Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk
meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki
etos kerja. Etos menurut Geertz (dalam Soedjadi, 2003:32) diartikan sebagai
sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup.
Sedangkan kerja, menurut Soedjadi (2003:12), secara lebih khusus dapat
diartikan sebagai usaha komersial yang menjadi suatu keharusan demi hidup,
atau sesuatu yang imperatif dari diri, maupun sesuatu yang terkait pada
identitas diri yang telak bersifat sakral.
Identitas diri yang terkandung di dalam hal ini, adalah sesuatu yang
telah diberikan oleh tuntutan religius (agama). Apabila mengintroduksi
pendapat Jiwanto (2004:78), maka etos kerja diartikan sebagai pandangan dan
sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja.
Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu sikap,
maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna sebagai aspek
evaluatif yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian
terhadap kegiatan kerja.
Mengingat kandungan yang ada dalam pengertian etos kerja, adalah
unsur penilaian, maka secara garis besar dalam penilaian itu, dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu penilaian positif dan negatif. Berpangkal tolak dari uraian
itu, maka menurut bahwa suatu individu atau kelompok masyarakat dapat
dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan tanda-tanda
sebagai berikut :
a. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
b. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur
bagi eksistensi manusia.
c. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan
manusia.
d. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan
sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,
e. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki etos
kerja yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu;
a. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri,
b. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
c. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan,
d. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,
e. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat, akan
menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan situasi
kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang tinggi
akan dijadikan sebagai prasyaraat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam
kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada
manusianya untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh,
sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal-asalan, tidak berorientasi
terhadap mutu atau kualitas yang semestinya.
Nigro (2006:97) mengatakan bahwa indikasi turun/ rendahnya semangat
dan kegairahan kerja antara lain :
a. Turun/ rendahnya produktivitas
b. Tingkat absensi yang naik/ rendah
c. tingkat perputaran buruh (Labour turnover) yang tinggi
d. Tingkat kerusuhan yang naik
e. Kegelisahan dimana-mana
f. Tuntutan yang sering terjadi
g. Pemogokan.
No comments:
Post a Comment