Sunday, June 23, 2024

Definisi Komunikasi Pemasaran

 


Menurut Kotler, dkk (2019 : 550) yang dimaksud dengan komunikasi
pemasaran adalah sarana yang digunakan oleh perusahaan dalam membujuk dan
membangkitkan gairah konsumen, tujuan dari membujuk konsumen agar
melakukan pembelian dan mendapatkan pengalaman dalam penawaran pasar
yang dipromosikan oleh perusahaan. Baik perusahaan dan pelanggan
mengevaluasi hubungan perdagangan keduanya dan, jika semuanya baik -baik
saja, pelanggan akan merekomendasikan dan melakukan tindakan untuk
menyebarkan informasi mengenai kepercayaan terhadap produk kepada orang
lain untuk perusahaan. Dalam arti tertentu, komunikasi pemasaran mewakili
suara perusahaan dan merek-mereknya. Sebuah perusahaan akan melakukan
komunikasi pemasaran untuk mengenalkan atau menginformasikan produk-
produk yang diperjualkan kepada publik. Setelah publik mengenal atau
mendapatkan kesadaran merek terkait dengan produk tersebut, maka perusahaan
akan melakukan komunikasi pemasaran kembali dengan membujuk atau
mempersuasi publik untuk mengonsumsi produk tersebut. Ketika produk tersebut
sudah terkenal, maka akan banyak kompetitor yang akan menyaingi produk
tersebut, untuk mempertahankan loyalitas konsumen terhadap produk, maka
perusahaan akan melakukan komunikasi pemasaran agar kesadaran merek dari
produk tersebut tidak menurun. Dengan kata lain, perusahaan akan selalu
membutuhkan komunikasi pemasaran untuk menjaga kestabilan produk dan
untuk menaikkan tingkat penjualan. Komunikasi pemasaran dapat dipandang
sebagai sebuah konsep yang bertujuan untuk memberikan nilai tambah pada
sebuah perencanaan dalam jangka waktu panjang dan secara luas yang mampu
mengevaluasi peran strategis dari berbagai alat komunikasi, dengan maksud
memberikan kejelasan konsistensi dan dampak komunikasi yang guna
meningkatkan penjualan dan menjaga stabilitas prpduk di pasaran. Sebagai
contoh: periklanan, pemasaran langsung, penjualan langsung, hubungan
masyarakat dan sebagainya atau dapat menggabungkan alat promosi tersebut
untuk memberikan penjelasan tentang konsistensi dan memaksimalkan dampak
dari komunikasi. Komunikasi pemasaran memiliki peran penting sebagai alat
komunikasi yang optimal untuk digunakan dalam melaksanakan jual beli produk.
Komunikasi pemasaran merupakan usaha dalam menyampaikan sebuah pesan
kepada publik terutama target konsumen yang ingin disasarkan mengenai
keberadaan produk di pasar. Untuk dapat mencapai target sasaran dari
komunikasi pemasaran harus memilih salah satu atau gabungan dari media yang
tepat untuk digunakan, menentukan tujuan yang akan dicapai, pengemasan
pesan yang akan disampaikan, serta teknik yang akan digunakan. Dalam
komunikasi pemasaran terutama kegiatan kegiatan konsumen, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi seorang konsumen yang membentuk pribadinya
secara internal maupun eksternal. Komunikasi pemasaran juga dapat dinyatakan
sebagai alat bantu konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan,
membagikan informasi, dan menjadi patokan untuk meningkatkan kesadaran
konsumen dan penjual terhadap produk. Oleh karena itu, komunikasi pemasaran
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan relasi hubungan antara
konsumen dengan penjual dan membuat kedua belah pihak mendapatkan
keuntungan. Dalam meraih keuntungan bagi penjual, maka diperlukan
komunikasi pemasaran yang efektif agar dapat menciptakan kepuasan bagi
konsumen, sehingga dapat meningkatkan loyalitas dari konsumen.
Menurut Tasnim, dkk (2021 : 2) ada beberapa hal yang harus dipastikan
dalam isi komunikasi pemasaran, yaitu berkaitan dengan:

  1. Keistimewaan dari produk yang ditawarkan dibanding dengan produk
    yang lain.
  2. Kemudahan untuk mendapatkan produk. Hal ini berkaitan dengan
    informasi tentang tempat dan waktu penyediaan.
  3. Kesempatan konsumen untuk bernegosiasi, khususnya dari aspek harga.

