Sunday, May 26, 2019

Keterampilan yang harus dimiliki seorang pewawancara (skripsi dan tesis)



1) Mendengarkan
Kemampuan untuk mendengarkan secara kreatif dan empatik diperlukan untuk dapat mengorek lebih dalam isi dari permukaan yang disampaikan, kemampuan ini merupakan kunci dalam proses wawancara. Menjadi pendengar yang baik berarti harus dapat terbebas dari sekedar mendengarkan dan dapat memberikan perhatian penuh pada klien, pendengar yang baik tidak hanya memusatkan perhatiannya pada “apa yang dikatakan” tetapi juga “bagaimana mengatakannya”. Perhatian tidak hanya terpusat pada klien, tetapi juga pada dirinya sendiri dalam arti sadar terhadap kebutuhan, nilai dan standar yang dimiliki yang kemungkinan berpengaruh terhadap penangkapan pewawancara tentang isi pembicaraan dengan klien.
Ada tiga macam mendengarkan dalam wawancara, yaitu:
a) Mendengarkan kritis (critical listening)
Merupakan metode positif dalam mendengarkan. Dari apa yang diterima cenderung tidak banyak feed back. Metode ini hanya berfokus pada apa yang ingin didengarkan.
b) Mendengaran aktif (active listening)
Metode yang bisa menyediakan pemahaman bagi dirinya sendiri maupun dalam pemberian feed back. Metode ini memerlukan pendengar untuk memahami, menafsirkan, dan mengevaluasi apa yang ia dengar.
  1. c) Empati dalam mendengarkan (emphathic listening)
Metode mendengarkan secara aktif menggunakan client-centered approach; meliputi kemampuan untuk merasakan (sensing), memproses (prosessing) dan merespon (responding) secara empati. Suatu cara untuk dapat lebih memahami perasaan-perasaan yang diterima.
2) Mengobservasi suara dan pembicaraan/ucapan
Seringkali orang tidak mau mengatakan persoalannya secara langsung tetapi tampak dalam perubahan-perubahan suara selama proses wawancara, jika hal ini terjadi cobalah untuk mengerti “mengapa”. Pewawancara juga dapat memperkirakan kondisi psikologis klien dari caranya berbicara dan isi pembicaraa. Oleh karena itu, keterampilan ini dinilai penting untuk membantu memfokuskan masalah.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai pegangan, diantaranya:a) Intensitas suara (suara sangat keras, sangat lembut, monoton).
b) Kecepatan pembicaraan (sangat lambat, tersentak-sentak, monoton, sedang)
c) Kelancaran berbicara (bloking, keragu-raguan).d) Spontanitas (spontan,ragu-ragu, tidak dapat lugas, malu mengucapkan sesuatu).
e) Waktu reaksi (cepat/lambat daam menanggapi pertanyaan baik yang umum
maupun khusus).
f) Relevansi pembicaraan dengan topic (relevan/tidak relevan)
.g) Sopan santun dalam berbicara.
h) Penyimpangan dalam mengucapkan sesuatu (ekolalia, kata yang bercampur baur).
i) Pengaturan pembicaraan (teratur, melompat-lompat).j) Perbendaharaan kata (banyak-sedikit).
k) Kualitas suara (mendesah, parau, serak)
.l) Penguasaan pembicaraan (pengulanngan, pembetulan, kata tidak komplit).
3) Mengobservasi bahasa non verbal (perilaku)
Dalam wawancara seorang pewawancara perlu memperhatikan bentuk komunikasi verbal dan non verbal saat wawancara berlangsung. Selain itu, pewawancara juga harus memiliki keterampilan dalam membuka dan mengakhiri wawancara.
Pesan-pesan non verbal dapat:
a) memperkuat dan memverifikasikan pesan-pesan verbal seseorang
.b) Menekankan pesan verbal
.c) Pesan pesan non verbal mungkin menggantikan pesan-pesan verbald) Kadang-kadang simbol-simbol non verbal tidak konsisten dengan simbol-simbol verbal. Bahkan mungkin berlawanan, jadi bukan sekedar apa yang dikatakan, tapi bagaimana cara mengatakannya.
4) Mengobservasi penampilan
5) Mengintegrasikan observasi

No comments:

Post a Comment