1.
Batas fisik kota selalu mengalami perubahan,
sehingga batas fisik kota tidak selalu berada didalam batas administrasi kota.
Northam dalam Yunus (1994) mengatakan terdapat tiga macam kemungkinan hubungan
antara eksistensi batas fisik kota dengan batas administrasi kota, yaitu
1.
Batas
fisik kota yang ditunjukkan areal terbangun berada jauh diluar batas
administrasi kota (Under Bound City).
2.
Batas
fisik kota berada didalam batas administrasi kota (Over Bounded City).
3.
Batas
fisik kota berimpitan dengan batas administrasi kota (True Bounded City).
Menurut Branch (1995) beberapa unsur yang
mempengaruhi perkembangan kota, antara lain: keadaan geografis, lokasi site,
fungsi kota, sejarah, serta kebudayaan yang melatar belakanginya. Sedangkan
pertumbuhan kota lebih cenderung dianalisis dari pertumbuhan penduduk
perkotaan. Semua unsur tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi, dan
dalam tampilan fisik tercermin dari bentukan fisik perkotaan yang mengalami
fungsi – fungsi tertentu. Keadaan topografi dan perkembangan sosial ekonomi
akan mengakibatkan perkembangan pola kota yaitu:
1.
Pola
menyebar, pada keadaan topografi yang seragam dan kegiatan ekonomi yang homogen
di suatu wilayah akan menyebabkan perkembangan dengan pola menyebar.
2.
Pola
sejajar, terjadi akibat adanya perkembangan kota mengikuti jalur jalan, lembah,
sungai, atau pantai.
3.
Pola
merumpun, berkembang karena adanya sumberdaya alam tertentu yang menonjol.
Sedangkan menurut Jayadinata (1999), pola –
pola perkembangan kota yang terdapat di atas lahan yang bertopografi datar
dapat menjadi bentuk – bentuk radial menerus, radial tidak menerus, gridion
menerus, radial menerus atau linear menerus. Kota terbentuk dari berbagai aspek
yaitu aspek fisik, ekonomi, sosial, serta kebudayaan. Perkembangan aspek –
aspek tersebut secara otomatis akan mempengaruhi perkembangan kota satu dengan
lainnya tidak sama, ada kota yang tumbuh pesat namun adapula yang sulit
berkembang. Hal ini disebabkan setiap kota memiliki ciri atau kondisi aspek
yang beragam satu sama lainnya. Dengan didasari perkembangan tersebut suatu
kota memiliki pendorong maupun penarik perkembangan yang beragam pula.
Apabila dicermati, berkembangnya suatu kawasan
tidak akan terlepas dari berkembangnya pusat kota. Terdapat beberapa hal yang
berkaitan dengan proses perkembangan kawasan kota, yaitu:
1.
Proses
Perkembangan Fisik Wilayah
Proses ini adalah proses perkembangan fisik
wilayah ke arah “mengkota”. Perubahan bentuk fisik wilayah ini tentunya terjadi
pada wilayah yang secara administrasi dekat dengan kota.
2.
Proses
Aglomerasi Penduduk
Proses perkembangan penduduk di suatu kawasan
pusat kota sangat dipengaruhi oleh aglomerasi penduduk yang memiliki tujuan
untuk meningkatkan taraf kehidupannya dan mendapat akses yang lebih mudah untuk
menjangkau pusat kota.
3.
Proses
Urbanisasi Penduduk
Aktivitas identik dengan manusia, sehingga
semakin banyak aktivitas mengindikasikan banyaknya manusia yang ada di kawasan
tersebut. Hal ini erat kaitannya dengan proses urbanisasi, karena disuatu
kawasan terdapat sebuah pusat aktivitas baru yang menyebabkan orang-orang
berdatangan kedalam kawasan tersebut.
4.
Pemanfaatan
Lahan dengan Kepadatan Tinggi
Adanya minat yang tinggi dari masyarakat
untuk bermukim di lahan perkotaan menjadikan perluasan wilayah perkotaan secara
fungsional di wilayah pinggiran menjadi solusinya. Akan tetapi perlu dicermati
pula bahwa keseimbangan wilayah harus tetap terjaga antara wilayah perkotaan
dan non-perkotaan agar kontinuitas wilayah dapat berjalan dalam waktu yang
panjang. Berkaitan dengan hal tersebut maka wilayah perkotaan juga harus bisa
dibatasi, salah satu caranya adalah dengan memaksimalkan lahan secara vertikal.
Perluasan bangunan tidak lagi dilakukan melebar, namun memanfaatkan ruang
kosong yang ada diatas.
No comments:
Post a Comment