Friday, August 30, 2024

Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

 


Model Unified Theory of Acceptance and Use of
Technology (UTAUT) sudah banyak dikembangkan oleh para
peneliti sebelumnya. Berbagai penelitian terdahulu telah
dilakukan dengan aspek-aspek mengenai penerimaan dan
penggunaan teknologi informasi dengan menggunakan model
UTAUT. Faktor pembeda yaitu terletak pada faktor
eksternalnya.
Penelitian pertama mengenai UTAUT dilakukan oleh
Venkatesh (2003) yang mengintegrasikan teori dan
beberapa penelitian penerimaan indivual teknologi
informasi ke dalam model teoritis terpadu yang menemukan
elemen penting dari delapan model yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tes ini memberikan dukungan empiris yang
kuat untuk UTAUT, yang mengemukakan tiga determinan
langsung niat untuk menggunakan teknologi (Performance
Expectancy, Effort Expectancy dan Social Influence)
serta dua penentu perilaku penggunaan (Behavior
Intention dan Facilitating Conditions). Selain itu ada
beberapa pengaruh variabel moderator seperti pengalaman
(experience), kesukarelaan (voluntariness), jenis
kelamin (gender), dan usia (age). UTAUT mampu
memperhitungkan 70 persen varians dalam niat
penggunaan/peningkatan yang substansial dari delapan
model asli dan ekstensi (Venkatesh, et al., 2003).
Lin, dkk. (2004) melakukan penelitian untuk menguji
kemungkinan bahwa pengaruh teman sebaya juga merupakan
faktor penting untuk penggunaan aplikasi pesan instan
(instant messaging) oleh kaum muda. Pengaruh sosial
menjadi dua konstruk yang berbeda, pengaruh teman sebaya
dan pengaruh sosial. Hal ini diyakini bahwa pengaruh
teman sebaya adalah faktor yang sangat penting terhadap
banyak aspek kehidupan pada anak muda. Kuesioner
diberikan kepada 300 mahasiswa pada jurusan yang
berbeda-beda dalam suatu universitas dan hasilnya banyak
hipotesis didukung relative tinggi (misalnya 0,6 untuk
Behavior Intention) sehingga menunjukkan bahwa model
UTAUT yang dimodifikasi dapat digunakan untuk
mempelajari penerimaan dan penggunaan pesan instan
(acceptance and use of instant messaging) antar siswa.
Kemampuan fungsional terbukti memiliki efek langsung
yang signifikan terhadap faktor performance expectancy,
effort expectancy, dan behavioral intention.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Rosen (2005),
yang menemukan data bahwa penerimaan pengguna akhir (end
user) terhadap teknologi informasi (TI) adalah salah
satu dari banyak faktor penentu keberhasilan pelaksanaan
project TI, dan kurangnya penerimaan dapat menyebabkan
kegagalan proyek. Ketika project TI gagal, biaya bisa
menjadi signifikan. Survei KPMG terhadap 134 perusahaan
(kebanyakan orang Eropa) menemukan bahwa rata-rata biaya
kegagalan proyek TI adalah 14 juta dollar, dengan contoh
terburuk yang menyebutkan kerugian sebesar 240 juta
dollar (Rosen, 2005). Rosen melakukan penelitian tentang
pengaruh Personal Innovativeness on Technology
Acceptance and Use (PIIT) yang dibangun dalam kerangka
model UTAUT yang dimodifikasi. Dengan menyertakan PIIT,
diharapkan jumlah varians yang dijelaskan dalam kedua
niat perilaku (behavioral intention) untuk digunakan dan
penggunaan sebenarnya dari teknologi baru harus
meningkat, memberikan gambaran yang lebih realistis
tentang penerimaan TI tingkat individu. Hasil penelitian
tersebut ditetapkan bahwa PIIT yang mengukur kemauan
seseorang untuk mencoba teknologi informasi baru
nampaknya sangat sesuai. PIIT telah diuji sebagai
moderator antara persepsi pengguna akhir (end user)
tentang teknologi dan niat mereka untuk menggunakan
teknologi.
AlAwadhi dan Morris (2008) melakukan penelitian
untuk mencari faktor-faktor yang menentukan penerapan
layanan e-government di Kuwait. AlAwadhi telah
mengidentifikasi sejumlah faktor yang dibutuhkan untuk
menentukan penerapan layanan e-government di negara
maju, seperti kegunaan (usefulness), kemudahan
penggunaan (easy of use), risiko ynag dirasakan
(perceived risk), kepercayaan (trustworthiness),
kompatibilitas (compatibility), pengaruh eksternal
(external influence), keamanan internet (internet
safety), pengaruh interpersonal (interpersonal
influence), keuntungan relatif (relative advantages),
citra (image) dan kondisi fasilitas (facilitating
conditions). AlAwadhi menguji faktor-faktor tersebut di
negara berkembang, hasil penelitian mengidikasikan bahwa
responden dengan pengalaman berinternet yang lebih besar
menyadari manfaat yang mereka dapatkan dari menggunakan
internet dan harapan kinerja (performance expectancy)
berpengaruh signifikan terhadap niat siswa (AlAwadhi &
Morris, 2008).
Penelitian lainnya dilakukan oleh Lakhal (Lakhal,
et al., 2013), yang menguji faktor psikologis yang dapat
mempengaruhi penerimaan teknologi webinar oleh mahasiswa
bisnis. Berdasarkan teori UTAUT, penelitian ini menguji
model teoritis yang mencakup tujuh variabel yaitu niat
perilaku (performance expectancy), harapan kinerja
(effort expectancy), pengaruh sosial secara umum
(general social influence), pengaruh sosial sebaya (peer
social influence), kondisi fasilitas (facilitating
conditions) dan otonomi (autonomy). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendorong utama niat perilaku untuk
menggunakan webinar adalah harapan kinerja, kondisi
fasilitas, pengaruh sosial umum dan otonomi yang
dimediasi oleh harapan kinerja (R2 = 50.5%). Model
struktural selanjutnya diteliti pada kelompok jenis
kelamin dan usia. Hasilnya menunjukkan pola kekuatan dan
hubungan signifikan yang berbeda antara kelompok dengan
model keseluruhan, menunjukkan bahwa jenis kelamin dan
usia memainkan peran moderat

No comments:

Post a Comment