Saturday, July 13, 2019

Cara-Cara Menanamkan Disiplin (skripsi dan tesis)

Berbagai cara dilakukan orang tua, guru, dan orang yang berkuasa untuk menerapkan disiplin pada anak. Menurut Harlock ( 2000 : 93 ), cara-cara menanamkan disiplin pada anak ada tiga yaitu :
  1. Cara mendisiplin otoriter
Disiplin otoriter dapat berkisar antara pengendalian perilaku anak yang wajar hingga yang kaku yang tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali yang sesuai denagn standar yang ditentukan. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutamma hukuman badan. Orang tua yang menamkan disiplin otoriter tidak mendorong anak untuk dengan mandiri mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka. Mereka hanya mengatakan apa yang harus dilakukan, dan tidak menjelaskan mengapa hal itu haru dilakukan. Jadi anak – anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka sendiri.
  1. Cara mendisiplin permisif
Disiplin permisif artinya sedikit disiplin atau tidak disiplin. Biasanya disiplin perm isif tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Beberapa orang tua dan guru, yang menganggap kebebasan ( permissiveness ) sama denagn ( assezfaire ), membiarkan anak-anak meraba-raba dalam situasi yang terlalu sulit untguk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian.
  1. Cara mendisiplin demokratis
Metode disiplin demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti megapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukumannya. Disiplin demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan , dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak perlu keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat buktu bahwa anak-anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak sesuai dengan standar yang diharapkan, orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian.

Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan (skripsi dan tesis)

Hurlock (2008: 85) “menyatakan bahwa bila kedisiplinan diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus meliputi empat faktor prnting yaitu peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi.”       Berikut ini dijelaskan masing-masing faktor penting dalam kediplinan.
  1. Peraturan
Peraturan  adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut mungkin ditetapkan orang tua, guru atau teman bermain. Tujuannya ialah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam kondisi tertentu. Dalam peraturan sekolah misalnya, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu berada di dalam kelas, koridor sekolah. Sebaliknya mereka tidak mengatakan apa yang tidak boleh di lakukan dirumah, lingkungan sekitar rumah atau kelompok bermain yang tidak diawasi guru.
Peraturan mempunyai fungsi yang sangat penting  dalam membantu anak menjadi makhluk bermoral. Pertama, peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan anak perilaku yang disetujui anggota kelompok ersebut. Misalnya, anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa  mneyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasi siswa. Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Bila merupakan peraturan keluarga bahwa tidak seorang anak pun boleh mengambil mainan atau milik saudaranya tanpa pengetahuan dan izin si pemilik, anaka segra belajar bahwa hal ini dianggap perilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum bila melakukan tindakan terlarang ini.
Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi diatas, peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh si anak. Bila peraturan diberikan dalam kata-kata yang tidak dimengerti atau hanya sebagian dimengerti, peraturan itu tidak berharga sebagai pedoman perilaku yang tidak dinginkan.
  1. Hukuman
Pokok disiplin kedua ialah hukuman. Hukuman berasal dari kata kerja latin, punir yang berarti menjatuhkan hukuman pada seorang karena kesalahan, perlawanan atau pelanggran sebagai ganjaran atau pembalasan. Walaupun tidak dikatkan secara jelas, tersirat didalamnya bahwa kesalahan , perlawanan atau pelanggaran ini disengaja, dalam arti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah tetapi tetap melakukannya.
Menurut Hurlock ( 2008 : 87 )” fungsi hukuman mempunayai tiga peranan penting dalam penerapan kedisiplian pada anak yaitu menghalangi, mendidik dan memeberi motivasi “. Fungsi pertama ialah menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindkan yang tidak diinginkan oleh mayarakat, bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan dihukum, mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena tringat akan hukuman yang dirasakan di waktu lampau akibat tindakan tersebut.
Fungsi kedua dari hukuman ialah mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan trtentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindkan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolahkan.Fungsi ketiga, ialah memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Pengetahuan akibat-akibat tindakan yang salah perlu sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbanglan tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternative, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan.



