Peran
utama manajer proyek sebagai pemimpin adalah mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam perjalanannya selama memimpin
organisasi, kinerja manajer proyek selalu diamati, dievaluasi oleh anggotanya
baik secara formal maupun informal. Penilaian bahwa pemimpin “lemah” apabila
kinerjanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sebagian besar
anggotanya yang dapat menyebabkan proyek berjalan ke arah yang kurang tepat.
(Ervianto, 2005)
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, kinerja secara umum adalah apa yang dicapai atau
prestasi kerja yang terlihat. Kinerja yang dalam bahasa inggrisnya disebut
dengan performance, diartikan sebagai
daya guna, prestasi atau hasil. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan
atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu.
Menurut
Dale Timpe (1992), kinerja adalah tingkat prestasi seseorang atau karyawan
dalam suatu organisasi atau perusahaan yang dapat meningkatkan produktifitas.
Kinerja menurut Meiner (1965) adalah sebagai kesuksesan yang dicapai individu
di dalam melakukan pekerjaannya di mana ukuran kesuksesan yang dicaoai individu
tidak dapat disamakan dengan individu yang lain. Kesuksesan yang dicapai
individu berdasarkan ukuran yang berlaku dan disesuaikan dengan jenis
pekerjaannya.
Menurut
Flippo (1984) bahwa agar seseorang mencapai kinerja yang tinggi tergantung pada
kerjasama, kepribadian, kepandaian yang beranekaragam, kepemimpinan, keselamatan,
pengetahuan pekerjaan, kehadiran, ketangguhan dan inisiatif. Salah satu teori
harapan (expectancy theory) yang
dikembangkan oleh Vromm menyatakan bahwa kinerja (performance) adalah fungsi dari motivasi (motivation) dan kemampuan (ability)
yang dapat dituliskan sebagai berikut : P = f(M x A). dengan demikian jelas
apabila motivasi dari suatu organisasi ditingkatkan maka kinerjanya akan
meningkat pula. Dari salah satu riset yang dilakukan di Yogyakarta diperoleh
faktor yang dominan mempengaruhi motivasi mandor kontruksi yaitu apabila
diberikan stimulus yang dapat meningkatkan stimulus meningkatkan taraf
kehidupan dan kesehjateraan sosial yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
pokok (primer) dan pemberian bonus diyakini dapat meningkatkan kinerja mandor
(Ervianto, 2005).
Untuk
mengukur kinerja, terlebih dahulu harus ditetapkan kriterianya. Menurut Jossup
dan Jessup dalam Moh. As’ad (1997) yang diperlukan pertama dalam hal ini adalah
ukuran mengenai sukses dan yang kedua adalah bagian-bagian mana yang dianggap
penting sekali dalam suatu pekerjaan. Yang menjadi masalah sekarang bahwa ukuran
sukses tersebut sulit dilakukan karena kompleksnya suatu pekerjaan. Tetapi
secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengukuran tentang job performance atau kinerja itu tergantung kepada jenis pekerjaan dan
tujuan organisasi.
Randal
S. Shuller dan Susan E. Jackson (1999)
mengatakan bahwa penilaian kinerja adalah mengukur siapa mengerjakan apa dengan
baik. Dalam hal ini penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan
terstruktur yang mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan
dengan pekerjaan, perilaku dan hasil termasuk tingkat ketidak hadiran. Fokusnya
dalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang pegawai dan apakah ia bisa
berkinerja sama atau lebih efektif pada masa yang akan datang, sehingga
pegawai, organisasi dan masyarakat semuanya memperoleh manfaat.
Beach
(1990) menyebutkan bahwa penilaian kinerja seseorang dapat didasarkan pada
beberapa indikator yaitu:
a. kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan,
b. kesungguhan dalam menyelesaikan pekerjaan,
c. kemampuan memberikan layanan pada masyarakat,
d. tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan,
e. kejujuran dalam bekerja,
f. kemampuan bekerjasama,
g. pengetahuan dan keterampilan kerja,
h. kemampuan mengambil keputusan.
Menurut
Dale Timpe (1992), terdapat dua faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang,
yaitu:
a. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan
sifat-sfifat seseorang, meliputi sikap, sifat-sifat kepribadian, sifat fisik,
keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja,
latar belakang budaya dan variabel-variabel lainnya.
b. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan, meliputi kebijaksanaan
organisasi, kepemimpinan, tindakan rekan kerja atau bawahan, sistem upah dan
lingkungan sosial.
Dalam
hal pengukuran kinerja seseorang, menurut As’ad (2004) dapat dilakukan dengan
tiga pendekatan berikut:
a.
Subjective Prosedur
Prosedur ini meliputi
pertimbangan penilaian ataupun pertimbangan terhadap kinerja seseorang yang
dilakukan oleh atasan, bawahan, rekan kerja, atau diri sendiri. Dalam hal ini
yang harus diperhatikan adalah adanya human
error atau faktor manusia yang memang cenderung subyektif.
Galat tersebut disebabkan
karena kebanyakan dari para penilai tidak menyadari bahwa mereka melakukan
suatu kesalahan sehingga mereka tidak bisa memperbaiki pertimbangan-pertimbangannya.
Namun di sisi lain metode pengukuran ini sangat mudah dan cepat untuk
dilakukan.
b.
Direct Measures
Dalam hal ini kinerja
diukur secara langsung dari hasil kerja orang tersebut (produktifitasnya)
misalnya diukur dari jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu, diukur
dari jumlah produk yang tidak dapat dipakai dan juga jumlah kejadian yang tidak
diinginkan selama jangka waktu tertentu. Sehingga kinerja untuk masing-masing
jenis pekerjaan sangatlah berbeda, untuk itu penilaian ini dibedakan menjadi
dua macam, yaitu (1) yang berhubungan dengan produksi yang menyangkut unit-unit
yang diproduksi dan kualiats produksi dan kualitas produk (2) yang berhubungan
dengan personal information, yang meliputi: absentiesme, ketepatan datang,
keluhan-keluhan dari karyawan, dan waktu yang dipergunakan untuk mempelajari
suatu pekerjaan dan sebagainya.
c.
Proficiency Testing
Tes proficiency merupakan suatu pendekatan dengan mengetest
keterampilan karyawan dan pengetahuan yang dimilikinya berupa te di lingkungan
pekerjaan secara langsung, maupun tes berupa simulasi.Cara lain dari tes proficiency adalah dengan melakukan tes
tulis. Tes ini berguna untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh seorang
karyawan dan untuk mengevaluasi apakah seorang karywan dapat dikembangkan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang lebih sulit.
Dalam
setiap proyek konstruksi, pengelolaan proyek dilakukan oleh sekelompok orang
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Setiap proyek
dikelola oleh tim yang terdiri dari manajer proyek (project manajer), site
manajer, teknik, administrasi kontrak, personalia dan keuangan. Koordinasi
anggota tim proyek dilakukan sepenuhnya oleh manajer proyek.
Manajer
proyek dapat didefinisikan sebagai seseorang yang bertanggung jawab terhadap
organisasi induk proyeknya sendiri, dan tim yang bekerja dalam proyeknya. Adapun kinerja manajer proyek dapat dilihat dari
kriteria-kriteria sebagai berikut: (Ervianto, 2005)
a. Kemampuan mengusahakan sumber daya yang memadai
b. Kemampuan memotivasi sumber daya manusia
c. Kemampuan membuat keputusan yang tepat
d. Kemampuan memandang timnya secara berimbang (adil)
e. Kemampuan berkomunikasi dengan baik
f. Kemampuan dalam bernegosiasi
No comments:
Post a Comment