Indikator Minat Beli

 


Menurut Ferdinand (2002), minat beli dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis dan tingkatan, yaitu:
a. Minat Transaksional
Kecenderugan seseorang untuk membeli produk. Hal ini bermaksud
yakni konsumen telah memiliki minat untuk melakukan pembelian
suatu produk tertentu yang diinginkan.
b. Minat Referensial
Kecenderungan konsumen untuk mereferensikan produk kepada orang
lain. Hal ini bermaksud yakni seorang konsumen yang telah memiliki
minat untuk membeli akan menyarankan kepada orang lain untuk
melakukan pembelian yang sama.
c. Minat Preferensial
Minat yang menggambarkan perilaku konsumen yang memiliki
preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat
diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
d. Minat Eksploratif
Menggambarkan perilaku konsumen yang selalu mencari informasi
mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk
mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli

 


Menurut Assael (2002), terdapat dua factor yang dapat mempengaruhi
minat beli konsumen, yaitu:
a. Lingkungan
Lingkungan disekitar dapat mempengaruhi minat beli konsumen
dalam pemilihan suatu produk tertentu.
b. Stimulus Pemasaran
Pemasaran berupaya menstimulus konsumen sehingga dapat menarik
minat beli konsumen.
Kemudian menurut Abdurachman (2004), terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi minat beli konsumen, diantaranya:
a. Faktor Kualitas
Atribut produk yang dipertimbangkan dari segi manfaat fisiknya.
b. Faktor Merek
Atribut yang memberikan manfaat non material, yaitu kepuasan
emosional.
c. Faktor Kemasan
Atribut produk berupa pembungkus atau penutup daripada produk
utamanya.
d. Faktor Harga
Pengorbanan riil dan materiel yang diberikan oleh konsumen untuk
memperoleh atau memiliki produk.
e. Faktor Ketersediaan Barang
Sejauh mana sikap konsumen terhadap ketersediaan produk yang ada.
f. Faktor Acuan
Pengaruh dari luar yang ikut memberikan rangsangan bagi konsumen
dalam memilih produk, sehingga dapat pula dipakai sebagai media
promosi.

Tahapan Minat Beli

 


Terdapat empat tahapan produsen dalam menentukan minat beli atau
menentukan dorongan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap
produk atau jasa yang ditawarkan. Menurut Kotler (2008) empat tahapan
tersebut dikenal dengan model AIDA, yaitu: Attention, Interest, Desire,
Action.
a. Attention, tahap ini merupakan tahap awal dalam menilai suatu produk
atau jasa sesuai dengan kebutuhan calon konsumen, selain itu calon
konsumen juga mempelajari produk atau jasa yang ditawarkan.
b. Interest, dalam tahap ini calon konsumen mulai tertarik untuk
melakukan pembelian terhadap produk atau jasa yang ditawarkan,
setelah mendapatkan informasi yang lebih terperinci mengenai produk
atau jasa yang ditawarkan.
c. Desire, pada tahap ini calon konsumen mulai memikirkan serta
berdiskusi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan, karena hasrat
dan keinginan untuk membeli mulai timbul. Dalam tahap ini calon
konsumen sudah mulai berminat terhadap produk atau jasa yang
ditawarkan. Tahap ini ditandai dengan munculnya minat yang kuat dari
calon konsumen untuk melakukan pembelian dan mencoba produk
atau jasa yang ditawarkan.
d. Action, pada tahap ini calon konsumen telah mempunyai kemantapan
yang tinggi untuk melakukan pembelian atau menggunakan produk
atau jasa yang ditawarkan

Aspek - Aspek Minat Beli

 


