Pengetahuan
tentang manajemen
dalam proyek konstruksi bertujuan untuk lebih memahami peranan dari
pengendalian dalam proses pengelolaan proyek. Karena dengan manajemen
konstruksi yang baik akan dapat menghasilkan produk atau hasil yang sesuai
dengan apa yang diharapkan. Manajemen adalah proses perencanaan dan pengawasan
suatu organisasi untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya. (Tabrani dkk,
2010: 1-4)
Dalam
pekerjaan proyek pembangunan jalur kereta api, para pemilik proyek akan semakin
menyadari pentingnya nilai waktu, dana dan tenaga kerja yang terlibat dari
proses konstruksi. Untuk proyek-proyek yang memerlukan peranan investasi yang
besar dengan masalah yang sangat kompleks serta tidak melibatkan tujuan yang
terpenting yaitu, mencapai keuntungan ekonomis yang diharapkan maka, pengelolan
proyek dan dilaksanakan secara profesional merupakan suatu hal yang terbaik. (Kuswati,
2010: 17-18)
Manajemen
konstruksi (construction management) adalah suatu proses dimana
suatu pemilik proyek menunjuk ahli) yang dipercaya, yang selanjutnya disebut
sebagai Manajer Konstruksi untuk mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, proses
seluruh kelayakan, perencanaan, perancangan, pelelangan pekerjaan, pelaksanaan
konstruksi dan pemanfaatan proyek dengan tujuan untuk meminimalkan waktu dan
biaya proyek serta menjaga mutu proyek. Manajemen konstruksi adalah bagaiman
suatu pekerjaan pembangunan dikelola agar diperoleh hasil sesuai dengan tujuan
dari pembangunan tersebut, dengan melibatkan sekelompok orang yang masing-masing
mempunyai kemampuan/keahlian tertentu. Manajemen konstruksi adalah bagaimana
sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh
manajer proyek secara tepat sumber daya dalam proyek konstruksi dapat
dikelompokkan sebagai: manpower,
material, machines, money, method (Ervianto, 2012:1).
Jadi
manajemen konstruksi adalah suatu metode untuk mengelola pelaksanan pembangunan
secara disiplin profesional. yang mempunyai suatu tahapan-tahapan proses
pembangunan diperlukan suatu kesatuan seoptimal mungkin dari segi biaya, waktu
dan mutu. (Kuswati, 2010: 23-24)
Tujuan
pokok dari manajemen konstruksi yaitu mengelola atau mengatur pelaksanaan
pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil sesuai dengan persyaratan
(specification). Untuk keperluan
pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya
yang digunakan dan waktu pelaksanaan. (Project Management Institute,
2004: 1-2)
Perkembangan
manajemen konstruksi di negara kita tidak dapat lepas dari perkembangan industri
jasa konstruksi. Sedang perkembangan industri jasa konstruksi berhubungan erat
dengan pelaksanaan pembangunan yang saat ini sedang giat dilaksanakan. Pada
umumnya industri jasa konstruksi mencakup aktivitas-aktivitas yang berhubungan
dengan pembangunan prasarana dan sarana fisik dalam bidang gedung, bidang
teknik sipil, dan bidang instalasi. Dengan meningkatnya volume pembangunan
tersebut, maka diikuti pula peningkatan cara pengelolaan pelaksanaan
pembangunan yang berupa perkembangan dalam bidang manajemen konstruksi. Demikian
pula hubungan kerja yang terjadi antara unsur-unsur pelaksana pembangunan
mengalami perkembangan yang disesuaikan dengan volume aktivitas untuk
masing-masing jenis bangunan. Selain itu tingkat pemikiran serta tingkat
kepuasan dari pemilik proyek semakin tajam, penyelesaian proyek tidak lagi
diharapkan hanya diselesaikan dengan apa adanya. Konsultan manajemen konstruksi
tidak lagi dituntut sebagai wakil pemilik didalam pengelolaan perencanaan dan
pengawasannya saja, melainkan dituntut untuk mengelola secara keseluruhan,
dalam arti mulai dari perencanaan, pengawasaan dan tahap pelaksanaan. Berdasarkan
hal tersebut, kehadiran konsultan manajemen konstruksi Profesional (Profesional
Construction Management)di dalam suatu proyek tidak dapat ditawar-tawar
lagi keberadaannya. Pengertian Profesional dalam hal ini adalah badan usaha
yang bergerak dibidang konsultan manajemen konstruksi yang berfungsi sebagai
wakil pemilik secara totalitas, baik dari segi wewenang, tanggungjawab serta
kemampuan dalam merencana, mengelola dan melaksanakan. (Elbetagi,
2012: 42-44)
Lingkup kerja manajemen
konstruksi dengan lingkup yang luas sebagai berikut: (Project
Management Institute, 2004: 17-20)
a. Pada Tahap Pra-Konstruksi:
§ Rekayasan nilai
§ Estimasi parameter
§ Jadwal Perancangan dan
Pra-Konstruksi
§ Identifikasi
aktivitas-aktivitas pokok
§ Pemaketan Pelelangan
§ Penunjukan kontraktor
§ Penyerapan standar prosedur
operasional dan tanggung-jawab
§ Proses administrasi proyek
b. Pada Tahap Konstruksi:
§ Perencanaan dan penjadwalan
secara detil
§ Rencana pentahapan Konstruksi
§ Pengoperasian
prosedur-prosedur
§ Pengawasan
§ Pemeriksaan
§ Pengujian bahan
§ Penanganan administrasi proyek
§ Penanganan proses perubahan
pekerjaan
§ Pengendalian waktu, biaya, dan
mutu
§ Pemrosesan Berita Acara untuk
pembayaran kontraktor
§ Pengujian terhadap sluruh
proyek yang telah diselesaikan
Dengan konsep ini peran manajemen
konstruksi sangat besar dalam menentukan keberhasilan proyek dari segi waktu,
biaya, mutu, keamanan dan kenyamanan yang optimal. Sehingga merupakan suatu
keharusan manajemen konstruksi berdiri sebagai badan usaha profesional sebagai
wakil dari pemilik. (Haro Dominguez, 2007: 8-10)
Dalam
rangka pencapaian hasil ini, selalau diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (quality control), pengawasan waktu pelaksanaan
(time control), dan pengawasan
penggunaan biaya (cost control). Ketiga
kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan . Penyimpangan
yang terjadi dari salah satu hasil kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil
pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Djoyowirono,
2005;1).
No comments:
Post a Comment