  1. Penghargaan
Pokok ketiga dari disiplin adalah penggunaan penghargaan. Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman atau teoukan di punggung. Penghargaan mempunyai tiga peranan yang penting dalam mengajarkan anak berperilaku sesuai dengan cara yang direstui masyarakat  pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Sebagaimana hukuman mengisyarakatkan pada anak bahwa perilaku mereka itu buruk, demikian juga penghargaan mengisyarakan pada mereka bahwa perilaku itu baik.
Kedua, penghargaan berfunsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui secara sosial. Karena anak bereaksi dengan positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dengan penghargaaan, dimasa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan lebih banyak memberinya penghargaan. Ketiga, penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulang perilaku ini. Bila anak harus belajar berperilaku dengan cara yang disetujui secara sosial, ia harus bahwa berbuat demikian cukup menguntungkan baginya. Karenanya penghargaan harus digunakan untuk membentuk asoiasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan.
  1. Konsistensi
Pokok keempat disiplin adalah konsistensi. Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi memungkinkan orang menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah sambil pada waktu yang bersamaan, cukup mempertahankan ragaman sehingga anak-anak tidak akan kebingungan mengenai apa yang diharapkan dari mereka.
Konsistensi dalam disiplin mempunyai tiga peran yang penting. Pertama, konsistensi memiliki nilai mendidik yang besar. Bila peraturannya konsisten, ia memacu proses belajar. Ini disebabkan  karena nilai pendorongnya. Kedua, konsistensi memiliki nilai motivasi yang kuat. Anak yang menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti perilaku yang disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang dilarang, ia akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang, ia akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan  tindakan yang disetujui dripada anak yang merasa ragu mengeanai bagaiman reaksi terhadap tindakan tertentu. Ketiga, konsistensi mempertinggi penghargaan terhadap peraturan dan orang yang berkuasa.
Kedisiplinan diterapkan sebagai usaha untuk membimbing, melatih, mendidik, mengarahkan dan mempengaruhi kepribadian seseorang, sehingga ia dapat mencapai apa yang menjadi dan tujuan, terutama tujuan belajar. Usaha-usaha tersebut dapat tercapai apabiala guru dan orang tua mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kediplinan belajar siswa.
Tulus (2004 : 48 )“menyatakan bahwa ada empat hal yang mempengaruhi kedisiplinan belajar siswa yaitu : kesadaran diri, kepatuhan dan ketatan tetaatan terhadap peraturan, alat pendidikan, dan hukuman”. Keempat faktor ini merupakan faktor dominant yang mempengaruhi kediplinan belajar siswa.  Alasannya sebagai berikut :
  1. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa diplin dianggap penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif sangat kuat terwujudnya disiplin. Kedisiplinan belajar dapat terwujud jika masing-masing individu memiliki kesadaran pada diri.
  2. Kepatuhan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan – peraturan yang mengatur perilaku individunya. Kepatuhan dan ketaatan merupakan faktor penting untuk terwujudnya kedisiplinan belajar.
  3. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan . yang termasuk dalam alat pendidikan salah satunya adalah kondisi likngkungan belajar disekolah, seperti kondisi guru, gedung sekolah, teman-teman sekolah, tenaga administrative, media belajar, dan sebagainya.
  4. Hukuman sebagai upaya menyadarkan , mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali kepada perilaku yang sesuai dengan harapan. Penerapan hukuman pada individu yang melanggar aturan harus bersifat mendidik, yaitu hukuman yang dapat menyadarkan individu untuk berperilaku tidak menyimpang dari aturan yang berlaku.
Sedangkan menurut Hamalik ( 2008: 105)  “ faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar adalah faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis ; dan faktor eksternal yang meliputi faktor kemanusiaan dan faktor kebendaan” Berdasarkan pendapat hamalik, peneliti menguraikan faktor – faktor yag mempengaruhi kedisiplinan belajar sebagai berikut :
  1. Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri si pelajar itu sendiri, yang pada dasarnya individu tersebut terdiri dari jasmani atau fisiologis dan rohani atau psikologis yang keduanya saling mempengaruhi dan tidak dipisahkan. Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut :
  1. Faktor fisiologis yang bersumber pada jasmani.
Faktor jasmani mempunyai hubungan yang erat dengan kedisiplinan belajar siswa. Keadaan jasmani yang kurang sehat akan mengganggu kegiatan belajar yang akhirnya akan mengganggu pelaksanaan kedisiplinan belajar siswa. Untuk menghindari hal tersebut, jika jasmani sakit maka harus segera pergi ke dokter.
  1. b) Faktor fisiologis yang bersumber pada rohani, meliputi : kecerdasan, daya ingat tinggi, kebutuhan yang terpuaskan, konsentrasi dan perhatian.
  • Faktor eksternal.
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar si pelajar atau siswa, yang berupa kemanusiaan dan kebendaan. Fakto eksternal meliputi :
  1. Faktor kemanusiaan
Faktor kemanusiaan merupakan suatu kancah dimana terjadi hubungan antara orang yang satu dengan yang lain, meliputi cara guru mengajar efektif, sikap guru yang mendidik dan adil sehingga menarik minat belajar.
  1. Faktor kebendaan , yaitu : tempat belajar yang telalu dekat dengan kebisingan, alat-alat belajar dan bahan pelajaran yang memadai.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologis yang bersumber pada jasmani, yang dapat dikatakan melatarbelakangi aktifitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang tidak lelah. Dan faktor psikologis yang berfaktor pada rohani dimana kecerdasan, daya ingat tinggi, kebutuhan yang terpuasakan dan konsentrasi atau perhatian harus ada pada diri individu dan yang akan memunculkan minat serta disiplin belajar yang tinggi Sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang baik pula, sedangkan faktor eksternal meliputi : faktor kemanusiaan dan kebendaan dimana faktor-faktor tersebut biasanya mengganggu konsentrasi, sehingga perhatian tidak dapat ditnjukkan padahal yang dipelajari atau aktifitas  belajar itu semata-mata.

