Friday, June 28, 2024

Brand Love

 


Menurut Sohaib., et al (2022) brand love merupakan keterlibatan
serangkaian emosi positif seperti hasrat maupun kesenangan yang
dialami oleh pelanggan saat menggunakan, mengenal, serta terpapar
oleh merek. Brand love yang dialami oleh pelanggan dapat berlangsung
lama karena merek tersebut telah dicintai pelanggan dan dianggap
merek tersebut tidak tergantikan, sehingga pelanggan akan semakin
loyal terhadap merek (Widiasuari & Sukaatmadja, 2021). Jika brand
love telah dialami oleh pelanggan akan menghasilkan keuntungan dan
manfaat bagi perusahaan. Keuntungan yang didapatkan perusahaan
adalah terjadi positifnya word of mouth maupun dari e-WOM, sehingga
perusahaan akan mendapatkan kenaikan pendapatan, loyalitas
pelanggan, dan mendapatkan daya saing yang kuat sehingga dapat
mempertahankan perusahaan secara jangka panjang (Sherly, et al.,
2022) .
Brand love yang dirasakan oleh pelanggan dapat berfungsi dalam
menurunkan emosi pelanggan pada saat merek mengalami kegagalan
maupun terjadi permasalahan internal yang berdampak kepada
pelanggan. Hal ini bisa terjadi karena pelanggan dengan memiliki
kualitas hubungan yang tinggi dan memiliki rasa kecintaan terhadap
merek, sehingga brand love menjadi peran dalam hal menurunkan
keinginan untuk melakukan pembalasan kepada merek saat pelanggan
mengalami masalah Zhang., et al, (2020) Brand love sendiri memiliki
efek kepada pelanggan yaitu “cinta itu buta” yang membuat pelanggan
akan terus mencintai merek walaupun merek tersebut melakukan
kegagalan maupun kesalahan. Dari hal tersebut menjadikan brand love
sebagai susunan kepuasan yang lebih tinggi, sebab pelanggan
(individu) telah mencintai merek dan akan selalu merasa puas dengan
produk maupun kinerja dari merek (Babu & Babu, 2021). Dengan
demikian brand love dapat dijadikan indikator yang sangat penting
dalam melakukan pemasaran maupun branding karena dapat
menentukan pertumbuhan merek dan kesuksesan dari merek (Chen dan
Qasim, 2020). Selain itu, brand love memiliki konstruksi multidimensi
berdasarkan Batra., et al (2017) sebagai berikut:
a. Self-brand integration
Brand love yang diciptakan akan terintegrasi ke dalam diri
pelanggan, pelanggan mengekspresikan nilai-nilai yang teguh
dan identitas kelompok yang penting, serta pelanggan
memberikan penghargaan intrinsik kepada merek. Selain itu
pelanggan akan sering berpikir dan membicarakan tentang
brand love kepada merek.
b. Passion driven behaviors
Pelanggan akan berinvestasi baik berupa uang dan waktu untuk
bersama dengan produk/jasa dari merek. Selain itu pelanggan
memiliki semangat kepada merek yang dicintai, hal ini
disebabkan karena pelanggan sering berinteraksi dengan merek.
c. Positive emotional connection
Brand love menimbulkan emosi dan pengalaman antara
pelanggan dengan merek. Kedua hal tersebut memiliki
hubungan positif disaat pelanggan berpikir tentang merek
maupun disaat menggunakan merek.
d. Long-term relationship
Merek digunakan dalam jangka waktu yang lama (panjang)
sehingga menjadi bagian dalam hidup pelanggan jangka lama
(panjang).
e. Anticipated separation distress
Merupakan dimensi brand love mencangkup rasa kecemasan,
khawatir, dan perasaan takut yang dirasakan oleh pelanggan
ketika berpisah dengan merek.
f. Attitude valence
Merupakan dimensi yang dimana brand love membuat
pelanggan sering membicarakan merek kepada orang lain,
pelanggan akan sering memikirkan merek, dan merasakan kasih
sayang ataupun jatuh cinta kepada merek

No comments:

Post a Comment