Pusdiklatda Wirajaya (2011: 33)
menyatakan bahwa nama Penggalang diambil dari kiasan dasar yang bersumber pada
perjuangan para pemuda Indonesia dalam “menggalang” persatuan dan kesatuan
bangsa. Hal tersebut terjadi pada tahun 1928. Golongan Pramuka Penggalang
memiliki tiga tingkatan yang terdiri atas:
a. Penggalang Ramu.
b. Penggalang Rakit.
c. Penggalang Terap.
Pramuka Penggalang adalah peserta didik
dalam Gerakan Pramuka yang berusia antara 11-15 tahun. Dalam siklus kehidupan
manusia, anak usia11-15 tahun termasuk dalam kelompok kanak-kanak akhir yang
sedang memasuki umur remaja serta sedang menuju masa dewasa. Di sekolah dasar, umur
Pramuka Penggalang sendiri masuk pada siswa yang sedang duduk dikelas 5 dan 6
yaitu umur 11 dan 12 tahun. Pada umur ini, siswa memiliki beberapa
karakteristik. Suharto dan Syahdewa, (2008) menjelaskan karakteristik tersebut
yaitu:
a.
Sangat bangga bila mendapat pujian.
b.
Gemar berpetualang.
c.
Suka berkelompok dengan teman sebaya.
d.
Bangga apabila diberi tanggung jawab.
e.
Bangga diperlakukan atau disamakan
dengan orang dewasa.
f.
Suka usil atau mengganggu orang lain.
g.
Cepat bosan.
h.
Selalu ingin bergerak.
i.
Ingin menjadi yang terbaik.
j.
Menyukai hal-hal baru.
Pusdiklatda
Wirajaya (2011) menjelaskan di dalam Gerakan Pramuka kehidupan anak pada umur
Penggalang dimasukkan dalam kelompok kecil yang disebut Regu yang berarti gardu
atau pangkalan untuk meronda. Setiap Regu beranggotakan 6-8 anak. Setiap Regu
memiliki pemimpin Regu dan wakil pemimpin Regu yang dipilih dari salah seorang
anggota Regunya berdasarkan musyawarah Regu. Setiap Regu memiliki nama Regu dan
bendera Regu. Nama Regu merupakan simbol kebanggaan Regu yang diambil dari cerminan
sifat-sifat baik yang menonjol. Penggalang putra menggunakan lambang binatang
sebagai nama Regu, sedangkan penggalang putri menggunakan simbol bunga,
kemudian dilukiskan dalam bendera Regu. Bendera Regu merupakan kebanggaan Regu
yang senantiasa dibawa dalam setiap kegiatan Penggalang. Dua sampai empat Regu
dihimpun dalam satu Pasukan Penggalang. Setiap Pasukan Penggalang dipimpin oleh
Pratama dan Wakil Pratama. Baik Regu maupun Pasukan memiliki pembina. Sesuai
metode satuan terpisah, maka pembina Regu putra maupun pembina Pasukan putra
adalah seorang pria dan pembina Regu putri maupun pembina Pasukan putri adalah
seorang wanita. Hubungan antara anggota Regu maupun Pasukan dengan pembinanya
seperti hubungan kakak adik, sedangkan hubungan pembina Regu dan pembina
Pasukan seperti hubungan pada anggota dewasa yakni hubungan persaudaraan atau
kekerabatan.
