Produk
adalah sekumpulan atribut yang nyata (tangible)
dan tidak nyata (intangible), di
dalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise
pengecer, dan pelayanan dari parik serta pengecer yang mungkin diterima oleh
pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginannya. Untuk menghadapi
persaingan yang semakin keras di dunia industri, para pengusaha dituntut untuk
dapat meningkatkan daya saing produknya dari waktu ke waktu. Salah satu cara meningkatkan
daya saing produk adalah dengan melakukan pengemangan produk. Pengembangan
produk merupakan kumpulan aktivitas yang dimulai dari persepsi terhadap peluang
pasar dan diakhiri dengan produksi, penjualan, dan pengiriman (Ulrich dan
Eppinger, 1995).
Proses
pengembangan produk adalah urutan langkah atau kegiatan di mana suatu perusahaan
berusaha untuk menyusun, merancang dan mengkomersialkan suatu produk yang
secara umum terdiri dari 6 fase, yaitu (Ulrich dan Eppinger, 1995):
1. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan sering disebut
sebagai zero fase karena kegiatan ini
mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual
2. Pengembangan konsep
Pada fase pengembangan konsep,
kebutuhan pasar dan target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk
dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk
pengembangan dan percobaan lebih jauh.
3. Perancangan Tingkatan Sistem
Fase ini mencakup definisi
arsiteltur produk dan iraian produk menjadi subsistem-subsistem serta
komponen-komponen.
4. Perancangan detail
Fase ini mencakup spesifikasi
lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen
unik pada produk dan identifikasi seluruh standar yang dibeli dari pemasok.
5. Pengujian dan Perbaikan
Fase ini melibatkan konstruksi
dan evaluasi dari bermacam-macam veri produksi awal produk
6. Produk awal
Pada fase ini produk dibuat
menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk melatih
tenaga kerja dalam memecahkan masalah yang timbul pda proses produksi sesungguhnya
dan mengidentifikasi kekurangan yang timbul pada produk.
Konsep
produk harus diuji untuk mendapatkan respon dan umpan balik dari konsumen.
Pengujian konsep ini berkaitan dengan aktivitas perancngan dan pengembangan
produk dengan menggunakan pendekatan Value
engineering (rekayasa nilai), yaitu seperangkat sistem yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan menyelidiki faktor-faktor yang menimbulkan biaya atau
usaha yang tidak memiliki kontribusi terhadap produk, proses atau jasa yang
dibutuhkan dan diinginkan produsen.
Beberapa
teknik value engineering yang sering digunakan adalah (Miles, 1972):
a. Kuisioner, adalah teknik untuk memperoleh
informasi melalui pengumpulan pendapat terhadap sejumlah responden yang
berkepentingan dengan tujuan penelitian.
b. Brainstorming, merupakan metode untuk
memcahkan suatu permasalahan dengan mengadakan diskusi kelompok.
c. Sinektik, merupakan salah satu metode
psikososial yang digunakan untuk membangkitkan spontanitas sekelompok orang.
d. FAST (Function
Analysis System Technique), adalah teknik penyusunan diagram secara
sistematis untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi dan menggambarkan kaitan antara
fungsi-fungsi tersebut.
e. Adjective, bertujuan untuk menganalisa
keterkaitan antara adjective (sifat) yang ada pada suatu produk serta
mengidentifikasi sifat yang kurang maupun berlebihan dari produk tersebut.
f.
Zero-One,
adalah teknik untuk memilih alternatif terbaik dengan melakukan perbandingan
natra alternatif berdasarkan kriteria dan bobot masing-masing altermnatif
tersebut. Prose perbandingan ini dilakukan terhadap tiap kriteria yang ada dan
masing-masing alternatif dibandingkan satu per satu. Alternatif yang memiliki
penampilan lebih baik dibandingkan alternatif lain akan diberikan nilai 1 (one)
sedangkan alternatif lainnya diberi nilai 0 (zero).
No comments:
Post a Comment