Spiritualitas tempat kerja mengandung tiga dimensi yang meliputi: inner life
(kehidupan batin), meaning work (pekerjaan yang bermakna) dan belonging to the
community (menjadi bagian dari komunitas).
a. Kehidupan batin, antara lain: a). Merasa kehidupan itu penuh harapan;
b). nilai spiritual mempengaruhi dalam membuat pilihan-pilihan; c).
menganggap diri sendiri sebagai pribadi yang spiritual; d).
Mengekspresikan identitas spiritual dalam praktek-praktek ibadah; e).
peduli terhadap kesehatan spiritual rekan kerja dan f). Pekerjaan
menciptakan perasaan bahagia.
b. Pekerjaan yang bermakna, antara lain: a). Pekerjaan menciptakan
kegembiraan pada orang lain, b). Pekerjaan membangkitkan semangat,
c). Pekerjaan berkaitan dengan sesuatu hal yang dianggap penting dalam
kehidupan, d). Berusaha untuk tidak absen (mangkir) dalam bekerja, e).
Melihat keterkaitan antara pekerjaan dengan kebaikan sosial yang lebih
besar pada komunitas, f). Pekerjaan memberi makna (arti) personal.
c. Menjadi bagian dari komunitas, antara lain: a). Merasa menjadi bagian
dari suatu komunitas di tempat kerja, b). Penyelia mendorong
pertumbuhan kepribadian, c). Pengalaman-pengalaman di dalam
pekerjaan mengakibatkan tertumbuhan pribadi (Abdurrahman dan
Agustini, 2011:536).
Ada banyak dimensi yang menjadi tolok ukur spiritualitas yang
dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam penelitian ini digunakan
pengukuran spiritualitas dengan dimensi-dimensi yang dikembangkan oleh
Gupta, Kumar & Singh (2013), yaitu:
a. Makna pekerjaan, melakukan suatu pekerjaan yang bermakna bisa
menambah kreativitas, dan mendorong kebahagiaan yang akan
secara pasti meningkatkan kepuasan karyawan
b. Interaksi dengan komunitas, suatu perasaaan tentang
keharmonisan yang berasal dari bekerja untuk suatu tujuan yang sama
dengan sekolompok orang. Pada jaman sekarang ini, karyawan
menghabiskan mayoritas dari waktunya di tempat kerja dan hanya
sedikit waktu untuk lingkungan sekitar ataupun teman. Oleh karena
itu, karyawan ingin memenuhi kebutuhan ini di tempat kerja melalui
dimensi tersebut
c. Nilai organisasi, perilaku yang sesuai dan diterima oleh
organisasi harus diikuti oleh seluruh anggota dalam organisasi
Sehubungan dengan berubahnya lingkungan kerja secara cepat,
nilai-nilai organisasi menjadi hal yang sangat penting. Miliman
et al (2003) dikutip oleh Gupta, Kumar & Singh (2013)
menyatakan bahwa nilai-nilai adalah faktor spiritual yang sangat
penting untuk memenuhi kepuasan karyawan
d. Kepeduliaan, sebuah perasaan simpati yang dalam kepada
siapapun yang sedang mengalami kesulitan dan juga mempunyai
kemauan yang besar untuk mengurangi beban kesulitan tersebut.
Delgado (2005) yang dikutip Gupta, Kumar & Singh (2013)
melihat bahwa dimensi ini sebagai sebuah hasrat untuk
salingpeduli dan bentuk dukungan satu sama lain, dan dengan
begitu manusia akan merasa puas.
Menurut Giacalone dan Jurkiewicz (2005) sebagaimana dikutip oleh
Nurtjahjanti (2010), spiritualitas dapat dipandang dari berbagai level, yaitu :
a. Level individu, mengacu pada kumpulan nilai individu yang
mendorong pengalaman transenden melalui proses kerja, dan
memfasilitasi perasaan terhubung dengan orang lain sekaligus
memberikan perasaan lengkap dan bahagia.
b. Level organisasi, mengacu kepada kerangka kerja dari nilai-nilai budaya
organisasi yang mendorong pengalaman transenden para karyawan
melalui proses bekerja, memfasilitasi perasaan terhubung dengan
orang lain sekaligus memberikan perasaan lengkap dan bahagia.
Spiritualitas dalam level ini berkaitan dengan visi dan nilai-nilai budaya
organisasi.
No comments:
Post a Comment