Wednesday, June 26, 2024

Indikator Brand Image

 


Menurut Kotler dan Keller (2017) bahwa dalam brand image terdiri atas tiga
indikator yang meliputi sebagai berikut :

  1. Attributes (Atribut), merupakan pendefisian deskriptif tentang fitur-fitur yang
    ada dalam sebuah produk. Terdapat dua macam atribut yaitu,
    a) Product related attributes (atribut produk), didefinisikan sebagai bahan-
    bahan yang diperlukan agar fungsi produk yang dicari konsumen dapat
    bekerja. Berhubungan dengan komposisi fisik atau persyaratan dari suatu
    jasa yang ditawarkan dapat berfungsi.
    b) Non-product related attributes (atribut non-produk), merupakan aspek
    eksternal dari suatu produk yang berhubungan dengan pembelian dan
    konsumsi suatu produk. Terdiri dari informasi tentang herga, kemasan dan
    desain produk, orang, per group atau selebriti yang menggunakan produk
    tersebut, bagaimana dan dimana produk tersebut digunakan.
  2. Benefits (Keuntungan), nilai personal yang dikaitkan oleh konsumen pada
    atribut-atribut sebuah produk, ada tiga jenis benefits :
    a) Functional benefits : berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar
    seperti kebutuhan fisik atau pemecahan masalah yang dibutuhkan oleh
    konsumen.
    b) Experiental benefits: berhubungan dengan perasaan yang muncul dengan
    menggunakan suatu produk. Benefit ini memuaskan kebutuhan
    bereksperimen seperti kepuasan sensori atau bisa disebut juga produk
    dapat diterima oleh konsumen bisa dari aspek gizi ataupun fungsional
    produk.
    c) Symbolic benefits : berhubungan dengan kebutuhan akan persetujuan
    sosial atau ekspresi personal dan self-esteem (harga diri) seseorang.
    Konsumen akan menghargai nilai-nilai prestise, eksklusivitas dari sebuah
    merek karena hal-hal ini berhubungan dengan konsep diri mereka.
  3. Brand Attitude (Sikap Merek), didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan atas
    satu merek, apa yang dipercayai oleh konsumen mengenai merek-merek
    tertentu sejauh apa konsumen percaya bahwa produk tersebut memiliki atribut
    atau keuntungan tertentu, dan penilaian evaluatif terhadap kepercayaan tersebut
    bagaimana baik atau buruknya suatu produk jika memiliki atribut atau
    keuntungan tersebut.

Pengertian Brand Image

 


Menurut Keller dalam (Widyastuti & Said, 2017) brand image adalah
persepsi seorang konsumen terhadap suatu merek yang juga merupakan cerminan
ingatan yang dapat digambarkan dan berhubungan dengan merek.
Kemudian menurut (Khuong & Tran, 2018) brand image adalah sebuah situasi
dimana konsumen berpikir dan merasa sebuah atribut dari sebuah merek sehingga
konsumen dapat dengan baik merangsang niat pembelian konsumen dan
meningkatkan nilai merek.
Selain itu menurut (Suhaily & Darmoyo, 2017) hubungan antara brand image
terhadap keputusan pembelian adalah situasi dimana brand dapat mempengaruhi
perilaku seorang konsumen terhadap suatu produk dalam keputusan pembelian
sehingga semakin baik brand image dan semakin besar peluang terhadap keputusan
pembelian

Indikator Brand Awareness

 


Setiap kegiatan pemasaran selalu berupaya untuk memperoleh tingkat
kesadaran merek yang lebih tinggi sebagai top of mind. Jika suatu merek tidak
berada dalam benak konsumen, merek tersebut tidak dipertimbangkan di benak
konsumen. Biasanya merek-merek yang disimpan dalam ingatan konsumen adalah
merek yang disukai atau merek yang dibenci oleh konsumen (Durianto dalam sari
dkk, 2017: 205)
Menurut Keller (dalam Winadi, 2017: 3), ada empat indikator yang dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh konsumen aware terhadap sebuah
brand, yaitu :

  1. Recall, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya merek
    apa saja yang diingatnya. Nama merek yang sederhana, mudah diingat, mudah
    diucapkan, dan memiliki arti yang jelas membuat suatu merek mudah muncul
    dalam ingatan konsumen.
  2. Recognition, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut
    termasuk kedalam kategori produk tertentu.
  3. Purchase, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut
    termasuk pilihan ketika akan membeli sebuah produk.
  4. Consumption, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali suatu merek
    ketika sedang menggunakan merek pesaing

Pengertian Brand Awareness

 