Pendidikan Kepramukaan untuk Penggalang
dalam pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan
Metode Kepramukaan. Salah satu metode Kepramukaan yang digunakan adalah
kegiatan yang menarik dan menantang serta mengandung pendidikan yang sesuai
dengan perkembangan rohani dan jasmani Pramuka Penggalang. Maka pendidikan
Kepramukaan untuk Penggalang harus mampu meningkatkan lima area pengembangan
pribadinya yaitu area perkembangan spiritual, emosional, sosial, intelektual
dan fisik yang dikemas dalam kegiatan yang menarik, menantang dan menyenangkan
serta bervariasi. Lebih lanjut Suharto dan Syahdewa, (2008: 803) menjabarkan
tentang area pengembangan pribadi Pramuka Penggalang sebagai berikut:
a. Area
perkembangan spiritual. Pengembangan spiritual adalah pengembangan yang
berkaitan dengan pengetahuan yang mendalam dan memahami kekayaan spiritual
(keagamaan dan kepercayaan) yang dimiliki masyarakat. Agama merupakan pegangan
hidup dan bagian kehidupan, sedangkan spiritual memberikan motivasi dalam
kehidupan dan merupakan alat pengembangan yang diamalkan agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa serta bertanggung jawab. Pada umur Pramuka Penggalang
merupakan saat terjadinya perubahan pola berfikir yang ekstrim saat anak-anak
menjadi remaja. Mereka menjadi tidak mudah menurut dan lebih mudah percaya
dengan teman sebaya. Dengan pola pembinaan Pramuka Penggalang, penemuan
keimanan dan ketakwaan diperoleh secara bersama-sama dengan dukungan orang
dewasa. Tujuan pengembangan spiritual Pramuka Penggalang adalah membantu
menanamkan, memperdalam dan memperkuat keimanan, ketakwaan, dan mensyukuri
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan sasaran pengembangan spiritual Pramuka
Penggalang yaitu sebagai berikut. Pramuka Penggalang mampu:
1) Menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
2) Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3) Mematuhi perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
4) Menghormati agama lain.
5) Menyayangi sesama makhluk dan alam
ciptaan Tuhan.
b. Area
perkembangan emosional. Pengembangan emosional adalah pengembangan yang
berkaitan dengan perasaan dan cara mengungkapkan emosi, keseimbangan, dan
kematangan emosi. Emosi dan perasaan merupakan bagian dari kehidupan yang
membantu pembentukan pribadi. Tujuan pengembangan emosional adalah membantu
Pramuka Penggalang untuk menumbuhkembangkan dan mengelola perasaan serta
pengungkapannya secara wajar sehingga dapat menghargai orang lain dan dapat
mengendalikan emosinya dengan seimbang. Sasaran pengembangan emosional adalah
agar Pramuka Penggalang mampu:
1) Mengelola emosi dan perasaannya untuk
kesetabilan dirinya.
2) Mengenal dan menerima berbagai
perasaan serta emosi.
3) Menghargai perasaan orang lain.
4) Mengendalikan emosi diri dan
lingkungannya.
c. Area perkembangan sosial.
Pengembangan sosial adalah pengembangan pribadi yang berkaitan dengan
kepercayaan dan saling ketergantungan dengan orang lain. Selain itu juga
membangun kemampuan untuk bekerja sama serta memimpin. Pramuka Penggalang
sebagai individu yang memerlukan individu lain atau teman ataupun lawan jenis
merupakan wadah belajar untuk mengungkapkan perasaan dan eksistensi diri kepada
orang lain dengan cara yang benar dan santun. Tujuan pengembangan sosial adalah
membantu Pramuka Penggalang dalam mengembangkan hubungan dengan teman,
komunikasi, kemandirian, kerja sama, kepemimpinan dan solidaritas. Sasaran
pengembangan sosial adalah agar Pramuka Penggalang mampu:
1) Menerima dan mematuhi peraturan yang
diciptakan masyarakat dengan rasa tanggung jawab.
2) Melaksanakan norma-norma yang berada
di masyarakat lingkungannya.
3) Berperan aktif membantu masyarakat
membina kehidupan yang rukun dan damai.
4) Bekerja sama dengan orang lain.
5) Memimpin dan dipimpin orang lain.
d. Area
perkembangan intelektual. Pengembangan intelektual adalah pengembangan yang
berkaitan dengan kemampuan berpikir, berinovasi, dan menggunakan informasi.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan intelektual yang diartikan sebagai
kecerdasan. Kecerdasan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai hal antara
lain dengan cara memecahkan masalah yang harus dihadapi. Tujuan pengembangan
intelektual Pramuka Penggalang adalah membantu menumbuhkan keingintahuan dan
meningkatkan kecerdasan dengan
menghimpun informasi dan ilmu pengetahuan. Sasaran pengembangan intelektual
adalah agar Pramuka Penggalang mampu:
1) Mengikuti
perkembangan iptek dan perkembangan Kepramukaan.
2) Menggunakan
IT dan menjelaskan manfaatnya.
