Aaker (1997) dalam Nysveen, Pedersen dan Skard (2013) pengalaman
sensorik dapat membuat konsumen merasakan merek sebagai tarikan yang kuat.
Dalam konteks konsumsi, McAlexander dan Schouten (1998) dalam Schouten,
McAlexander dan Koenig (2007) menemukan pemicu untuk memasukkan sensory
experiences, seperti pemandangan, suara dan wewangian secara tidak langsung
memuaskan seseorang.
Dalam domain pengolahan sensorik, bukti saat ini menunjukkan ada
penyimpangan berbeda yang beroperasi dalam pengembangan saraf tetapi sifat
dan waktu dari pengalaman sensorik sangat penting dalam menentukan identitas
dan arsitektur fungsional dari sistem otak (Kaas, 1995; Sur, Pallas, & Roe, 1990;
Schlaggar & O’Leary, 1991; Rauschecker, 1995 dalam Neville et al., 1997).
Menurut Lindstrom (2005) supaya merek bertahan maka harus mengevaluasi dan
mengintegrasikan semua titik sentuh sensorik mereka. Merek harus memiliki
landasan merek sensorik dengan cara yang sama seperti manusia membutuhkan
oksigen.
Pada penelitian ini definisi dari sensory adalah daya tarik kuat yang
dirasakan konsumen akibat sesuatu yang dipicu oleh penglihatan, suara dan
wewangian. Definisi tersebut merujuk pada Aaker (1997) dalam Nysveen,
Pedersen dan Skard (2013), McAlexander dan Schouten (1998) dalam Schouten,
McAlexander, dan Koenig (2007).
No comments:
Post a Comment