Aspek dalam kedisiplinan (skripsi dan tesis)

Seseorang dapat mewujudkan kedisiplinan dalam dirinya, pada umumnya ada unsur-unsur yang mendasarinya. Menurut Sutrisno (1984 :34), unsur-unsur yang terdapat dalam kedisiplinan pada individu dalam kaitannya melakukan aktivitas adalah sebagai berikut :
  1. Pengetahuan tentang pekerjaan yang harus dilaksanakan
  2. Kesadaran bahwa individu adalah sebagai orang yang dipercaya untuk melaksanakan tugas dan kewajiaban sehingga mempunyai rasa tanggung jawab.
  3. Ketaatan atau kepatuhan terhadap segala peraturan atau ketentuan yang berlaku
  4. Ketertiban didalam melaksanakan segala apa yang dikerjakan sehingga dapat dihindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi
  5. Inisiatif yang menunjang apa yang harus dilakukan sehingga dapat dihindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi
  6. Inisiatif yang menunjang kelancaran pelaksananaan tugas sehingga tidak melakukan seperti halnya melakukan dengan pola-pola yang itu-itu saja
  7. Rasa senang hati, tidak dipaksa auatu terpaksa
  8. Dilakukan sanksi dengan sungguh-sungguh
Menurut  Sukardi (2005 : 10) aspek penting yang berkaitan dengan disiplin siswa yaitu : tempat, waktu dan aturan – aturan. Seorang siswa dapat dikatakan disiplin apabila :
  1. Segala perilakunya disesuaikan dengan tempatnya
  2. Segala pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan segala perbuatannya disesuiakan dengan aturan yang berlaku.
Selanjutnya, Gunarsa ( 1992 : 143) mengemukakan aspek-aspek kedisiplinan sebagai berikut : a) pembagian waktu, b) menepati janji, c) pemanfaatan waktu, d) mematuhi peraturan yang berlaku.
  1. Pembagian waktu
Pembagian waktu merupakan suatu cara bagaimana siswa membuat rencana jadwal belajar. Untuk membagian waktu ini harus dipertimbangkan dengan baik, karena ini akan berpengaruh dalam kegiatan siswa. Ketrampilan siswa dalam membagi waktu merupakan suatu hal yang sangat penting dalam masa studi maupun masa seluruh kegiatan siswa. Bagi setiap siswa ketrampilan mengelola waktu harus dikembangkan, dimahirkan, dan diterapkan.
  1. Menepati jadwal
Menepati jawdwal merupakan pelaksanaan dari jadwal kegiatan yang harus di usahakan dan dipatuhi karena akan berhubungan dengan hasil yang akan didapat. Utuk mendapatkan hasil yang lebih baik maka perlu dipatuhi, namun bila jadwal itu telah dibuat tetapi tidak dipenuhi maka efisiensi hasil tidak akn terwujud.
  1. Pemanfaatan waktu
Pemanfaatan waktu merupakan cara bagaimana seorang siswa menggunakan waktunya dengan baik.
  1. Mematuhi aturan yang berlaku
Mematuhi aturan-aturan yang berlaku merupakan wujudkedisiplinan di sekolah, seperti kedisiplinan dalam ujian, dan kedisiplinan tata tertib kelas dan sekolah.
Bertitik tolak dari delapan unsur pokok disiplin tersebut, dapat ditentukan unsur-unsur disiplin dalam malaksanakan tata tertib disekolah meliputi :
  1. Pengetahuan
  2. Kepatuhan
  3. Keterlibatan dalam melaksanakan tugas
  4. Inisiatif dalam mengerjakan tugas