3) Mengaplikasikan
iptek dan keterampilan Kepramukaan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Area
perkembangan fisik. Pengembangan fisik adalah pengembangan yang berkaitan
dengan anggota dan organ tubuh manusia, mengenali kebutuhan hidup, serta
pemeliharaan tubuh agar menjadi sehat dan kuat. Pramuka Penggalang wajib
mengenali tubuhnya, bertanggung jawab atas pertumbuhan, perkembangan dan fungsi
tubuhnya, serta dapat menjaga agar tetap sehat, bugar dan menjadi sosok Pramuka
Penggalang dengan tubuh yang sehat dan kuat. Tujuan perkembangan fisik Pramuka
Penggalang adalah untuk membantu menumbuh kembangkan fisik agar tumbuh dengan
baik. Sasaran perkembangan fisik adalah agar Pramuka Penggalang mampu:
1) Memiliki
pengetahuan membentuk tubuh yang kuat, menjaga kesehatan pribadi dan
lingkungannya.
2) Melakukan
kegiatan pemeliharaan pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara teratur.
3) Mengenali
perubahan fisiknya.
Area perkembangan di atas akan selalu
berupaya untuk dikembangkan dalam setiap kegiatan Pramuka Penggalang.
Pusdiklatda Wirajaya (2011) berpendapat, kegiatan Pramuka Penggalang adalah
kegiatan yang selalu berkarakter, dinamis, progresif dan menantang. Kreativitas
Pembina merupakan kunci pokok di dalam mengemas bahan latihan. Secara garis
besar, kegiatan Pramuka Penggalang dibedakan menjadi kegiatan latihan rutin dan
kegiatan insidental. Kegiatan latihan rutin yaitu:
a. Mingguan.
Kegiatan
latihan biasanya dimulai dengan:
1) Upacara pembukaan latihan.
2) Pemanasan biasanya dengan permainan
ringan atau ice breaking, atau sesuatu
yang sifatnya menggembirakan namun tetap mengandung unsur pendidikan.
3) Latihan inti, bisa diisi dengan
hal-hal yang meliputi penanaman nilai-nilai dan sekaligus keterampilan.
4) Latihan penutup, biasanya diisi
dengan permainan ringan, menyanyi atau pembulatan dari materi inti yang telah
dilakukan.
5) Upacara penutup latihan.
b. Bulanan/
dua bulanan/ tiga bulanan/ menurut kesepakatan. Kegiatan ini dapat
diselenggarakan atas dasar keputusan Dewan Penggalang dan Pembinanya, dengan
jenis kegiatan yang biasanya berbeda dengan kegiatan rutin mingguan. Kegiatan
rutin dengan interval waktu tersebut biasanya dilakukan ke luar pangkalan gugus
depan, misalnya hiking, rowing, climbing, mountainering, junggle
survival, swimming, bakti masyarakat, camping
atau lomba-lomba.
c. Latihan
Gabungan (Latgab). Pada hakekatnya latihan gabungan ini adalah latihan bersama
dengan Gugus Depan lain, sehingga terdapat pertukaran pengalaman, baik antar
Pramuka Penggalang, maupun antar Pembina.
d. Kegiatan
Kwartir Cabang, Daerah, dan Nasional. Dapat dikategorikan sebagai kegiatan
rutin, karena diselenggarakan tahunan, dua tahunan, tiga tahunan, empat tahunan
atau lima tahunan yang diputuskan dan diselenggarakan oleh Kwartirnya. Kegiatan
dapat dilaksanakan dalam bentuk sebagai berikut:
1) Gladian
Pemimpin Satuan.
2) Gladian
Pemimpin Regu.
3) Lomba
Tingkat Gudep atau LT I (khusus diselenggarakan oleh Gudep), LT II di tingkat
Ranting, LT III di tingkat Cabang, LT IV ditingkat Daerah, LT V di tingkat
Nasional.
4) Kemah
Bakti Penggalang.
5) Jambore
Ranting, Cabang, Daerah, Nasional, Regional (Asia Pacific), dan Jambore Dunia (World Jambore).
Sedangkan
kegiatan insidental biasanya muncul karena Gerakan Pramuka mengikuti
lembaga-lembaga pemerintah atau lembaga non-pemerintah lainnya. Misalnya Gerakan
Pramuka mengikuti “kegiatan penghijauan” yang dilakukan oleh Departemen
Pertanian, kegiatan imunisasi, kegiatan bakti karena bencana alam, dan
sebagainya.
