Monday, July 8, 2024

Aspek-aspek Motivasi

 Jurgense (dalam Ibrahim, 1999) yang mengadakan

penelitian di Minneapolis Gas Light Company menemukan
beberapa aspek yang mendasari timbulnya motivasi kerja, yaitu:
1) Rasa aman (Security)
Rasa aman atau security adalah dapat melakukan
pekerjaannya tanpa dibebani resiko yang dapat
membahayakan diri karyawan. Adanya perasaan aman
merupakan sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang,
terutama pada saat ia sedang melaksanakan tugas yang
merupakan tumpuan hidupnya. Perasaan yang aman ini
meliputi pengertian yang luas, dimana di dalamnya
termasuk rasa aman ditinjau dari kecelakaan kerja, rasa
aman dari kelanjutan hubungan kerja atau sewaktu-waktu
terkena PHK yang tidak dikehendaki.
2) Kesempatan untuk maju ( Advancement)
Adalah kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih
tinggi dari kedudukan sebelumnya. Setiap orang selalu
menginginkan adanya perkembangan dari usaha yang telah
dilakukannya. Dengan adanya kesempatan untuk maju itu,
maka keinginan untuk berkembang tersebut dapat terpenuhi.
3) Nama baik tempat bekerja (Company)
Nama baik tempat kerja adalah tempat dimana karyawan itu
bekerja sudah terkenal dan memiliki nama baik di
masyarakat. Adanya kebanggan pada tempat dimana
seseorang bekerja itu akan memberikan keyakinan dan
semangat pada dirinya untuk melakukan aktivitas kerjanya
dengan baik.
4) Teman Sekerja ( CoWorkers)
Yaitu teman kerja yang dapat bekerja sama dan berteman
dengan baik. Kerja sama dan rasa saling menghargai sesame
rekan sekerja akan memberikan perasaan tenang dan
membutuhkan persatuan dan keakraban yang dapat
memperlancar aktivitas kerja.
5) Jenis pekerjaan (Type of Work)
Jenis pekerjaan yang dimaksud yaitu kesesuaian pekerjaan
yang ditangani dengan keinginan karyawan itu sendiri.
Maksudnya disini adalah adanya kesesuaian antara
keinginan dan kemampuan karyawan tersebut pada tugas
yang diberikan, sehingga ia dapat bekerja dengan baik.
6) Gaji (Pay)
Gaji yang dirasakan cukup baik dan pantas bagi dirinya
menurut ukurannya sendiri. Hal ini merupakan kebutuhan
hidup yang paling mendasar dan merupakan faktor pertama
bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan dirasakan
adanya gaji yang cukup baik, maka diharapkan aktivitas
kerja karyawan ini tidak terhambat oleh pemikiran-
pemikiran bagaimana menghidupi dirinya sendiri dan
keluarganya.
7) Atasan (Supervisor) yang menyenangkan
Atasan yang menyenangkan adalah atasan yang dapat
membimbing sekaligus disukai oleh bawahannya. Sikap
ketauladanan yang ditunjukkan oleh atasan kepada bawahan
merupakan suatu contoh dan dapat memberikan ketenangan
dan tuntunan bagi karyawan dalam bekerja.
8) Jam Kerja (Hours)
19
Jam kerja yang tidak terlalu lama dan
membosankan.kebosanan dan kelelahan yang ditimbulkan
akibat terlalu lamanya jam kerja, dapat menyebabkan
perasaan jenuh dan malas, sehingga dapat menurunkan
gairah kerja karyawan.
9) Keadaan tempat kerja (Working Condition) yang baik
Keadaan tempat kerja yang baik misalnya dengan adanya
kebersihan, pergantian udara dan subu ruangan kerja dalam
kondisi baik.
10) Fasilitas-fasilitas lain yang disediakan (Benefits)
Fasilitas yang dimaksud adalah tersedianya fasilitas-fasilitas
lain yang terdapat di tempat kerja seperti asuransi
kesehatan, transportasi, pengobatan gratis, perumahan dan
lain-lain. Tersedianya fasilitas ini semakin memberikan
keyakinan bagi karyawan bahwa hidupnya tidak akan disia-
siakan dan menjadi terlantar, sehingga keadaan ini dapat
menambah kegairahan dalam bekerja

Jenis-jenis Motivasi

 


Adapula jenis motivasi yang dikemukakan oleh Gibson dan
Donnelly (1996:105) ada dua, yaitu:
1) Motivasi Positif
Manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah
kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi baik
ini semangat kerja bawahan akan tinggi karena manusia
pada umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2) Motivasi Negatif
Manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan
hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik
(prestasi rendah). Dalam memotivasi negative ini semangat
kerja dalam jangka waktu pendek akan meningkat. Karena
mereka takut dihukum, tetapi dalam jangka waktu panjang
akan berakibat kurang baik.

