Sunday, July 7, 2024

Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas

 


Efektivitas kerja pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait.
Hasibuan (2017:113) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi efektivitas kerja, yaitu:
a) Lingkungan Kerja
Suasana lingkungan dimana pegawai bekerja baik lingkungan fisik seperti
keadaan ruangan, fasilitas dan juga lingkungan non physical seperti
hubungan dengan pegawai lain.
b) Pengawasan
Pengawasan yang dilakukan perusahaan terhadap seluruh pegawai untuk
memastikan bahwa pegawai bekerja sesuai dengan keinginan perusahaan.
c) Disiplin Kerja
Sikap pegawai dalam mematuhi segala peraturan dan norma yang berlaku
di perusahaan termasuk mematuhi segala perintah atasan mengenai tugas
dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab pegawai di perusahaan,
termasuk penyelesaian tugas sebelum deadline tugas yang diberikan.
d) Motivasi Kerja
Dorongan kuat yang mampu mendorong pegawai untuk bekerja lebih baik
yang disebabkan adanya motif dan harapan.
e) Kompensasi
Besar kompensasi yang diberikan perusahaan untuk apa yang dikerjakan
oleh pegawai, baik kompensasi financial seperti bonus, gaji, jaminan
kesehatan dan lain-lain, serta kompensasi non financial seperti promosi
jabatan, pujian, penambahan waktu cuti dan lain sebagainya

Pengertian Efektivitas

 


Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu
terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah
dicapai.
Menurut Siagian (2016:24) efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya,
sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang
dijalankan. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya
sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran,
berarti makin tinggi efektivitasnya.
Menurut pendapat diatas, bahwa konsep efektivitas merupakan suatu
konsep yang bersifat multi-dimensional, artinya dalam mendefinisikan efektivitas
berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki walaupun tujuan akhir dari
efektivitas adalah pencapaian tujuan. Kata efektif sering dicampuradukkan dengan
kata efisien walaupun artinya tidak sama, sesuatu yang dilakukan secara efisien
belum tentu efektif.
Suatu organisasi yang berhasil diukur dengan melihat seberapa jauh
organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, hal
ini menyangkut tingkat efektivitas kerja pada organisasi tersebut. Menurut Gibson
(2016:28) mengemukakan bahwa efektivitas dalam konteks perilaku organisasi
merupakan hubungan optimal antara produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas,
kepuasan, keunggulan dan pengembangan. Mondy (2015:11) juga
mengungkapkan bahwa efektivitas adalah pemanfaatan sumber sarana dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk
menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya

Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan

 


Kecerdasan emosional (emotional intelligence) mengacu pada
kemampuan mengenali, mengendalikan perasaan diri sendiri dan orang lain, dan
kemampuan pada memotivasi diri sendiri. Serta menggunakan perasaan –
perasaan tersebut untuk berfikir dan bertindak (Goleman, 2018: 512–513).
Kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan
seseorang. Maka, kecerdasan emosional dapat mempengaruhi cara seseorang
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari – hari
mulai dari keluarga, pekerjaan, dan lingkungan sosialnya. Kinerja karyawan
bukan hanya tentang kemampuan pekerjaannya saja, tetapi kemampuan untuk
mengelola, mengendalikan diri, dan membangun hubungan yang baik sangat
penting bagi setiap karyawan. Oleh karena itu, kecerdasan emosional sangat
dibutuhkan untuk berhasil dan berprestasi dalam bekerja

Pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan

 


Beban kerja merupakan suatu proses atau aktivitas berlebihan yang
menyebabkan stres pada seseorang. Hal ini, dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja karyawan karena kecepatan kerja yang terlalu cepat, tingkat keahlian
yang tinggi, dan volume kerja yang terlalu banyak (Sunyoto, 2017). Karyawan
sering dihadapkan pada situasi dimana mereka harus menyelesaikan dua atau
lebih tugas secara bersamaan. Tugas – tugas ini tentu saja membutuhkan waktu,
energi, dan sumber daya lain untuk diselesaikan. Beban kerja yang datang
dengan sumber daya yang terbatas pasti akan menurunkan kinerja karyawan.
Masalah yang mungkin timbul antara lain menurunnya daya tahan karyawan dan
adanya perasaan tertekan (Rolos et al., 2018). Beban kerja yang terlalu rendah
juga dapat menyebabkan kebosanan, mengurangi kepekaan terhadap
lingkungan, dan hilangnya kepedulian pada sekitar (Balqis & Sugiono, 2020).
Jadi, beban kerja yang diberikan haruslah seimbang, tidak terlalu sedikit dan
tidak terlalu banyak juga. Jika seseorang percaya dan merasa bahwa tugas yang
diberikan merupakan tantangan yang harus diselesaikan, meskipun tugas
tersebut terlalu banyak, maka karyawan tersebut akan tetap senang dengan
pekerjaannya. Sebaliknya, jika tugas yang berlebihan dianggap sebagai beban,
lambat laun mereka akan merasa lelah secara fisik dan mental sehingga
menurunkan kinerja (Astianto, 2014)

Pengaruh Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan

 


Komunikasi merupakan proses pemindahan pengertian, berupa ide atau
informasi, dari satu orang ke orang lain. Pencapaian tujuan organisasi
memerlukan komunikasi yang baik, dan dalam komunikasi tersebut terdapat
pemahaman, sehingga komunikasi dapat dipahami dan dilaksanakan antara
pihak satu ke pihak lain. Karyawan harus berinteraksi saat melakukan pekerjaan
agar dapat bekerja sama dengan karyawan lain atau atasan. Kerjasama yang baik
tentunya membutuhkan komunikasi yang baik antar elemen dalam organisasi.
Karyawan harus dapat berkomunikasi secara efektif, didukung dengan sarana
atau perlengkapan maupun peralatan yang lengkap untuk berkomunikasi dengan
cepat, mudah dan jelas. Komunikasi menjadi alat (tool) yang memegang peranan
penting dalam menunjang efektivitas organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi (Sugiono & Tobing, 2021).
Teori ini didukung oleh penelitian sebelumnya (Efendi & Guridno, 2021)
dengan judul The Effect of Transformational Leadership, Communication and
Discipline on Employee Performance and Their Impact on Company
Performance dengan hasil yang menyatakan bahwa komunikasi berpengaruh
langsung dan positif terhadap kinerja karyawan. 

