Sosial ekonomi yaitu lingkungan yang terdiri
dari manusia baik secara individu maupun kelompok yang saling berhubungan,
sehingga terbentuklah komunitas- komunitas sosial dan kegiatan-kegiatan
perekonomian. Komunitas sosial dan kehidupan ekonomi akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas lingkungan kehidupan dimana manusia tersebut berada. Kualitas
lingkungan sosial ekonomi yang baik yaitu jika kehidupan manusia yang ada di
lingkungan tersebut secara ekonomi terpenuhi, tidak kekurangan pangan dan
sandang, memiliki rumah, berpendidikan, merasa aman dan nyaman, terpenuhinya sarana
dan prasarana yang dibutuhkan dan lain sebagainya. Semua kebutuhan tersebut
akan dapat terpenuhi dengan cara mereka harus memiliki pekerjaan dan pendapatan
yang tepat dan memadai (Sunarko, 2007).
Sementara itu, menurut Soekanto (2002),
sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan
orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta
kewajibannya dalam hubungannya dengan sumberdaya. Kondisi sosial ekonomi
masyarakat akan selalu mengalami perubahan, melalui proses sosial dan interaksi
sosial yaitu suatu proses hubungan dan saling mempengaruhi, yang terjadi antar
individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan
kelompok
Pembangunan dan penataan lingkungan buatan
akan berdampak pada aspek Sumber Daya Alam (SDA) baik air, udara dan tanah.
Semua itu akan memberikan dampak pada aspek sosial, baik perubahan ke arah
negatif maupun ke arah positif. Namun sebagian besar perubahan yang ditimbulkan
dari berubahnya lingkungan alam dan buatan telah memberikan perubahan sosial ke
arah negatif (Reksohadiprodjo, 1997).
Akibat dari perubahan kualitas lingkungan
alam, manusia sebagai makhluk yang berada di dalamnya akan memberikan reaksi
penyesuaian diri. Reaksi tersebut diawali dengan stress yang mana aspek ini
diakibatkan oleh suatu keadaan dimana lingkungan mengancam atau membahayakan
keberadaan atau kesejahteraan atau kenyamanan diri seseorang. Ada dua macam
tindakan manusia dalam menghadapi stress ini, pertama adalah tindakan langsung
dan yang kedua adalah penyesuaian mental. Migrasi atau berpindah tempat adalah
contoh tindakan langsung akibat perubahan lingkungan.
Menurut Roucek dan Warren aspek sosial
ekonomi pada suatu masyarakat umumnya dipengaruhi oleh aspek lingkungan alam
dimana masyarakat tersebut berdomisili. Aspek sosial ekonomi memberikan
gambaran mengenai tingkat pendapatan masyarakat, jenis atau keragaman mata
pencaharian yang ditekuni, aspek perumahan serta hubungan atau interaksi antara
individu maupun kelompok masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Aspek
sosial ekonomi seseorang dapat ditentukan lewat kegiatan ekonomi yang
dilakukan, jumlah pendapatan yang diperoleh, jenis pekerjaan yang ditekuni,
pendidikan formal, pemilikan barang dan pemilikan rumah.
Menurut Hagul (1985) pendekatan sosial
ekonomi pembangunan terbatasi atas tiga berdasarkan manusianya, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
The
Trickle Down Theory, yaitu suatu pendekatan program percepatan pembangunan dan
hasilnya dinikmati baik secara langsung atau tidak oleh masyarakat.
2.
Basic
Needs Approach, yaitu pendekatan yang meliputi upaya secara langsung
menanggulangi masalah kebutuhan pokok misalnya: Gizi, kesehatan, kebersihan,
pendidikan, dll.
3.
Development
From Within, yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengembangkan potensi
kepercayaan dan kemampuan masyarakat itu sendiri serta membangun sesuai tujuan
yang mereka kehendaki.
Selanjutnya Reksohadiprodjo (1997)
mengemukakan bahwa pembangunan kota akan mempunyai dampak social ekonomi yang
bernilai positif maupun negatif. Berbagai masalah kota muncul seperti
kemiskinan akibat terbatasnya mata pencaharian dan tingkat pendapatan, masalah
kesehatan yang akan berakibat terhadap produktivitas, masalah pendidikan yang
akan berakibat terhadap sumber daya manusia, masalah lingkungan hidup yang akan
berakibat terhadap daya dukung kota.
Salah satu konsep tentang dampak suatu
pembangunan infrastruktur jalan bertolak
dari pemikiran bahwa masyarakat itu dipandang sebagai suatu bagian dari
ekosistem. Perubahan dari salah satu subsistem akan mempengaruhi subsistem yang
lain. Di dalam masyarakat terdapat tiga subsistem yang saling interaktif yakni
(Sudharto P. Hadi, 2005):
1.
sistem
social,
Secara sosial pembangunan
infrastruktur transportasi
menyediakan berbagai kemudahan, diantaranya (Prapti, 2015): a) Pelayanan untuk perorangan atau
kelompok, b) Pertukaran atau penyampaian informasi, c) Perjalanan untuk
bersantai, d) Memendekkan jarak, e) Memencarkan penduduk Di samping itu ada manfaat
lain
2.
sistem
ekonomi,
J’afar M. (2007) menyatakan bahwa,
infrastruktur memiliki peranan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan
jangka pendek menciptakan lapangan kerja sektor konstruksi dan jangka menengah
dan panjang akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas
sektor-sektor terkait. Infra- struktur sepertinya menjadi jawaban dari
kebutuhan negara- negara yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan
membantu penanggulangan kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup, mendukung tumbuhnya
pusat ekonomi dan meningkatkan mobilitas barang dan jasa serta merendahkan
biaya aktifitas investor dalam dan luar negeri
3.
sistem
fisik atau lingkungan fisik.
Meskipun membawa dampak positif, pembangunan
infrastruktur jalan juga membawa dampak negatif diantaranya (Kementrian
Pekerjaan Umum RI, 2010): 1. Berkurangnya lahan produktif pertanian. 2. Adanya
pengurangan luasan lahan terbuka hijau. 3. Rusaknya lingkungan hidup di sekitar
pembangunan infrastruktur jalan.
Dampak muncul ketika terdapat aktivitas: proyek, program atau
kebijaksanaan yang akan diterapkan pada suatu masyarakat. Bentuk intervensi ini
(karena aktivitas biasanya selalu datang dari luar masyarakat) mempengaruhi
keseimbangan pada suatu sistem (masyarakat). Pengaruh itu bisa positif, bisa pula
negatif (Sudharto P. Hadi, 2005)
No comments:
Post a Comment