Selanjutnya, Porter et al., (1973) dalam Tobing (2009: 32)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan relatif individu
terhadap suatu organisasi dan keterlibatannya dalam organisasi tertentu,
yang dicirikan oleh tiga faktor psikologis yaitu keinginan yang kuat
untuk tetap menjadi anggota organisasi tertentu, keinginan untuk
berusaha sekuat tenaga demi organisasi dan kepercayaan yang pasti dan
penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi.
Seperti yang dikemukakan oleh Allen dan Meyer (1990: 1) bahwa
yang komitem afektif merupakan:
“The employee’s emotional attachment to, idenditication with, and
involvement in the organization”.
Dari pengertian diatas, komitmen afektif berkaitan langsung dengan
keterikatan emosional karyawan, identifikasi karyawan, dan keterlibatan
karyawan pada organisasi.
a. Emosional
Komitmen afektif menyatakan bahwa organisasi akan membuat
karyawan memiliki keyakinan yang kuat untuk mengikuti segala
nilai-nilai organisasi, dan berusaha unutk mewujudkan tujuan
organisasi sebagai prioritas utama.
b. Identifikasi.
Komitmen afektif muncul karena kebutuhan, dan memandang
bahwa komitmen terjadi karena adanya ketergantungan terhadap
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan dalam organisasi pada masa
lalu dan hal ini tidak dapat ditinggalkan karena akan merugikan.
c. Keterlibatan karyawan pada organisasi.
Dengan demikian, karyawan yang memiliki komitmen afektif
yang kuat akan terus bekerja dalam organisasi karena mereka
memang ingin (want to) melakukan hal tersebut.
Kecenderungan komitmen yang tinggi pada seorang karyawan, yakni
memiliki keinginan untuk dapat tetap bertahan dalam organisasi,
keinginan untuk mencapai tujuan organisasi, meningkatnya keterlibatan
karyawan dalam aktivitas organisasi, dan dapat menunjukan rasa saling
memiliki terhadap perusahaannya (Rhoades, Eisenberger, & Armeli,
2001). Karyawan yang telah bekerja cukup lama dalam organisasi yang
selalu konsisten dalam ekspektasi yang diharapkan serta pemuasan
kebutuhan dasarnya akan cenderung untuk membentuk ikatan afektif
yang lebih kuat terhadap organisasi daripada karyawan yang memiliki
pengalaman lebih sedikit atau kurang terpuaskan kebutuhannya (Meyer,
Allen, & Smith, 1993) dalam (Han et. al, 2012).
No comments:
Post a Comment