Menurut Hadari Nawawi (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja adalah sebagai berikut :
a. Kondisi fisik (kondisi kerja) merupakan keadaan kerja dalam
perusahaanyang meliputi penerangan tempat kerja, penggunaan warna,
pengaturan suhu udara, kebersihan dan ruang gerak.
b. Kondisi non fisik (iklim kerja) sebagai hasil persepsi karyawan
terhadap lingkungan kerja tidak dapat dilihat atau disentuh tetapi dapat
dirasakan oleh karyawan tersebut. Iklim kerja dapat dibentuk oleh para
pemimipin yang berarti pemimpin tersebut harus mempunyai
kemampuan dalam membentuk iklim kerja tersebut.
Menurut Ashar S. Munandar (2008) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja :
a. Ilmunisai (penerangan)
Kadar (intensity) cahaya, distribusi cahaya dan sinar yang
menyilaukan. Untuk pekerjaan tertentu diperlukan kadar cahaya tertentu
sebagai penerangan. Pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan kejelian
mata, seperti memperbaiki jam tangan perakitan elektronika, menuntut
kadar cahaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan yang tidak
begitu memerlukan penglihatan yang tajam, seperti para pramugari yang
melayani para penumpang di pesawat terbang.
Menurut Soedarmayanti (2009) cahaya atau penerangan sangat besar
manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dalam bekerja. Cahaya
yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan
dan pada akhirnya menyebabkan kurang efesien dalam melaksanakan pekerjaan.
Pada dasarnya cahaya dapat dibedakan menjadi empat, yaitu cahaya langsung,
cahaya setengah langsung, cahaya tidak langsung dan cahaya setengah tidak
langsung.
Faktor lain dari iluminasi adalah distribusi dari cahaya dalam kamar atau
daerah kerja. Pengaturan yang ideal ialah jika cahaya dapat didistribusikan secara
merata pada keseluruhan lapangan visual. Member penerangan pada suatu daerah
kerja yang lebih tinggi kadar cahayanya dari pada daerah yang mengelilingnya
akan menimbulkan kelelahan mata (eyestrain) setelah jangka waktu tertentu. Sinar
yang menyilaukan merupakan factor lain yang mengurangi efesiansi visualdan
meningkatkan ketegangan mata. Sinar dirasakan sebagai silau karena itensitas
cahaya melebihi intensitas dari intensitas cahaya yang telah biasa diterima oleh
mata.
Silau di tempat kerja bisa diatasi dengan berbagai cara. Sumber cahaya
yang sangat terang dapat ditutupi dengan pelindung, atau diletakkan diluar bidang
panagan pekerja. Cara lain ialah dengan member semacam kelap topi (visor) atau
pelindung mata (eyeshades). Suyatno (dalan Ashar S. Munandar : 2008) secara
rinci menyarankan apa yang harus diperhatikan agar silau diruang tamu, kantor,
ruang kelas dan ruang kerja dapat dihadiri :
- jangan ada sumber cahaya yang ditempat kan pada bidang visual dari
operator. - Sumber sinar yang tidak tersaring, jangan dipakai di ruang kerja.
- Penyaringan harus sekian rupa hingga rata-rata terangnya tidak
melebihi 0,3 Sb bagi penerangan umum dan 0,2 Sb bagi ruang kerja. - Sudut antara garis pandang horizontal dengan garis penghubung antara
mata dan sumber cahaya harus melebihi dari 300. - Jika sudut terpaksa kurang dari 300, karena ruangan yang besar, lampu
nya harus disaring dan jika memakai lampu pendar, arah tabung harus
menyilang garis pandang. - Untuk menghindari silau karena pantulan, tempat kerja harus
diletakkan demikian rupa hingga garis panang yang sering dipakai
jangan terhimpit dengan cahaya yang terpantul, dibawah area pantulan
dengan kontras yang melebihi 1:10 jangan terjadi pada bidang visual. - Pemakaian perabot, mesin, papan wesel dan perkakas kerja yang
berkilau-kilau hendaknya di hindari.
Kecerahan (luminance) merupakan ukuran suatu permukaan yang
memencarkan sinar atau memantulkan sinar sumber dari cahaya. Schulz (dalam
Ashar S. Munandar : 2008) mengajukan untuk memberikan iluminasi yang
uniform pada daerah kerja untuk menghindari sialau. Ini dapat dilakukan dengan
penerangan yang tidak langsung.
b. Warna
Erat hubungannya dengan iluminasi ialah penggunaan warna pada
ruangan dan peralatan kerja.
c. Bising
Bising biasanya dianggap sebagai bunyi atau suara yang tidak
diinginkan, yang menggangu, dan menjengkelkan. Akibat tingkat bising
yang tinggi :
1) Timbulnya perubahan psikologis. Penelitian menunjukan pada orang-
orang yang mendengar bising 95-110 desibel, terjadi penciutan dari
pembuluh darah, perubahan detak jantung, dilatasi dari pupil-pupil
mata.
2) Adanya dampak psikologis. Bising dapat menggangu kesejahteraan
emosional. Mereka yang bekerja dalam lingkungan yang ekstrem bising
lebig agresif, penuh curiga, dan cepat jengkel dibandingkan dengan
mereka bekerja dalam lingkungan yang sepi
No comments:
Post a Comment