utami (2010:68) Pembelian impulsif dibagi 4 tipe yakni diantaranya:
1.Pure Impulse Buying, merupakan pembelian secara impulsif yang dilakukan karena adanya
luapan emosi dari konsumen sehingga melakukan pembelian terhadap produk di luar
kebiasaan pembeliannya.

  1. Reminder Impulse Buying, merupakan pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-
    tiba teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dengan demikian konsumen
    telah pernah melakukan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat produk tersebut
    dalam iklan.
  2. Suggestion Impulse Buying, merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen
    melihat produk, melihat tata cara pemakain atau kegunaannya, dan memutuskan untuk
    melakukan pembelian. Suggestion impulse buying dilakukan oleh konsumen meskipun
    konsumen tidak benar-benar membutuhkannya dan pemakainnya masih akan digunakan
    pada masa yang akan datang.
  3. Planned Impulse Buying, merupakan pembelian yang terjadi ketika konsumen membeli
    produk berdasarkan harga special dan produk-produk tertentu yang tidak tengah
    diperlukan dengan segera.
    Menurut Engel et al (2003),Impulse buying mempunyai karaktersitik yaitu sebagai
    berikut:
  4. Spontanitas: pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli
    sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung ditempat
    penjualan.
  5. Kekuatan, kompulsi, dan intensitas: mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan
    semua yang lain dan bertindak seketika.
  6. Kegairahan dan stimulasi: desakan mendadak untuk membeli sering disertai emosi yang
    dicirikan sebagai “ menggairahkan “, “menggetarkan”, dan “liat”
  7. Ketidakpedulian akan akibat: desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak
    sehingga akibat yang mungkin negatif diabaikan.

Faktor- Faktor yang mempengaruhi Pembelian Impulse buying

 


Faktor-faktor yang mempengaruhi impulse buying ada yaitu:

  1. Produk
    Dengan karakteristik harga murah, kebutuhan kecil atau marginal, produk jangka pendek,
    ukuran kecil, dan toko yang mudah dijangkau.
  2. Pemasaran atau marketing
    Yang meliputi distribusi dalam jumlah banyak outlet yang self service, iklan melalui media
    massa yang sangat sugestibel dan terus menerus, iklan dititik penjualan, posisi display dan
    lokasi yang menonjol.
  3. Karakteristik konsumen
    Seperti kepribadian, jenis konsumen, sosial demografi atau karakteristik sosial. Berdasarkan
    hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa impulse buying dipengaruhi oleh berbagai faktor
    internal dan eksternal dapat dijelaskan dibawah ini.
    a.faktor internal
    Faktor internal seperti emosi positif yang akan memotivasi konsumen dalam melakukan
    pembelian, sedangkan emosi negatif justru akan menghambat proses pembelian. Emosi pada
    umumnya di picu oleh peristiwa lingkungan.
    Menurut Solomon suasana hati atau emosi seseorang atau kondisi psikologis pada saat
    pembelian dapat memiliki dampak besar pada apa yang dia beli atau bagaimana ia menilai
    pembeliannya. Ketika seorang konsumen merasakan suasana yang baik ketika berbelanja
    maka konsumen tersebut akan merasa nyaman dan timbullah emosi positif dalam
    dirinya.(dalam Sukma, 2012)
    Menurut Utami (2010) manusia mengeskpresikan emosi dalam tiga dimensi. Pertama,
    menyenangkan – tidak menyenangkan (pleasure –displeasure).
    Kedua, menggairahkan – tidak menggairahkan (arousal – nonarousal).
    Ketiga, dominan – patuh (dominance – submissivennes)
    b.faktor eksternal
    Faktor ekternal yang berupa stimulus yang diciptakan di dalam lingkungan toko, seperti
    barang-barang, promosi insentif, harga, fasilitas fisik berupa: pencahayaan, musik, dan
    aroma