Pengertian Motivasi

 


Menurut Moorhead dan Griffin (2013:270), saat ini, secara
virtual semua orang praktisi dan sarjana punya definisi motivasi
tersendiri. Biasanya kata-kata berikut ini dimasukkan dalam
definisi: hasrat, keinginan, harapan, tujuan, sasaran, kebutuhan,
dorongan, motivasi, dan insentif.
Secara teknis, istilah motivasi berasal dari kata Latin
Movere, yang berarti “bergerak”. Arti ini adalah bukti dari definisi
komprehensif berikut ini: Motivasi adalah proses yang dimulai
dengan defisiensi fisiologis atau psikologis yang menggerakkan
perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif.
Dengan demikian, kunci untuk memahami proses motivasi
bergantung pada pengertian dan hubungan antara kebutuhan,
dorongan, dan insentif.
Didalam Ivancevich dan Konopaske (2006:148), terdapat
empat pendekatan isi yang penting terhadap motivasi:
1) Hierarki Kebutuhan Maslow
Inti teori Maslow adalah bahwa kebutuhan tersusun dalam
suatu hierarki (Maslow dan Kaplan, 1998). Kebutuhan di
tingkat yang paling rendah adalah kebutuhan fisiologis, dan
kebutuhan di tingkat yang paling tinggi adalah kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan tersebut didefinisikan sebagai
berikut:
a) Fisiologis (physiological). Kebutuhan akan makanan,
minuman, tempat tinggal, dan bebas dari rasa sakit.
b) Keamanan dan Keselamatan (safety and security).
Kebutuhan untuk bebas dari ancaman, diartikan
sebagai aman dari peristiwa atau lingkungan yang
mengancam.
c) Kebersamaan, sosial, dan cinta (belongingness, social,
and love). Kebutuhan akan pertemanan, afiliasi,
interaksi, dan cinta.
d) Harga diri (esteem). Kebutuhan harga diri dan rasa
hormat dari orang lain.
e) Aktualisasi diri (self-actualization). Kebutuhan untuk
memenuhi kebutuhan diri sendiri dengan secara
maksimum menggunakan kemampuan, keterampilan,
dan potensi.
2) Teori ERG Alderfer
Alderfer sepakat dengan Maslow bahwa kebutuhan individu
diatur dalam suatu hierarki. Akan tetapi, hierarki kebutuhan
yang dia ajukan hanya melibatkan tiga rangkaian kebutuhan
(Alderfer, Clayton P;1972):
a) Eksistensi (existence). Kebutuhan yang dipuaskan
oleh faktor-faktor seperti makanan, udara, imbalan,
dan kondisi kerja.
b) Hubungan (relatedness). Kebutuhan yang dipuaskan
oleh hubungan sosial dan interpersonal yang berarti.
c) Pertumbuhan (growth). Kebutuhan yang terpuaskan
jika individu membuat kontribusi yang produktif atau
kreatif.
3) Teori Dua-Faktor Herzberg
Menurut Herzberg dan Synderman (1959), dewasa ini
mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori
motivasi dua-faktor. Kedua faktor tersebut disebut
dissatisfier-satisfier, motivator hygiene, atau faktor
ekstrinsik-intrisik,bergantung pada pembahasan dari teori.
Penelitian awal yang memancing munculnya teori ini
memberikan dua kesimpulan spesifik. Pertama, adanya
serangkaian kondisi ekstrinsik, konteks pekerjaan, yang
menimbulkan ketidakpuasan antarkaryawan ketika kondisi
tersebut tidak ada. Jika kondisi tersebut ada, kondisi
