Benson and
Clay (2004) membagi dampak
dari bencana alam menjadi tiga bagian. Pertama,
dampak langsung dari bencana. Dampak langsung meliputi kerugian finansial dari
kerusakan aset-aset ekonomi (misalnya rusaknya bangunan seperti tempat tinggal
dan tempat usaha, infrastruktur, lahan pertanian, dan sebagainya). Dalam
istilah ekonomi, nilai kerugian ini dikategorikan sebagai stock value. Dampak langsung juga meliputi kerusakan fisik, atau
berubahnya lingkungan fisik.
Kedua, dampak tidak langsung. Dampak
tidak langsung meliputi terhentinya proses produksi, hilangnya output dan
sumber penerimaan. Dalam istilah ekonomi, nilai kerugian ini dikategorikan
sebagai flow value. Dampak tidak
langsung juga berkaitan dengan dampak sosial ekonomi bencana alam.
Ketiga, dampak sekunder (secondary impact) atau dampak lanjutan.
Contoh dari dampak sekunder bisa berwujud terhambatnya pertumbuhan ekonomi,
terganggunya rencana-rencana pembangunan yang telah disusun, meningkatnya
defisit neraca pembayaran, meningkatnya utang publik dan meningkatnya angka
kemiskinan.
Dampak
langsung akibat bencana alam lebih mudah untuk dihitung kerugiannya
dibandingkan dengan dampak tidak langsung dan dampak sekunder. Konsekuensinya
sangat sulit untuk secara tepat menghitung total kerugian ekonomi akibat
bencana alam. Untuk menentukan skala bantuan yang optimum dibutuhkan perhitungan
kerugian yang tepat.
Coppola (2007)
mengidentifikasikan konsekuensi bencana yang merugikan masyarakat dan
mengurangi kualitas hidup individu dalam masyarakat adalah sebagai berikut:
a.
Kurangnya kemampuan
untuk bergerak atau melakukan perjalanan karena infrastruktur transportasi yang
rusak dan hancur;
b.
Terganggunya kesempatan
pendidikan karena kerusakan sekolah atau guru dan siswa yang cedera atau cacat
karena adanya tekanan, seperti trauma;
c.
Hilangnya warisan
budaya, fasilitas keagamaan, dan sumber daya masyarakat;
d.
Hilangnya pasar dan
kesempatan berdagang yang disebabkan oleh gangguan bisnis jangka pendek akibat
hilangnya konsumen, pekerja, fasilitas, persediaan atau peralatan;
e.
Hilangnya kepercayaan
investor yang mungkin berpotensi menarik kembali investasi (penanaman modal)
mereka dan ini di kemudian hari akan menciptakan pengangguran karena pemotongan
kerja dan kerusakan di tempat kerja;
f.
Sulitnya komunikasi
karena kerusakan dan kehilangan infrastruktur;
g.
Adanya tunawisma yang
disebabkan oleh hilangnya rumah dan harta benda;
h.
Kelaparan karena
terputusnya rantai suplai makanan yang menyebabkan kekurangan suplai makanan
dan meningkatnya harga;
i.
Kehilangan, kerusakan,
dan pencemaran lingkungan akibat kerusakan bangunan dan infrastruktur yang
rusak dan belum diperbaiki, serta deformasi dan hilangnya kualitas tanah;
Kerusuhan publik ketika respons pemerintah tidak
memadai
No comments:
Post a Comment