Pariwisata
atau kepariwisataan merupakan berbagai kegiatan yang terkait dengan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Pariwisata bersifat multidimensi
serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah dan pengusaha (UU No. 10 Tahun 2009)
Pengembangan
pariwisata membutuhkan teknik perencanaan yang baik dan tepat. Pengembangan
pariwisata harus memperhatikan beberapa aspek sebagai penunjang kesuksesan
pariwisata. Aspek penunjang pengembangan pariwisata tersebut adalah aspek
aksesbilitas (transportasi dan saluran pemasaran), karateristik infrastruktur
pariwisata, tingkat interaksi sosial, keterkaitan dengan sektor lain, daya
tahan akan dampak pariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal dan lain
sebagainnya. Menurut Gunn dan Var (dalam Suardana, 2016), kawasan wisata yang
baik dan berhasil secara optimal didasarkan pada empat aspek, antara lain:
1) Mempertahankan kelestarian lingkungan; 2)
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut; 3) Menjamin kepuasan
pengunjung; 4) Meningkatkan keterpaduan dan kesatuan pembangunan masyarakat di
sekitar kawasan dan zona pengembangan.
Ada
lima pendekatan dalam pengembangan pariwisata, yaitu:
1. Boostern approach, pendekatan ini
merupakan pendekatan yang sederhana yang melihat pariwisata sebagai suatu
akibat positif untuk suatu tempat dan penghuninya. Kekurangan dari pendekatan
ini, tidak adanya pelibatan masyarakat setempat dalam proses perencanaan dan
daya dukung wilayah tidak dipertimbangkan secara matang.
2. The economic industry approach, yaitu
pendekatan pengembangan pariwisata dengan pertimbangan tujuan ekonomi yang
didahulukan dibanding tujuan sosial dan lingkungan. Dalam pedekatan ini, pengalaman
pengunjung dan tingkat kepuasan sebagai sasaran utama.
3. The physical spatial approach,
pendekatan ini didasarkan pada tradisi penggunaan lahan geografis. Strategi pengembangan
pariwisata berdasarkan perencanaan yang berbeda-beda melalui prinsip keruangan.
Misalnya pengelompokan pengunjung di suatu kawasan dan pemecahan-pemecahan
tersebut untuk menghindarkan terjadinya konflik.
4. The community approach, pendekatan ini
lebih menekankan pada pentingnya keterlibatan maksimal dari masyarakat setempat
dalam proses pengembangan wisata.
5. Sustainable approach, pengembangan
pariwisata menggunakan pendekatan berkelanjutan dan berkepentingan atas masa
depan yang panjang serta atas sumber daya dan efek-efek pembangunan ekonomi
pada lingkungan yang mungkin menyebabkan gangguan budaya dan sosial yang
memantapkan pola-pola kehidupan dan gaya hidup individual.
Wisata bahari merupakan jenis wisata yang memanfaatkan
wilayah pesisir dan lautan secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan yang
dikategorikan langsung seperti berperahu, diving,
memancing, berenang dan lain sebagainya, sedangkan kegiatan dalam kategori
tidak langsung adalah olah raga pantai, piknik menikmati wisata atmosfer laut,
dan lain-lain. Wisata bahari menurut Dahuri (2004), adalah kegiatan rekreasi
yang dilakukan di sekitar pantai seperti berenang, berselancar, berjemur,
berdayung, menyelam, snorkling, beachombing/reef walking, berjalan-jalan
atau berlari sepanjang pantai, menikmati keindahan suasana pesisir dan
bermeditasi.
Menurut Orams (dalam Ardiwidjaja, 2016),
wisata bahari merupakan jenis wisata minat khusus yang mempunyai kegiatan yang berkaitan dengan kelautan,
baik di atas permukaan laut (marine),
yang dilakukan di bawah permukaan laut (submarine),
maupun yang dilakukan di pesisir (coastal). Wisata minat khusus sendiri
didefinisikan sebagai suatu tempat karena mempunyai minat atau tujuan khusus
terhadap suatu daya tarik atraksi atau kegiatan yang ada di lokasi atau daerah
tujuan wisata tersebut. Secara konseptual, wisata bahari dilandaskan pada
pariwisata berkelanjutan dengan prinsip mendukung upaya-upaya konservasi
lingkungan bahari (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat
setempat. Maka, wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata berbasis kelautan
yang mempunyai hubungan erat dengan prinsip konservasi (Ardiwidjaja, 2013).
Bahkan dalam pengembangan wisata bahari juga menggunakan strategi konservasi
yang mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di area yang masih alami
yang terdiri dari ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, ekosistem
hutan bakau dan ekosistem pantai pasir atau batu.
Menurut Ardiwidjaja (2016), sumber daya
wisata bahari merupakan keseluruhan potensi sumber daya bahari yang dapat
dimanfaatkan dan dikelola dalam rangka mendukung pengembangan kegiatan wisata
bahari. Adapun sumber daya wisata bahari meliputi:
1. Potensi atraksi dan aktivitas
Sumber daya potensi atraksi
terbagi ke dalam beberapa bagian, yaitu:
- Pesisir/Pantai, antara lain: upacara adat pantai, kehidupan
masyarakat pesisir, homestay dan
kuliner, bola volley pantai, Sun Bathing, dan lain-lain.
- Permukaan laut, antara lain: kegiatan memancing, kegiatan layar
dan dayung, ski air, upacara adat yang dilakukan di laut, selancar, dan snorkeling.
- Bawah/dasar laut, antara lain: selam, under water archaeology, penelitian bawah air, dan under water museum.
2. Kegiatan wisata bahari yang mencakup rekreasi lainnya di wilayah
perairan, antara lain: kegiatan marina; kapal wisata; kapal layar; dan
pengelolaan pulau kecil
3. Usaha penunjang kegiatan wisata bahari, antara lain jasa
penyediaan moda transportasi; kapal pesiar; pengelola pulau kecil; pengelola taman
laut hotel dan restoran terapung; pemandu wisata selam; serta rekreasi pantai
dan lain sebagainya.
No comments:
Post a Comment