Minat beli merupakan tahap akhir dari suatu proses keputusan pembelian
yang kompleks. Proses ini dimulai dari munculnya kebutuhan akan suatu
produk atau merek, kemudian pemrosesan informasi oleh konsumen,
selanjutnya konsumen akan melakukan evaluasi terhadap produk atau
merek tersebut. Hasil dari evaluasi tersebut kemudian memunculkan niat
atau keputusan untuk melakukan pembelian. Menurut Schiffman dan
Kanuk (2007), terdapat beberapa aspek minat beli pada konsumen,
diantaranya:
a. Tertarik untuk mencari informasi tentang produk.
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi mengenai produk tersebut. Level pencarian yang
lebih ringan atau penguatan perhatian dan level aktif mencari informasi
yaitu dengan mencari bahan bacaan, bertanya kepada teman, atau
mengunjungi toko untuk mempelajari produk tertentu.
b. Mempertimbangkan untuk membeli.
Melalui pengumpulan informasi, kemudian konsumen mempelajari
merek-merek yang bersaing serta fitur dari merek tersebut. Melakukan
evaluasi terhadap pilihan-pilihan dan mulai mempertimbangkan untuk
melakukan pembelian produk.
c. Tertarik untuk mencoba.
Setelah konsumen berusaha memenuhi kebutuhan, mempelajari merek
yang menjadi pesaing dari produk tersebut serta fitur merek tersebut,
kemudian konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk dan
melakukan evaluasi terhadap produk-produk tersebut. Evaluasi ini
dianggap sebagai proses yang berorientasi kognitif, maksudnya adalah
konsumen dianggap menilai suatu produk secara sangat sadar dan
rasional hingga mengakibatkan ketertarikan untuk mencoba.
d. Ingin mengetahui produk.
Setelah memiliki ketertarikan untuk mencoba suatu produk, konsumen
akan memiliki keinginan untuk mengetahui produk. Konsumen akan
memandang produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan
yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan untuk
memuaskan kebutuhan.

Definisi Minat Beli Penumpang

 Minat beli konsumen pada dasarnya merupakan faktor pendorong dalam

pengambilan keputusan pembelian terhadap suatu produk. Beberapa ahli
menjelaskan mengenai pengertian dari minat beli, diantaranya:
a. Menurut Abdullah (2003), minat beli merupakan bagian dari
komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi,
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan
membeli benar-benar dilaksanakan.
b. Menurut Kotler (2008), minat beli merupakan sesuatu yang timbul
setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari
sana timbul ketertarikan untuk mencoba produk tersebut sampai
pada akhirnya timbul keinginan untuk membeli agar dapat
memilikinya.
c. Menurut Sciffman dan Kanuk (2007), minat beli adalah suatu
model sikap seseorang terhadap objek barang yang sangat cocok
dalam mengukur sikap terhadap golongan produk, jasa, atau merek
tertentu.
d. Menurut Durianto (2013), minat beli adalah keinginan untuk
memiliki produk, minat beli akan timbul apabila seseorang
konsumen sudah terpengaruh terhadap mutu dan kualitas dari suatu
produk, informasi seputar produk.

Indikator Citra Merek (Brand Image)

 Menurut Freddy Rangkuti (2009), citra merek (brand image) memiliki

beberapa indikator-indikator yang mencirikannya, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Recognition (Pengenalan)
Tingkat dikenalnya sebuah merek oleh konsumen, jika sebuah merek
tidak dikenal maka produk atau jasa dengan merek tersebut harus
dijual dengan mengandalkan harga termurah seperti pengenalan logo,
tagline, desain produk atau jasa maupun hal lainnya sebagai identitas
dari merek tersebut.
b. Reputation (Reputasi)
Merupakan suatu tingkat reputasi atau status yang cukup tinggi bagi
sebuah merek karena memiliki track record yang baik, sebuah merek
yang disukai konsumen akan lebih mudah dijual dan sebuah produk
atau jasa yang dipersepsikan memiliki kualitas yang tinggi akan
mempunyai reputasi yang baik. Seperti persepsi dari konsumen dan
kualitas produ atau jasa yang ditawarkan.
c. Affinity (Daya Tarik)
Merupakan Emotional Relationship yang timbul antara sebuah merek
dengan konsumennya. Hal tersebut dapat dilihat dari harga, kepuasan
konsumen dan tingkat aosiasi.
d. Loyality (Kesetiaan)
Menyangkut seberapa kesetiaan konsumen dari suatu produk atau jasa
yang menggunakan merek yang bersangkutan. Apabila sebuah merek
telah dikenal oleh masyarakat, serta memiliki track record yang baik di
mata konsumen maka akan menimbulkan daya tarik bagi konsumen
dan konsumen tersebut akan menjadi konsumen yang setia terhadap
merek tersebut