Cropanzano et al., (2007) mendefinisikan keadilan organisasional sebagai
penilaian personal mengenai standar etika dan moral dari perilaku manajerial.
Gibson et al., (2012) mendefinisikan keadilan organisasional sebagai suatu tingkat
di mana seorang individu merasa diperlakukan sama di organisasi tempat dia
bekerja. Definisi lain mengatakan bahwa keadilan organisasional adalah persepsi
adil dari seseorang terhadap keputusan yang diambil oleh atasannya (Colquitt et al.,
2001). Colquitt et al., (2001) mengemukakan bahwa keadilan organisasional
mempunyai empat tipe, yaitu keadilan distributif, keadilan prosedural, keadilan
interpersonal, dan keadilan informasional. Tipe keadilan organisasional menurut
Moorman dan Colquitt masing-masing mempunyai keunggulannya masing-masing
dan sekarang lebih sering digunakan ketimbang teori keadilan organisasional yang
lain (Cropanzano, 2009).
Keadilan distributif ditandai sebagai keadilan terkait dengan distribusi
sumber daya dan hasil keputusan (Usmani, 2013). Robbins dan Judge (2008:47)
mendefinisikan keadilan distributif sebagai keadilan jumlah dan penghargaan yang
dirasakan diantara individu-individu.
Noe et al., (2011) menyebutnya sebagai
keadilan imbalan yang didefinisikan sebagai penilaian yang dibuat orang terkait
imbalan yang diterimanya dibanding imbalan yang diterima orang lain yang
menjadi acuannya.
Keadilan prosedural menurut Robbins dan Judge (2008:48), didefinisikan
sebagai keadilan yang dirasakan dari proses yang digunakan untuk menentukan
13
distribusi imbalan. Noe et al., (2011) mendefinisikannya sebagai konsep keadilan
yang berfokus pada metode yang digunakan untuk menentukan imbalan yang
diterima. Terdapat enam prinsip yang menentukan apakah orang merasa prosedur
yang dijalankan sudah cukup adil, yaitu konsistensi, peniadaan bias, keakuratan
informasi, kemungkinan koreksi, keterwakilan, dan kesantunan.
Keadilan distributif dan keadilan prosedural secara konsep berbeda.
Colquitt et al., (2001) melakukan meta-analisis dan menunjukkan bahwa keadilan
distributif dan prosedural dapat dibedakan pengukurannya. Ambrose & Arnaud
(2005) menyatakan bahwa pengukuran terhadap keadilan distributif secara relatif
konsisten pada seluruh penelitian, sedangkan meski pengukuran keadilan
prosedural berbeda-beda dalam operasionalisasinya, riset menunjukkan bahwa
konstruk tersebut dapat diukur secara memadai. Dia juga menyatakan bahwa dalil
yang diterima secara luas adalah bahwa keadilan prosedural berpengaruh kuat
terhadap perilaku global sedangkan keadilan distributif terhadap perilaku yang
spesifik. Meta analisis yang dilakukan Colquitt et al., (2001) memperkuat dalil ini
dan menyatakan bahwa keadilan distributif berpengaruh kuat terhadap perilaku
spesifik, misalnya kepuasan imbalan dan kepuasan kerja, sedangkan keadilan
prosedural berpengaruh kuat terhadap perilaku global, misalnya komitmen
organisasional, komitmen kelompok, dan intensi keluar.
Supaya kedua dimensi keadilan tersebut dapat dianggap sebagai konstruk
yang berbeda, keduanya perlu memiliki sekumpulan anteseden yang unik. Ambrose
& Arnaud (2005) menyatakan bahwa outcomes organisasional yang memengaruhi
persepsi keadilan distributif, misalnya penghasilan, benefits, keamanan, kompleksitas pekerjaan, supervisi, imbalan intrinsik, senioritas, dan status
pekerjaan.
Sedangkan, kesempatan untuk memperoleh informasi selama proses
pembuatan keputusan meningkatkan persepsi keadilan prosedural.
Keadilan interaksional menurut Robbins & Judge (2008:49), didefinisikan
sebagai persepsi individu tentang tingkat sampai dimana seorang karyawan
diperlakukan dengan penuh martabat, perhatian, dan rasa hormat. Beberapa penulis
menganggap keadilan interaksional sebagai sub-komponen keadilan prosedural
(Greenberg, 1993). Namun, dua keadilan ini merupakan konsep yang berbeda. Bies
(2005) dalam Kristanto (2013) menyatakan bahwa keadilan interaksional
dihubungkan dengan evaluasi supervisor langsung sedangkan keadilan prosedural
dihubungkan dengan evaluasi sistem organisasional, sehingga keduanya
merupakan konstruk yang independen.
Menurut Greenberg (1987) keadilan informasional adalah bagian dari
keadilan interaksional. Keadilan informasional didefinisikan sebagai persepsi
individu tentang keadilan informasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan (Robbins dan Judge, 2008:50). Keadilan informasional mengacu pada
penjelasan dan status sosial, yang difokuskan atas pemberian informasi kepada
orang-orang tentang mengapa suatu prosedur digunakan dengan cara yang jelas
atau mengapa outcome didistribusikan dengan suatu cara tertentu (Colquitt et al.,
2001). Colquitt et al., (2001) menyatakan bahwa keadilan informasional berbeda
dengan keadilan interaksional. Pernyataan tersebut diperkuat dengan dalil bahwa
keadilan informasional menekankan kepada akurasi dan kualitas penjelasan yang
individu terima (Lewis, 2013). Oleh karena itu keadilan informasional berkaitan dengan ketersediaan informasi dari organisasi sedangkan keadilan interaksional
menyangkut bagaimana perlakuan atasan kepada bawahan
No comments:
Post a Comment