Untuk mengklasifikasikan persoalan
persediaan, persoalan ini dapat ditinjau dari dua aspek yang saling berkaitan
yaitu aspek permintaan bahan baku
untuk sekarang atau untuk waktu yang akan datang dan aspek yang kedua adalah
untuk mengadakan persediaan agar permintaan tersebut dapat dipenuhi.
Pengetahuan
mengenai kebutuhan dimasa yang akan datang dapat dibagi dalam tiga kelas,
yaitu:
1.
Permintaan bahan baku untuk waktu yang
akan datang diketahui dengan pasti,
disebut dengan persoalan persediaan denga kepastian (inventory problem under
certainly).
2.
Permintaan bahan baku untuk waktu yang
akan datang tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi hanya dapat diketahui
distribusi kemungkinannya, disebut persoalan dengan resiko (inventory
problem under risk).
3.
Permintaan bahan baku untuk waktu yang
akan datang tidak dapat diketahui, baik jumlahnya maupun kemungkinannya disebut
dengan persoalan persediaan dengan ketidakpastian (inventory problem
under-uncertainty).
1.
Permintaan, adalah suatu yang
dibtuhkan oleh pemakai yang perlu dikeluarkan dari persediaan. Ukuran permintaan
ada yang bersifat tetap dan ada yang berubah-ubah (bervariasi).
2.
Penambahan persediaan adalah
penambahan pada persediaan yang ada pada umumnya dapat dikendalikan. Sifat
penambahan pada persediaan ini ukurannya dapat tetap atau bervariasi, dapat dengan
atau tanpa waktu ancang-ancang (lead time).
3.
Biaya-biaya persediaan, yaitu
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengadakan persediaan.
4.
Faktor-faktor
pembatas jumlah persediaan. Seperti keterangan pada unit keterbatasan tempat
penyimpanan karena penambahan, keterbatasan pada penjadwalan dan tingkat
persediaan. Keterbatasan permintaan seperti terjadinya
kekurangan persediaan serta keterbatasan dana.
Dari uraian diatas,
jelas terlihat semua itu adalah kendala yang hampir dialami oleh semua
perusahaan, baik itu perusahaan yang kecil maupun yang besar sekalipun. Sebagai
landasan utama dalam memecahkan masalah tersebut, perlu ditetapkan suatu
kebijakan perusahaan terutama dalam persediaan. Dalam kaitannya dengan hal
tersebut ada empat kebijakan yang perlu dilakukan dengan standar kualitas:
1.
Persediaan Minimum (Minimum
Point)
Persdiaan minimum merupakan
batas jumlah persediaan yang paling rendah atau kecil yang harus ada untuk
suatu jenis bahan atau barang untuk menghindari terjadinya kekurangan
bahan/persediaan (stock out). Untuk mengatasi hal tersebut persediaan
minimum ini merupakan cadangan untuk menjamin keselamatan operasi atau
kelancaran produksi perusahaan, oleh karena itu persediaan ini persediaan
penyelamat (safety stock). Jadi besarnya persediaan minimum hendaknya
sama besarnya persediaan penyelamat.
2. Besar Standar Pesanan (standar Order)
Yang
dimaksud dengan pesanan standar adalah banyaknya bahan yang dipesan dalam
jumlah yang tetap dalam satu periode yang telah ditetapkan, misalnya satu
tahun. Pemesanan ini sering disebut juga dengan jumlah pemesanan yang ekonomis
(economic order quantity), dimana hal ini dimaksudkan untuk meminimumkan
yang terkandung dalam persediaan. Biaya-biaya tersebut adalah biaya pemesanan (ordering
cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost). Untuk meminimumkan
biaya persediaan, maka idealnya adalah biaya pemesanan tersebut sama dengan
biaya penyimpanan.
3.
Persediaan maksimum (maximum
Points/Stock)
Persediaan maksimum merupakan
batas jumlah persdiaan yang paling besar yang sebaiknya dapat diadakan oleh
perusahaan. Batas persediaan maksimum tidak didasarkan pada pertimbangan
efektifitas dan efisiensi kegiatan perusahaan. Adapun maksud dari persediaan
ini adalah agar perusahaan dapat menghindari kerugian-kerugian karena kekurangan
bahan (stock out) dan tidak melakukan pengadaan yang berlebihan, yang
dapat menimbulkan pengeluaran biaya banyak. Adapun besarnya persediaan maksimum
yang sebaiknya dimilki oleh perusahaan adalah jumlah dari pesanan standar (standar
order) ditambah dengan besranya biaya penyelamat (safety order).
Dengan diketahui besarnya biaya maksimum, maka akan dapat membantu pimpinan
perusahaan dalam menentukan besarnya investasi maksimum yang perlu disediakan
untuk bahan-bahan tertentu yang dibutuhkan.
4.
Titik pemesanan Kembali ( Reorder
Point/Level)
Titik pemesana kembali adalah
suatu titik atau batas dari jumlah persediaan yang ada pada suatu saat dimana
pemesanan harus diadakan kembali. Dalam menentukan titik ini harus diperhatikan
besarnya penggunaan bahan selama bahan-bahan yang dipesan belum datang dan
persediaan minimum. Besarnya penggunaan selama bahan-bahan yang dipesan belum
diterima ditentukan oleh dua factor, yaitu lead time dan tingkat penggunaan
rata-rata.
No comments:
Post a Comment