Fungsi dan Tujuan Kedisiplinan (skripsi dan tesis)

Kedisiplinan berperan sangat penting untuk mencapai tujuan hidup individu terutama tujuan belajar. Disiplin akan menciptakan kemauan belajar secara teratur dengan dukungan dari sekolah, orang tua dan siswa itu sendiri. Siswa yang telah membiasakan diri untuk belajar dan bekerja dengan recana yang telah disusun akan mematuhi rencana tersebut dan tidak mencari alasan untuk mematuhinya. Jadi, siswa yang memiliki kedisiplinan yang tinggi serta keteraturan dalam belajar akan memperoleh prestasi belajar yang baik sesuai yang diinginkan.
Menurut Hurlock (2000 : 83) ada beberapa fungsi dan tujuan penerapan kedisiplinan pada anak yaitu :
  1. Kedisiplinan memberi rasa aman dengan memberitahukan apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jadi penerapan kedisiplinan pada anak akan mebentuk pribadi yang bertanggung jawab terhadap segala peraturan yang telah diterapkan.
  2. Kedisiplinan memunkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. Dengan demikian, perilaku anak dapat diterima oleh masyarakat.
  3. Kedisiplinan yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yan diharapkan darinya.
  4. Kedisiplinan membantu anak mengembangkan hati nurani dalam mengambil keputusan dan pengendalian perilaku.
Menurut Rahman ( Tu’u, 2004 : 35-36) tujuan disiplin pada siswa adalah sebagai berikut :
  1. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
  2. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan yang lingkungan
  3. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya
  4. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya.
  5. Menjauhkan siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
  6. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
Kebiasaan baik menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya

Pengertian Kedisiplinan (skripsi dan tesis)

Pada umumnya penerapan disiplin menganut standar yang diterapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar perilaku anak dapat diterima masyarakat. Melalui disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat, dan sebagai hasilnya mereka memiliki rasa tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang telah mereka kerjakan. Menurut Arikunto, ( 1993 : 114 ) “ disiplin menunjuk pada kepatuhan siswa untuk mengikuti peraturan atau tata tertib di dorong oleh kesadaran yang ada pada hatinya bukan karena paksaan”. Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksut dapat ditetapkanoleh orang yang bersangkutan maupun yang berasal dari luar.
Selanjutnya, menurut Tulus ( 2004 : 3 ) disiplin kerap kali terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorang  atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari  luar dirinys. Sebaliknya istilah  disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan dorongan dari dalam diri siswa. Sedangkan menurut Gunarsa ( 1992: 143 ) “disiplin merupakan bimbingan untuk pembentukan kepribadian tertentu, antara lain kejujuran, ketetapan waktu, menjalankan kewajiban secara langsung, mengerti larangan – larangan , serta tingkah laku yang baik dan buruk”.
.