Indikator Kecerdasan Emosional

 


Kecerdasan emosional dapat menentukan potensi seseorang untuk
mempelajari keterampilan praktis berdasarkan lima indikator (Goleman, 2018:
513):
a. Kesadaran Diri
Memahami apa yang seseorang rasakan pada saat tertentu dan
menggunakannya untuk mengambil keputusan pada diri sendiri, maka akan
memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, tolak ukur yang realistis atas
keahlian yang dimiliki. Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenali
emosi saat muncul. Kemampuan ini adalah dasar dari kecerdasan emosional,
yaitu kesadaran akan emosi diri sendiri. Kesadaran diri memungkinkan kita
menjadi lebih sadar akan suasana hati dan pikiran tentang suasana hati, jika kita
kurang sadar terhadap emosi diri sendiri maka akan mudah terjebak dan akan
dikendalikan oleh emosi. Kesadaran diri tidak menjamin penguasaan emosi,
tetapi merupakan salah satu prasyarat untuk mengendalikan emosi agar dapat
dengan mudah dalam mengendalikan emosinya.
b. Pengaturan Diri
Dapat mengelola emosi dengan baik sehingga akan berdampak positif
pada penyelesaian tugas, berhati – hati dan mampu menunda kepuasan sebelum
mencapai tujuan, dan menghindari tekanan emosional. Pengaturan diri adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengekspresikan emosinya secara
tepat dan dengan demikian tercapai keseimbangan dalam diri seseorang tersebut.
Menjaga emosi agar tetap terkendali adalah kunci menuju kesejahteraan
emosional. Emosi yang berlebihan, yang intensitasnya meningkat terlalu lama,
akan mengganggu kestabilan pada diri seseorang.
c. Motivasi
Menggunakan keinginan terdalam untuk membimbing dan
menggerakkan seseorang menuju tujuan yang telah ditentukan, membantu dalam
mengambil inisiatif dan bertindak dengan sangat efektif, serta bertahan
menanggung kegagalan dan kekecewaan. Kesuksesan dapat dicapai dengan
adanya motivasi dalam diri individu, ini berarti memiliki ambisi untuk menahan
pada kepuasan dan mengendalikan keinginan, sementara juga memiliki emosi
motivasi yang positif seperti antusiasme, gairah, optimisme, dan kepercayaan
diri.
d. Empati
Merasakan perasaan orang lain, dapat memahami perspektif orang lain,
menjaga hubungan saling percaya dan mampu beradaptasi dengan orang – orang
yang berbeda. Empati disebut juga dengan kemampuan mengenali emosi orang
lain. Sesorang dengan kemampuan berempati lebih akan mampu menangkap
isyarat sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang dibutuhkan orang lain,
sehingga mereka dapat menerima sudut pandang orang lain, lebih perasa
terhadap perasaan orang lain, dan dapat mendengarkan orang lain.
e. Keterampilan Sosial
Mengantur emosi dengan baik ketika berhadapan dengan orang lain dan
cermat membaca situasi dan jaringan kelompok sosial, serta berinteraksi dengan
baik untuk mempengaruhi dan memimpin menggunakan keterampilan –
keterampilan ini, dan juga mampu menyelesaikan permasalahan dan dapat
bekerja sama secara tim

Aspek – Aspek Kecerdasan Emosional

 


Sampai saat ini belum ada alat ukur yang digunakan untuk mengukur
kecerdasan emosional individu. Meskipun demikian, ada beberapa yang
menunjukkan bahwa seseorang memiliki ciri – ciri kecerdasan emosional.
Berbagai aspek kecerdasan emosional secara umum, yaitu (Goleman, 2009: 58):
a. Mengenali Emosi Diri
Keahlian individu yang memantau emosi dari waktu ke waktu, dan
memperhatikan emosi yang muncul. Ketidakmampuan dalam mencermati
perasaan yang sebenarnya berarti bahwa individu berada dalam kekuasaan
emosinya.
b. Mengelola Emosi
Keahlian menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
ketersinggungan atau kemurungan, dan konsekuensi dari kegagalan
keterampilan emosional dasar. Mereka yang mahir dalam keahlian ini akan bisa
bangkit lebih cepat dan sebaliknya. Kemampuan mengelola emosi meliputi
pengendalian diri dan ketenangan.
c. Motivasi Diri Sendiri
Keahlian dalam mengatur emosi ialah sarana untuk mencapai suatu
tujuan dan sangat penting memotivasi dan pengendalian diri. Individu dengan
keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efisien terlepas dari upaya
yang mereka lakukan.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Keahlian ini dapat disebut empati, ialah keterampilan yang didasarkan
pada kesadaran diri emosional, keterampilan ini merupakan keterampilan sosial
dasar. Orang yang memiliki empati lebih cepat menangkap isyarat sosial
tersembunyi yang menunjukkan apa yang dibutuhkan atau diinginkan seseorang.
e. Membangun Hubungan
Seni membangun hubungan sosial ialah kemampuan untuk mengelola
emosi orang lain, termasuk keterampilan sosial yang mendukung popularitas,
kepemimpinan, dan hubungan interpersonal yang sukses.