tersebut tidak selalu memotivasi karyawan. Kondisi ini
adalah dissatisfier atau faktor hygiene, karena faktor-faktor
itu diperlukan untuk mempertahankan, setidaknya, suatu
tingkat dari “tidak adanya kepuasan”. Faktor-faktor tersebut
diamtaranya:
a) Gaji
b) Keamanan pekerjaan
c) Kondisi kerja
d) Status
e) Prosedur perusahaan
f) Kualitas pengawasan teknis
g) Kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja,
dengan atasan, dan dengan bawahan.
Kedua, serangkaian kondisi intrinsik-isi pekerjaan-ketika
ada dalam pekerjaan, dapat membentuk motivasi yang kuat
hingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik.
Jika kondisi tersebut tidak ada, pekerjaan tidak terbukti
memuaskan. Faktor-faktor dalam rangkaian ini disebut
satisfier atau motivator dan beberapa diantaranya adalah:
a) Pencapaian
b) Pengakuan
c) Tanggung jawab
d) Kemajuan
e) Pekerjaan itu sendiri
f) Kemungkinan untuk tumbuh
Motivator ini secara langsung berkaitan dengan difat
pekerjan atau tugas itu sendiri. Ketika ada, faktor-faktor ini
berkontribusi terhadap kepuasan. Hal ini, pada akhirnya
akan menghasilkan motivasi tugas intrinsik.
4) Teori Kebutuhan-yang-dipelajari McClelland
McClelland telah mengakui teori motivasi yang secara
dekat berhubungan dengan konsep pembelajaran. Yakin
sebagian besar kebutuhan berasal dari budaya (Harvard
Business Review, 1962:99). Dinyatakan bahwa ketika
muncul suatu kebutuhan yang kuat didalam diri seseorang,
kebutuhan tersebut memotivasi dirinya untuk menggunakan
perilaku mendatang kepuasannya.
Berdasarkan hasil penelitian McClelland, dikembangkan
serangkaian faktor deskriptif yang menggambarkan
seseorang dengan kebutuhan yang tinggi akan pencapaian.
Hal tersebut adalah:
a) Suka menerima tanggung jawab untuk memcahkan
masalah.
b) Cenderung menetapkan tujuan pencapaian yang
moderat dan cenderung mengambil risiko yang telah
diperhitungkan.
c) Menginginkan umpan-balik atas kinerja.
Kebutuhan akan merefleksi keinginan untuk berinteraksi
secara sosial dengan orang. Seseorang dengan kebutuhan
afiliasi yang tinggi menempatkan kualitas dari hubungan
pribadi sebagai hal yang paling penting, oleh karena itu
hubungan sosial lebih didahulukan daripada penyelesaian
tugas. Seseorang dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi,
di lain pihak, mengkonsentrasi diri dengan mempengaruhi
orang lain dan memenangkan argumentasi.
Menurut McClelland dalam Harvard Business Review
(1962:101), kekuasaan memiliki dua orientasi. Kekuasaan
dapat menjadi negative pada orang yang berfokus pada
dominasi dan kepatuhan. Atau kekuasaan dapat menjadi
positif karena merefleksikan perilaku persuasive dan
inspirasional.
Masing-masing teori memberikan pemahaman mengenai
perilaku dan kinerja. Tidak ada teori yang telah sepenuhnya
diterima sebagai dasar dalam menjelaskan motivasi.
Walaupun beberapa kritikus merasa skeptic, tampak bahwa
orang memiliki kebutuhan yang dipelajari dan bahwa
berbagai faktor pekerjaan menghasilkan tingkat kepuasan

