Inspeksi atau pemeriksaan bertanggung jawab untuk membuat keputusan
pelaksanaan kegiatan terhadap semua mesin yang ada, untuk itulah perawatan harus dilaksanakan dengan teratur. Pemeriksaan
suatu alat atau mesin membutuhkan waktu perencanaan yang tepat dan terpadu
sehigga permasalahan yang timbul adalah kapankah sebaiknya pemeriksaan tersebut
harus dilakukan?
Faktor yang diperlukan untuk
melakukan analisis suatu mesin adalah laju kerusakan atau kegagalan (failure rate) alat pada setiap saat
selama masa operasinya. Analisa kerusakan mesin dapat dibagi dalam dua cara,
yaitu (Boediono 19) :
1.
Cara Teknikal
Analisis kerusakan dengan teknikal adalah dengan menentukan sebab-sebab
kerusakan berdasarkan aspek-aspek teknik dari peralatan.
2.
Cara Statistikal
Analisis kerusakan dengan cara statistikal adalah menekankan pada
ketergantungan mekanisme kerusakan terhadap waktu tanpa memperhatikan
sebab-sebab kerusakan peralatan.
Dari pengalaman maupun percobaan diketahui analisis laju kerusakan suatu
produk mengikuti suatu pola dasar atau Bath
Up Curve, yaitu kurva yang membagi masa pakai suatu produk menjadi tiga
periode waktu atau fase
Dalam
bukunya mulyadi (2002 : 3) disebutkan bahwa masa pemakaian produk dapat dibagi
dalam tiga bagian (daerah) yaitu:
1. Daerah A :
Periode kegagalan awal (Early Failures)
Periode awal (Burn-in)
ini ditandai dengan fungsi kegagalan yang tinggi, yang mempunyai arti bahwa
laju kerusakan tersebut menurun sejalan dengan bertambahnya waktu operasi. Hal
tersebut diusebabkan antara lain karena :
a. Teknik
pengendalian kualitas yang tidak baik
b. Beragamnya
produk
c. Pemasangan
komponen yang tidak baik atau tepat
d. Kesalahan set-up
e. Performansi
kerja yang kurang cermat
f. Metode inspeksi
yang kurang baik
Kegagalan awal dapat
dihitung dengan melakukan pengujian meliputi pengawasan terhadap karakteristik
dari suatu sistem selama beberapa waktu dengan mensimulasi kondisi dari
penggunaan yang sebenarnya.
2. Daerah B :
Periode kegagalan acak atau umur pakai yang berguna
Periode
ini menunjukkan dengan fungsi kegagalan yang rendah, ini suatu pertanda bahwa laju kerusakan relatif
konstan (antara T B & T w) walaupun umur pakai peralatan bertambah dan
mungkin kerusakan peralatan pada setiap saat adalah sama. Kerusakan pada fase
ini dikenal dengan kerusakan acak yang dikarenakan oleh:
a. Kesalahan
pemakaian,diantaranya pembebanan di luar kemampuannya.
b. Kerusakan yang
tidak dapat terdeteksi oleh teknik pemeriksaan yang ada dari penyebab-penyebab
yang tidak dapat dicari alasannya.
3. Daerah C : Fase
pengoprasian alat melebihi umur pakai (wear
out)
Fase
ini ditandai dengan meningkatkan fungsi kegagalan yang berarti bahwa laju
kerusakan bertambah sesuai dengan pertambahan umur pemakaian peralatan.
Kegagalan terjadi apabila sistem tidak dipelihara dengan baik dan frekuensi
kegagalan menjadi meningkat dengan pesat.
Secara
umum kegagalan ini tidak dapat
dihilangkan secara keseluruhan tetapi dapat ditunda selama beberapa waktu
dengan melaksanakan kegiatan preventif pada jangka waktu tertentu. Apabila
suatu alat telah memasuki fase ini, maka harus dilakukan perawatan pencegahan
untuk mengurangi kemungkinan kerusakan yang lebih fatal di masa yang akan
datang.
beberapa penyebab kerusakan selama fase ini
diantaranya :
a. Perawatan yang
tidak memadai
b. Kelelahan akibat
gesekan sehingga menimbulkan aus
c. Umur pakai sudah
lama
d. Korosi
Menurut Vincent Gaspers (1992), laju kerusakan adalah
kecepatan perpindahan dimana kerusakan terjadi pada suatu saat kemudian atau
interval waktu kemudian dapat juga diistilahkan sebagai kerusakan per-jam
No comments:
Post a Comment