Friday, July 12, 2019

Komponen Dalam Motivasi Berprestasi (skripsi dan tesis)

Heckhausen (dalam Djaali, 2008) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai suatu usaha untuk meningkatkan atau menjaga setinggi mungkin kemampuan seseorang pada semua kegiatan yang berdasarkan standar keunggulan. Standar keunggulan di sini dibedakan menjadi tiga, yaitu:
  1. Task-related standard of excellence, yaitu keunggulan dalam pencapaian atau penyelesaian tugas. Suatu ukuran keberhasilan yang dilihat dari kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas dengan hasil yang memuaskan dan sempurna.
  2. Self-related excellence, yaitu suatu perbandingan dengan prestasi yang pernah tercapai pada masa lalu oleh individu. Individu membuat standar prestasi yang akan dicapai berdasarkan perbandingannya dengan prestasi yang pernah dicapainya pada masa lalu.
  3. Other-related of excellence, yaitu perbandingan dengan prestasi orang lain. Individu menjadikan prestasi yang dicapai oleh orang lain sebagai patokan atau ukuran keberhasilan diri sendiri.
Tiga standar keunggulan tersebut merupakan prinsip dasar untuk memeriksa adanya motivasi berprestasi.
McClelland (1987) mengemukakan beberapa ciri yang membedakan individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu :
  1. Resiko pemilihan tugas
Cenderung memilih tugas dengan derajat kesulitan yang sedang, yang memungkinkan berhasil. Mereka menghindari tugas yang terlalu mudah karena sedikitnya tantangan atau kepuasan yang didapat. Mereka yang menghindari tugas yang terlalu sulit kemungkinan untuk berhasil sangat kecil.
  1. Membutuhkan umpan balik
Lebih menyukai bekerja dalam situasi dimana mereka dapat memperoleh umpan balik yang konkret tentang apa yang mereka lakukan karena jika tidak, mereka tidak dapat mengetahui apakah mereka sudah melakukan sesuatu dengan, baik dibandingkan dengan yang lain. Umpan balik ini selanjutnya digunakan untuk memperbaiki prestasinya.
  1. Tanggung jawab
Lebih bertanggung jawab secara pribadi pada awal kinerjanya, karena dengan begitu mereka dapat merasa puas saat dapat menyelesaikan sesuatu tugas dengan baik.
  1. Ketekunan
Lebih bertahan atau lebih tekun dalam mengerjakan tugas, bahkan saat tugas tersebut menjadi sulit.
  1. Kesempatan untuk unggul
Lebih tertarik dan tugas-tugas yang melibatkan kompetisi dan kesempatan untukunggul. Mereka juga lebih berorientasi pada tugas dan mencoba untuk mengerjakan dan menyelesaikan lebih banyak tugas dari pada individu dengan motivasi berprestasi rendah.
  1. Berprestasi
Lebih tertarik untuk berprestasi dalam bekerja.

Pengertian Motivasi Berprestasi (skripsi dan tesis)

Istilah motivasi berprestasi pertama kali diperkenalkan oleh Murray pada tahun 1930-an (Davidoff, 1991, hal. 37). Selanjutnya istilah tersebut dikembangkan oleh David C. Mc Clelland. Mc Clelland membagi motivasi manusia menjadi tiga jenis, yaitu motivasi untuk berafiliasi (berhubungan dengan orang lain), motivasi untuk berkuasa, dan motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi menjadi hal yang paling penting diteliti jika dikaitkan dengan bidang pendidikan. Motivasi berprestasi menurut McClelland (1987, hal. 233) diartikan sebagai suatu dorongan yang muncul karena adanya suatu rangsang (stimulus) yang menggerakkan individu untuk dapat menyelesaikan suatu tugas dengan lebih baik, lebih cepat, dan lebih efisien untuk mencapai prestasi yang diinginkan.
Menurut Atkinson dan Raynor (2008) motivasi berprestasi adalah factor-faktor yang nenentukan perilaku manusia dalam mencapai prestasi yang berkaitan dengan beberapa kriteria-kriteria keunggulan. Motivasi berprestasi terjadi ketika individu tahu bahwa terdapat penilaian (dari diri sendiri ataupun dari orang lain). Menurut Morgan dkk (dalam Tresnawati, 2001) merumuskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu usaha untuk mecapai sesuatu dan menjadi sukses dalam menampilkan tugas. Santrock (dalam Sobur, 2003) merumuskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk menyempurnakan sesuatu, untuk mencapai sebuah standar keunggulan dan mencurahkan usaha atau upaya untuk mengungguli.