Indikator Kinerja Karyawan

 


Komponen indikator kinerja karyawan menurut Lazer
(1977):
1) Kemampuan teknis
a) Ilmu pengetahuan yang dimiliki karyawan.
b) Kemampuan menggunakan metode.
c) Teknik kerja yang di gunakan karyawan.
d) Peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan tugas.
e) Pengalaman yang pernah dialami karyawan dengan
pekerjaan yang sejenis
f) Pelatihan yang diperoleh karyawan.
2) Kemampuan konseptual
a) Kemampuan untuk memahami kompleksitas
perusahaan.
b) Penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke
dalam bidang operasional perusahaan secara
menyeluruh.
c) Tanggung jawab sebagai seorang karyawan.
3) Kemampuan hubungan interpersonal
a) kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain.
b) memotivasi karyawan.
c) melakukan negosiasi.
d) Pekerjaan yang dihasilkan karyawan

Pengukuran Kinerja

 


Menurut Sutrisno (2009), pengukuran kinerja diarahkan
pada enam aspek yaitu:
1) Hasil kerja: tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah
dihasilkan dan sejauh mana pengawasan dilakukan.
2) Pengetahuan pekerjaan: tingkat pengetahuan yang terkait
dengan tugas pekerjaan yang ajan berpengaruh langsung
terhadap kuantitas dan kualitas dari hasil kerja,
3) Inisiatif: tingkat inisiatif selama menjalankan tugas
pekerjaan khususnya dalam hal penanganan masalah-
masalah yang timbul.
4) Kecakapan mental: tingkat kemampuan dan kecepatan
dalam menerima insturksi kerja dan menyesuaikan dengan
cara kerja serta situasi kerja yang ada.
5) Sikap: tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam
melaksanakan tugas pekerjaan.
6) Disiplin waktu dan absensi: tingkat ketepatan waktu dan
tingkat kehadiran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan

 


Pekerjaan dengah hasil yang tinggi harus dicapai oleh
karyawan. Mangkunegara (2000:67) menyatakan bahwa ukuran
yang perlu diperhatikan dalam penilaian kinerja antara lain:
1) Kualitas kerja, yaitu kerapian, ketelitian, dan keterkaitan
hasil kerja dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan.
Dengan adanya kualitas kerja yang baik dapat menghindari
tingkat kesalahan dalam penyeleseian suatu pekerjaan serta
produktivitas kerja yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi
kemajuan perusahaan.
2) Kuantitas Kerja, yaitu volume kerja yang dihasilkan
dibawah kondisi normal. Kuantitas kerja menunjukkan
banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan dalam satu
waktu sehingga efisiensi dan efektivitas dapat terlaksana
sesuai dengan tujuan perusahaan.
3) Tangung jawab, yaitu menunjukkan seberapa besar
karyawan dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjanya,
sarana dan prasarana yang dipergunakan serta perilaku
kerjanya.
4) Inisiatif, yaitu menunjukkan seberapa besar kemampuan
karyawan untuk menganalisis, menilai, menciptakan dan
membuat keputusan terhadap penyelesaian masalah yang
dihadapinya.
5) Kerja sama, yaitu merupakan kesediaan karyawan untuk
berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lain
secara vertical atau horizontal didalam maupun diluar
pekerjaan sehingga hasil pekerjaan semakin baik.
6) Ketaatan, yaitu merupakan kesediaan karyawan dalam
mematuhi peraturan-peraturan yang melakukan
pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang diberikan kepada
karyawan

Kontribusi Kinerja

 


Sumber daya manusia memberikan kontribusi kepada
organisasi yang kebih dikenal dengan kinerja. Menurut Maltis dan
Jackson (2002) kinerja karyawan adalah seberapa banyak mereka
memberikan kontribusi kepada organisasi yang antara lain
termasuk:
1) Kuantitas Keluaran
Jumlah keluaran yang seharusnya dibandingkan dengan
kemampuan sebenarnya. Misalnya: seorang karyawan
pabrik rokok dibagian produksi hanya mampu
menghasilkan 250 batang rokok per hari, sedangkan standar
umum ditetapkan sebanyak 300 batang rokok per hari. Ini
berati kinerja karyawan tersebut masih dibawah rata-rata.
2) Kualitas Keluaran
Kualitas produksi lebih diutamakan dibandingkan jumlah
output. Misalnya: dari 100 batang rokok yang dihasilkan,
tingkat kesalahan (cacat) yang ditolerir adalah maksimal
sebatang rokok. Apabila karyawan mampu menekan angka
maksimum tersebut maka dikatakan memiliki kinerja yang
baik.
3) Jangka Waktu Keluaran
Ketetapan waktu yang digunakan dalam menghasilkan
sebuah barang. Apabila karyawan dapat mempersingkat
waktu proses sesuai dengan standar, maka karyawan
tersebut dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik.
Misalnya: waktu standar yang ditetapkan untuk
menghasilkan 100 batang rokok adalah 120 menit, jika
karyawan dapat mempesingkat menjadi 100 menit per 100
batang, maka kinerja karyawan tersebut dikatakan baik.
4) Tingkat Kehadiran di Tempat Kerja
Kehadiran karyawan di tempat kerja sudah ditentukan pada
awal karyawan bergabung dengan perusahaan, jika
kehadiran karyawan dibawah standar hari kerja yang
ditetapkan maka karyawan tersebut tidak akan mampu
memberikan kontribusi yang optimal terhadap perusahaan.
5) Kerjasama
Keterlibatan seluruh karyawan dalam mencapai target yang
ditetapkan sangat penting kerjasama yang baik antar
karyawan akan mampu meningkatkat kinerja.