Menurut Gay (1981) sementara studi hubungan dan studi rediksi mempunyai
karakteristik unik yang membedakan keduanya, proses dasar keduanya sama. Lebih
lanjut ia menjelaskan prosedur dasar penelitian korelasional sebagai berikut.
a. Pemilihan Masalah
Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari
suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai
hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi berdasarkan
penalaran deduktif dan penalaran induktif. Dengan kata lain, hubungan yang akan
diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.
b. Sampel dan Pemilihan Instrumen
Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode
sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel
minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk
memilih dan mengembangkan pengukuran yang valid dan reliabel terhadap variabel
yang akan diteliti. Jika variabel tidak memadai dikumpulkan, koefisien korelasi yang
dihasilkan akan mewakili estimasi tingkat korelasi yang tidak akurat. Selanjutnya,
jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel yang
diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang
diinginkan.
c. Desain dan Prosedur
Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh
dari setiap jumlah sampel yang dipilih,satu skor untuk setiap variabel yang diteliti,
dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan
mengindikasikan tingkatan/derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi
yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel,dan beberapa penggunaan prosedur
statistik yang kompleks, namun desin dasar tetap sama dalam semua studi
korelasional
d. Analisis Data dan Interpretasi
Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi. Suatu
koefisien korelasi angka desimal, antara 0,00 dan + 1,00, atau 0,00 dan – 1,00, yang
mengindikasikan derajat hubungan dua variabel. Jika koefisien mendekati + 1,00;
kedua variabel tersebut mempunyai hubungan positif. Hal ini berarti bahwa
seseorang dengan skor yang tinggi pada suatu variabel akan memiliki skor yang
tinggi pula pada variabel yang lain, suatu peningkatan pada suatu variabel
berhubungan/diasosiasikan dengan peningkatan pada variabel lain.
Jika koefisien korelasi tersebut mendekati 0,00 kedua variabel tidak
berhubungan. Hal ini berarti bahwa skor seseorang pada suatu variabel tidak
mengindikasikan skor orang tersebut pada variabel lain. Jika koefisien tersebut
mendekati -1,00, kedua variabel memiliki hubungan yang sebaliknya(negatif). Hal
ini berarti bahwa seseorang dengan skor tinggi pada suatu variabel akan memiliki
skor yang rendah pada variabel lain; peningkatan pada suatu akan diasosiasikan
dengan penurunan pada variabel lain, dan sebaliknya (Gay, 1981 : 185).
Interpretasi suatu koefisien korelasi tergantung pada bagaimana ia akan digunakan.
Dengan kata lain, seberapa besar ia diperlukan agar bermanfaat tergantung pada
tujuan perhitunganya. Dalam studi yang dirancang untuk menyelidiki atau hubungan
yang dihipotesiskan, suatu koefisien korelasi diinterprestasikan dalam istilah
signifikansi statistiknya. Dalam studi prediksi, signifikansi statistik merupakan nilai kedua dari
koefisien dalam memudahkan prediksi yang akurat. Signifikansi statistik mengacu
pada apakah koefisiensi yang diperoleh berbeda secara nyata dari zero (0) dan
mencerminkan suatu hubungan yang benar, bukan suatu kemungkinan hubungan,
keputusan berdasarkan signifikansi statistik dibuat pada suatu level kemungkinan
(probability) yang diberikan. Dengan kata lain, berdasarkan ukuran sampel yang
diberikan, anda tidak dapat menentukan secara positif apakah ada atau tidak ada
hubungan yang benar antara dua variabel,tetapi anda dapat mengatakan secara
probabilitas ada atau tidak ada hubungan. Untuk menentukan signifikansi statistik,
anda hanya mengonsultasikanya pada tabel yang dapat mengatakan pada anda
seberapa besar koefisiensi anda diperlukan untuk menjadi signifikan pada level
probabilitas yang diberikan.
Untuk level probabillitas yang sama, atau level
signifikansi yang sama, koefisien yang besar diperlukan bila sampel yang lebih kecil
dilibatkan.
Kita secara umum memiliki lebih banyak bukti dalam koefisien yang
berdasarkan pada 100 subjek daripada 10 subjek. Dengan demikian, sebagai contoh,
pada level bukti 95% dengan 10 kasus, anda akan memerlukan sekurangnya
koefisien 0,6319 agar dapat menyimpulkan eksistensi suatu hubungan; di pihak lain,
dengan kasus anda hanya memerlukan koefisiensi 0,1946.
Konsep ini berarti
bahwa anda memerhatikan kasus tersebut ketika anda akan mengumpulkan data pada
setiap anggoa populasi, bukan hanya sampel. Dalam kasus ini, tidak ada kesimpulan
yang dilibatkan, dan tanpa memerhatikan seberapa kecil koefisiensi korelasi yang
ada, itu akan mewakili derajat korelasi yang benar antara variabel untuk populasi
tersebut.
Ketika penginterprestasian suatu koefisien korelasi, anda harus selalu ingat
bahwa anda hanya berbicara tentang suatu hubungan, bukan hubungan sebab-akibat.
Koefisiensi korelasi yang signifikan mungkn menyarankan hubungan sebab-akibat
tetapi tidak menetapkanya. Hanya ada satu cara untuk menetapkan hubungan sebabakibat, yaitu eksperimen. Bila seseorang menemukan hubungan yang dekat antara
dua variabel, hal itu sering sekali menggoda untuk menyimpulkan bahwa satu menyebabkan lain. Dalam kenyataan, itu mungkin tidak saling memengaruhi;
mungkin terdapat variabel ketiga yang memengaruhi kedua variabel
No comments:
Post a Comment