Dari
uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan Kepramukaan untuk
Penggalang mempunyai beberapa pertimbangan. Penggalang sebagai anggota Pramuka
pada umur 11-15 tahun mempunyai karakteristik yang harus diperhatikan. Dengan
memperhatikan karakteristik Pramuka Penggalang tersebut, metode dan strategi
yang digunakan dalam pendidikan Kepramukaan akan tepat dan potensi diri Pramuka
Penggalang dapat dikembangkan secara optimal. Selain itu kegiatan Kepramukaan
harus bervariasi agar peserta didik tidak bosan dan tetap menyenangkan tanpa
menghilangkan unsur edukasi dari nilai-nilai Kepramukaan.
2.1.1.
Karakter
Disiplin Siswa
1.
Pengertian
Karakter Disiplin Siswa
Koswara
(2005) menegaskan bahwa definisi Karakter
merujuk pada suatu istilah yang mengacu pada gambaran-gambaran sosial
tertentu yang diterima oleh individu dan kelompoknya atau masyarakatnya, kemudian
individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan
gambaran sosial (peran) yang diterimanya itu. George Kelly (dalam Suryabrata, 2003) menyatakan bahwa karakter
sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman
hidupnya. Sedangkan pengertian lain menunjukkan bahwa karakter adalah tingkah
laku, cara berpikir, perasaan, gerak hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap
kesempatan, tekanan, dan cara seharian dalam berinteraksi dengan orang lain
(Gregory, 2010).
Pengertian
disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Kata disiplin berasal dari
bahasa Latin “disciplina” yang
berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan
tabiat. Sedangkan menurut Munandar (Bahrodin, 2007) disiplin adalah bentuk
ketaatan terhadap aturan yang telah ditetapkan. Menurut Simamora (2007)
disiplin adalah prosedur yang mengkoreksi atau menghukum bawahan karena
melanggar peraturan atau prosedur.
Berdasarkan uraian di atas maka
pengertian karakter disiplin adalah segala tingkah laku, cara berpikir,
perasaan, gerak hati, usaha, aksi, tanggapan terhadap kesempatan, tekanan dan
cara seharian dalam berinteraksi dengan orang lain yang didasarkan atas
ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya).
2. Dimensi Dalam Disiplin Siswa
Curvin dan Mindler (1999) mengemukakan bahwa
ada 3 dimensi disiplin, yaitu:
a. Disiplin
untuk mencegah masalah.
b. Disiplin
untuk memecahkan masalah agar tidak semakin buruk.
c. Disiplin
untuk mengatasi siswa yang berperilaku di luar kontrol.
Menurut
Rachman (2008) mengemukakan bahwa nilai-nilai dari kedisiplinan siswa
meliputi beberapa hal, yaitu: nilai keagamaan, nilai tradisional, nilai kekuasaan,
nilai subjektif, dan nilai rasional.
a. Nilai
keagamaan. Pada nilai ini diyakini kebenarannya oleh penganut suatu agama tertentu
sehingga menghasilkan perilaku disiplin yang tulus untuk berkorban. Seperti
sholat lima waktu dan puasa bagi umat Islam. Mengikuti kebaktian bagi penganut
Kristen dan Katholik.
b. Nilai tradisional. Nilai ini menghasilkan peraturan yang
merupakan pantangan bagi seseorang karena dianggap tidak sopan tetapi peraturan
tersebut pada umumnya tidak masuk akal. Contoh tidak boleh menduduki bantal,
kesialan pada angka 13.
c. Nilai kekuasaan. Nilai ini lahir dari kebijakan penguasa
dengan maksud untuk mendisiplinkan pemerintah agar tujuan pemerintahan dapat tercapai.
Misalnya membayar pajak, harus hormat jika pemimpin datang.
d. Nilai
subjektif. Merupakan nilai yang berdasarkan atas penilaian pribadi yang menghasilkan
perilaku egosentrik. Contoh, menurut saya pendapat ini tidak benar karena
pemuka agama yang saya anut tidak mengatakannya.
e. Nilai
rasional. Nilai ini memberikan penjelasan dan alasan perlu tidaknya dilakukan
sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh, jika ingin pintar maka rajinlah
belajar.
No comments:
Post a Comment