Menurut Durianto, dkk ( 2017 : 54 ) Brand awareness adalah kesanggupan
seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek
sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. Konsumen lebih cenderung
menyukai atau membeli merek yang sudah dikenal karena konsumen merasa aman
dengan sesuatu yang dikenal. Kebanyakan konsumen berasumsi bahwa sebuah
merek yang sudah dikenal mempunyai kemungkinan bisa diandalkan, kemantapan
dalam bisnis, dan kualitas yang bisa dipertanggung jawabkan.
Kemudian menurut Husnawati (2017) Brand awareness merupakan salah
satu dimensi dasar dari ekuitas suatu merek yang sering dianggap sebagai salah satu
persyaratan dari keputusan pembelian seorang konsumen, karena merupakan faktor
penting dalam pertimbangan suatu merek. Faktor kesadaran penting dalam konteks
dimana merek selalu diutamakan dalam suatu rangkaian pertimbangan dalam
keputusan pembelian.
Selain itu menurut (Tariq et al., 2017) hubungan antara brand awareness
terhadap keputusan pembelian adalah suatu gambaran yang dimiliki konsumen
untuk mengenali merek dalam kategori produk dan dapat mempengaruhi konsumen
untuk dapat membuat keputusan pembelian.

Pengertian dan Tujuan Brand

 


Bagi sebuah perusahaan brand merupakan suatu hal yang sangat penting karena
dengan adanya brand sebuah perusahaan memiliki identitas atau ciri khas yang
dapat dikenali pelanggan sehingga dapat bertahan dibenak konsumen pada produk
yang dijual oleh perusahaan. Menurut Aaker (2018 : 9) Brand adalah nama dan
simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap, atau kemasan) dengan
maksud mengidentifikasi barang dari seorang penjual atau sebuah kelompok
penjual tertentu, dengan demikian dapat lebih mudah membedakan barang yang
dihasilkan oleh para kompetitor.
Brand bertujuan sebagai identitas yang bermanfaat dalam membedakan produk
suatu perusahaan, selain itu brand juga dapat membuat produk lebih mudah diingat
oleh konsumen sehingga akan meningkatkan nilai jual produk tersebut. Adapun
tujuan dari pemberian brand menurut Firmansyah (2019 : 26) adalah :
1) Membangun kesadaran merek
Setelah perusahaan membangun kesadaran dalam pasar maka kesadaran
akan merek akan menjadi pelindung bagi kelangsungan bisnis tersebut,
hal ini disebabkan karena brand tersebut akan selalu mendapat perhatian
dari pasar dan juga brand tersebut akan selalu dipercaya oleh konsumen.
2) Menciptakan koneksi emosional
Ketika konsumen membeli produk dari perusahaan tersebut berdasarkan
dari perasaan dan hubungan mereka dengan bisnis perusahaan maka telah
menciptakan koneksi emosinal, menciptakan hubungan emosional
merupakan bagian penting dari branding sebuah bisnis.
3) Membedakan produk
Pada saat konsumen telah memahami mengapa produk berbeda dengan
produk yang lain atau bahkan lebih baik maka konsumen akan selalu
memiliki alasan untuk membeli produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
4) Menciptakan kredibilitas dan kepercayaan
Dalam strategi branding sangat penting merencanakan dan
mengembangkan kredibilitas dan kepercayaan konsumen. Hal ini dapat
menciptakan pengakuan dari pasar dan konsumen akan mampu
mengenali nama brand dan simbol visual seperti logo, warna, kemasan
atau produk sehingga dapat tertanam dalam benak konsumen

Hubungan Celebrity endorser Dengan Minat Beli Konsumen


Menurut (Shimp, 2003:463) Celebrity endorser ialah penggunaan
tokoh terkenal sebagai bintang iklan dari media cetak, sosial, dan televisi.
Celebrity juga digunakan ketenarannya termasuk penampilannya yang
menarik, berani, berbakat, dan memiliki daya tarik yang berguna terhadap
merek yang akan diiklankan.
Menurut Kotler (2008), minat beli adalah sesuatu yang timbul
setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari sana
timbul ketertarikan untuk mencoba produk tersebut sampai pada akhirnya
timbul keinginan untuk membeli agar dapat memilikinya

Hubungan Electronic Word Of Mouth Dengan Minat Beli Konsumen

 


Menurut Kotler dan Armstrong (2018: 515), electronic word of
mouth (e-WOM) adalah versi internet dari periklanan mulut-ke-mulut.
Electronic word of mouth (e-WOM) dapat berupa website, iklan dan
aplikasi online seluler, video online, email, blog, sosial media, dan event
marketing lainnya yang sangat menarik sehingga konsumen tertarik
untuk membagikannya ke orang lain.
Menurut Kotler (2008), minat beli adalah sesuatu yang timbul
setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, dari sana
timbul ketertarikan untuk mencoba produk tersebut sampai pada akhirnya
timbul keinginan untuk membeli agar dapat memilikinya